17. Teka-teki

1.5K 105 4
                                    

Mereka tidak pernah tau betapa rumitnya
teka-teki kehidupan yang takdir berikan,rasa cape slalu ada,
Tapi aku yakin dan berusaha untuk tidak akan pernah menyerah-Chelsea


Caca masuk kedalam kamarnya setelah menemui papah diruang kerja. Ia keluar dari kamar mandi setelah membersihkan badan dan duduk diatas meja belajar seraya mengotak-ngatik komputer. Caca kepikiran sesuatu, ia lupa membuka isi kotak tersebut, padahal ia sudah tanya ke papah, tapi papah pun tidak tau dari siapa, katanya mumungki paketan dari teman kamu.

Dengan rasa penasaran, Caca membuka kotak kecil berpita tersebut. Dibagian pertama sebuah surat, yang bertuliskan layaknya sebuah puisi dengan pena yang berwarna hitam dan ada setetes merah yang seperti tetesan darah. Takut, itu yang ada didalam pikiran Caca. Namun, rasa penasarannya lebih besar dibanding rasa takutnya. Dengan berani, Caca membacanya.

Sebuah malam yang terasa sunyi
Padangnya rembulan yang menyinari
Banyaknya bintang yang slalu menghiasi
Dengan angin yang berhembus kemari

Untukmu kutuliskan sebuah puisi
Ku kirimkan satu lembar teka-teki
Dengan berbagai pertanyaan sulit untuk dimengerti
Dan diisi sesuai jalan takdirmu sendiri.

Aku akan kembali lagi
Memberikan puisi dan hadiah setiap hari
Dengan berbagai macam pertanyaan
Dan disambut dengan kenyataan.

Dari aku

Caca menemukan sebuah buku teka-teki kecil didalam kotak tersebut. Ia tidak mengerti apa maksud dari ini semua. Kemudian, terdengar suara notif masuk dari handphonenya. Terlihat sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal.

089xxxxxxx
Gimana dengan isi kotak tersebut?
Masih belum paham arti dari makna
Yang aku berikan, Chelsea?

Caca heran, orang tersebut tau nama Caca dan nomornya. Dari mana dia? Caca ga pernah nyebarin nomornya kecuali keluarga dan ketiga sahabatnya itu karna ia private. Tidak membalas pesan tersebut, ia membiarkannya. Kemudian Caca membaca teka-teki itu. Ia tidak mengerti, teka-teki apa ini? Teka-teki aneh yang seolah-olah dibuat orang itu sendiri.

••••

Saat ini vino berada di rumah asrama, ia memikirkan kejadian kemarin. Vino merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan terhadap Caca. Namun, itu sebuah tidak kesengajaan. Tapi mau bagaimana lagi, Caca sudah terlanjur membencinya.

"Semua gara-gara Algi!" ucapnya penuh tekanan

"Arrrrrrrgh!!" Vino frustasi, membanting segala sesuatu dikamarnya, entah itu buku-buku, sebuah lampu atau peralatan lainnya.

Vino diam sejenak, memikirkan bagaimana ia harus meminta maaf pada Caca.

"Nomor whatsapp ga punya"

"Apa perlu besok gue ke rumahnya yah? Tapi gimana dengan alamat rumahnya? Ck! Gue belum sempet nanya alamatnya pada Caca lagi!"

Vino membaringkan tubuhnya, seraya berfikir caranya supaya bisa meminta maaf pada Caca. Ia tidak boleh kaya gini terus, rasanya sakit dijauhkan dan dibenci oleh orang yang dia sayang.

Vino membuka handphone, kemudian sebuah ide ada di pikirannya. Cara satu-satunya ia harus menanyakan alamat rumah Caca pada Dania, sahabatnya Caca waktu di SMA tribakti.

ALGIANOWhere stories live. Discover now