34. Truth or Dare

822 51 3
                                    

Siapapun yang meremehkanmu, aku tidak akan tinggal diam-Algiano.

Hari sudah gelap, dengan tiupan angin yang membuat mereka berdua merasa dingin. d
Diperjalanan pulang, Algi menggendong Caca. Sedari tadi Caca memberontak turun karena ia bisa berjalan sendiri, Namun Algi menolaknya. Katanya, Ia tidak mau gadisnya merasa cape. Apalagi jika kakinya terluka akibat banyaknya semak-semak panjang didalam hutan.

"Al?" panggil Caca disamping telinga Algi.

"Hm?"

"Kamu yakin nggak berat? Berat badan aku kemarin nambah lima kilo, loh?"

"Mau jawab jujur apa bohong?" tanya Algi yang masih fokus berjalan.

"Ya jujur lah!"

"Berat." jawabnya jujur. Caca yang mendengarnya pun langsung mencibir telinga Algi, membuat Algi meringis.

"Isssh kok gitu?!" rengek Caca didalam gendongannya.

"Kan Lo nanya, yaudah gue jawab jujur. Emang salah gue dimana?" tanya Algi dengan menahan tawanya.

"Terserah kamu!" ketus Caca. Algi tertawa, senang sekali ketika ia menggoda gadis lugunya ini.

Suasana menjadi hening, Caca sedari tadi mendiamkannya. Algi tau Caca masih marah, mungkin sifatnya masih kekanak-kanakan. Namun menurut Algi, itu menggemaskan.

"Ca," ucap Algi.

"Jangan bicara! Caca lagi ngambek!" jawab Caca. Gimana tidak menyukainya, jika sifatnya sangat menggemaskan begini?

"Gue mau bilang, Lo salah mengartikan kata."

"Maksudnya?" tanya Caca bingung.

"Berat badanmu emang berat, tapi masih berat rasa rindu gue sama lo ." ucap Algi.

Caca yang mendengarnya pun menarik sudut bibirnya melengkung, Caca tersenyum.

"Al?" panggil Caca.

"Iya sayang?"

"Aku mau kurus, kalo gemuk, aku jelek."

"Nggak boleh."

"Kenapa?"

"Lo gemuk aja udah bikin gue demen."

"Tapi kan jelek!"

"Biarin jelek, biar mereka nggak naksir sama Lo."

"Kok gitu?!"

"Yang penting Lo cantik dimata gue,"

Kedua pipi Caca merasa panas, lagi-lagi Algi membuatnya blushing. Caca merasa salting sendiri, gombalan Algi sangatlah receh, namun kenapa ia merasa baper.

"Algiano Pradita Dirgantara, miliknya Chelsea."

"Iyah, Caca yang punya." ucap Algi seraya tersenyum.

"Jangan pergi." lirih Caca.

Langkah Algi berhenti, ia menatap wajah Caca yang dekat di bahunya.

"kenapa?" tanya Algi.

Caca menatap Algi, ia tersenyum hangat.

"Nanti Caca kurusan." jawab Caca.

Algi diam menatapnya lama, senyuman Caca tercetak terlihat tulus, seolah-olah itu tamparan menyuruh Algi tetap disampingnya. Bagaimana perasaan Caca nanti jika waktunya tiba? Apa Caca bakal tersenyum hangat seperti saat ini?

"Gue nggak bisa janji, Ca. Tapi gue berusaha buat jagain lo."–batin Algi.

***

ALGIANOOnde histórias criam vida. Descubra agora