33. Menangis

856 55 7
                                    

Jangan nangis, gue nggak bisa ngeliat Lo nangis -Algiano

Agis dan Monic baru saja datang ingin menghampiri tempat keberadaan Caca. Namun anehnya, mereka tidak menemukan Caca disana. Monic merasa heran, bukannya tadi Caca disini? Tapi dimana dia? Kayu-kayu yang mereka kumpulkan juga tidak ada, apa mungkin Caca sudah ke tenda?

"Lah? Si Caca kemana?" tanya Monic seraya mencari keberadaan Caca.

"Mungkin dia udah ke tenda," jawab Agis.

"Nggak mungkin lah, masa dia ninggalin kita gitu aja?"

"Buktinya kayu-kayu disini nggak ada, kan?" pertanyaan Agis membuat Monic mencari keberadaan kayu bakar yang sempat ia kumpulkan. Benar, tidak ada satu pun kayu bakar disini. Apa Caca sudah membawanya ke tenda?

"Yaudah kita langsung ke tenda aja," ajak Agis seraya berjalan pergi yang diikuti Monic dibelakangnya.

***

Hari sudah mulai petang, dimana Algi dan keempat temannya saat ini sedang berada dibawah pohon yang terletak dibelakang tenda. Sembari bergurau ria, Rian yang sedari tadi menyanyi dan Adit yang mengetik gitarnya. Zidan dan Iko, mereka hanya fokus kelayar ponselnya masing-masing. Sedangkan Algi? Entahlah, ia sibuk dengan fikirannya. Perasaannya saat ini tidak begitu enak, Algi merasa memikirkan Caca.

Algi mengambil gitar yang ditangan Adit,"suara kalian bikin gue mual." ejek Algi pada Rian dan Adit.

"Sok iye lo!" ketus Rian.

Adit berdecih,"Lagi enak-enaknya nyanyi, malah diambil!" cibir Adit.

"Pinjem bentar, gue gabut." ujar Algi seraya mulai mempetik gitarnya.

Couse of you think I'm such a happy person, no
You are wrong, bye saying my loughter is louder then yours shut your freakin mouth.

No one knows what I feel and what I suffer
No they don't know, so keep your thoughts and stop assuming that someone is always fine.

Algi menyelesaikan lagunya sampai akhir, dengan menghayati setiap baitnya. Lagu ini menggambarkan perasaannya ini, sehingga membuat Algi nampak begitu menghayatinya.

"Gimana? Suara gue bagus kan?" tanya Algi setelah menyelesaikan nyanyiannya.

"Nyanyi Lo terlalu menghayati, sehingga wajah Lo terlihat sangat begitu mengenaskan." dengan frontalnya Rian mengucapkannya pada Algi sehingga membuat Algi menatapnya tajam.

"Kalo menurut gue nih, Bos. Kalo nyanyi jangan terlalu mendalami, karna wajah Lo makin jelek dan tidak mengesankan sama sekali." lanjut Adit.

Dengan kedua mata elangnya, Algi menatap tajam mereka berdua. Namun sang objek hanya memasangkan wajah cengirannya.

"Kalian ngehina apa mempuji gue?" tanya Algi.

Mereka berdua menggaruk telengkuknya yang tak gatal,"Ya...dua-duanya si, Bos." jawab mereka serentak. Algi yang mendengarnya pun tersenyum kecut.

"Oh jadi gitu, udah berani sama ketua sendiri nih ye?" tanya Algi seraya mengelinting lengan bajunya sehingga mendapatkan otot-otot yang begitu besar. Mereka berdua menelan salivanya, nyali mereka mendadak ciut ketika Algi memperlihatkan otot-otot besarnya.

"Em-anu Bos, maksud kita-" ucapan Adit terjeda, ia memikir untuk mencari alasan apa."maksud kita kan juri! Iyah juri! Bos kan nanya gimana suara yang dinyanyikan, yaudah kita ringkasin yang sejujurnya!" lanjutnya dengan sangat gugup.

ALGIANOWhere stories live. Discover now