Bitter : 16. Angry

8.5K 1.3K 192
                                    

Jisoo memijat bahunya yang terasa sakit bukan main. Ternyata, belajar bela diri tidaklah mudah. Jisoo harus rela tulangnya hampir patah di hari pertama. Kenapa Seokjin tak bersikap lembut padanya? Gadis itu benar-benar kesal karena hari ini pria itu tampak serius, berbeda dengan latihan menembak kemarin. Mereka masih bisa bersanda gurau sesekali.

"Ya! Kau ingin membanting tubuhku lagi?" tanya Jisoo histeris, memundurkan langkahnya sejauh mungkin ketika Seokjin berjalan ke arahnya.

"Kau lelah? Ingin istirahat sejenak?" tanya Seokjin memberi tawaran untuk gadis berambut hitam di hadapannya itu.

"Tentu saja. Kau tidak sadar hampir mematahkan seluruh tulangku?" gerutu Jisoo kesal. Memilih duduk di pinggir arena tempatnya berlatih sembari memperhatikan Lalice dan Jungkook yang tampak masih bersemangat.

Tak lama, Seokjin datang dengan dua botol air mineral. Memberikannya satu kepada Jisoo dengan wajah tak sekaku tadi. Kali ini, Jisoo bisa melihat Kim Seokjin yang seperti biasanya. Murah senyum.

"Kau marah karena aku terlalu serius?" tanya Seokjin ketika Jisoo masih mempertahankan raut kesalnya. Walaupun dia sudah menerima air pemberian Seokjin dan meminumnya hingga setengah.

Jisoo memilih tidak menjawab. Dia kembali menatap Lalice yang tampaknya sudah memiliki kemajuan. Berbeda dengannya yang tampak sangat lambat untuk mempelajari seni bela diri ini.

Tak mendapatkan respon, Seokjin menghela napas berat.
"Aku tahu, kau tak akan mudah belajar hal seperti ini. Maka dari itu, aku harus lebih keras agar kau bisa cepat menguasainya."

Seketika, Jisoo menoleh ke arah Seokjin. Hendak bicara namun lelaki itu terlebih dahulu mengeluarkan suara. Seakan menahan Jisoo untuk bicara karena masih ada banyak hal yang ingin Seokjin utarakan.

"Waktu pelatihanmu hanya satu bulan. Dan setelah itu, kau harus terjun ke lapangan. Alangkah berbahaya jika kau belum menguasai segala hal untuk membela diri. Aku hanya... Tak ingin kau terluka."

Jisoo menelan salivanya susah payah. Hatinya merasa bergetar karena untuk pertama kali, dia menerima perhatian dari seorang pria. Bahkan Ayahnya saja tak pernah melakukan itu dulu.

"Aku tahu, kau adalah Cucu dari Kim Jongsoo. Keluargamu terpandang. Dan bergabung bersama kami adalah resiko yang sangat besar." Ujar Seokjin membuat kedua mata Jisoo membulat.

"Kau... Tau?" tanya Jisoo terbata.

"Kami semua tau. Entah apa yang direncanakan Chanyeol, aku sama sekali tak mengerti. Memasukkanmu ke dalam anggota kami, sama saja artinya membunuhmu perlahan." Beritahu Seokjin yang sekali lagi membuat Jisoo terkejut.

"Wae?"

Kembali menghela napas, Seokjin memilih membuang pandangannya ke arah lain.
"Kami mendapatkan informasi, jika So Jisub memiliki hubungan yang buruk dengan keluarga besarmu."

.......

"Kita istirahat sejenak. Kau bisa kelelahan nanti." Perintah Jungkook menahan pergerakkan tangan Lalice yang hendak melayangkan pukulan padanya.

Jungkook bukan merasa lelah. Tapi mereka sudah berlatih sedari pagi hingga siang tanpa istirahat. Dia hanya takut, jika gadis di hadapannya ini kelelahan. Karena biar bagaimana pun kekuatan lelaki dan perempuan tentu berbeda.

"Baiklah." Lalice memilih mengalah. Lalu terduduk begitu saja di tengah-tengah arena. Meneliti ke sekitar, namun tak menemukan apa yang dia cari.

"Jisoo-ssi dan Jin Hyung baru saja keluar. Sepertinya ingin makan siang." Ujar Jungkook duduk di samping Lalice sembari meletakkan sebotol air mineral di pangkuan gadis itu.

Bitter ✔Where stories live. Discover now