47. Biang masalah

660 37 3
                                    

Bahkan gigi kita sendiri pernah menghianati kita. So, jadilah tergigit, sariawan menyakitkan. Didunia ini semua orang bisa jadi penghianat.
Algiano

HAPPY READING
FOLLOW AKUN AUTHOR, NANTI DIFOLBACK.

Follow juga Instagramnya
@arllya05

See you...

••••

Algi masih berada di ruangan itu, keadaannya saat ini tubuhnya terikat tali. Tidak ada siapapun disana, Algi memberontak berusaha melepaskan tali yang terikat.

Sial, talinya terikat dengan keras, membuat tangannya terluka. Oh shit! Dimana pria sialan itu.

Namun, Algi masih tidak percaya bahwa Juli lah yang melakukan semuanya, yah dia adalah Juli, bokapnya Bella. Algi juga tidak tau apa maksud dan tujuannya untuk melakukan semua itu.

"Kau sudah sadar?" tanya Juli yang berada diambang pintu.

"Apa maksud dan tujuan kau melakukan ini kepadaku?"

"Kau ingin tau?" Juli berjalan menuju Algi berada, sembari memainkan korek api yang ditangannya.

"Kau tau Alvon? Ayah kandung dari kekasihmu? Aku yang membunuhnya."

Algi membeku, ia mengangah tidak percaya. Tatapannya kosong seketika, tidak. Ini tidak mungkin, untuk apa Juli membunuh Alvon? Dan kenapa Juli bisa mengenali Alvon?

"Kau pasti berfikir untuk apa aku membunuhnya?" Juli tertawa, ia berjalan memutari Algi.

"Karna aku sangat membencinya." ucapnya dengan nada menekan. Algi dapat melihat perubahan Alvon, matanya yang tajam dengan wajah yang murka.

Seketika tawanya terpecah, membuat suara ruangan mengaung. Algi tidak takut sama sekali, ia masih terlihat santai dan melihat aksi pria dihadapannya ini.

Juli menatap tajam mata Algi, rahangnya mulai mengeras ketika menatap seorang pria yang sudah membuat putrinya terobsesi.

Juli menyondorkan sebuah pistol kearah dahi Algi. Algi masih terlihat santai, serasa tidak akan terjadi apa-apa padanya.

"Aku akan membunuhmu diruangan ini, namun aku menunggu seseorang terlebih dahulu untuk melihat kematian mu." ujarnya.

"Bunuh saja, jangan membuang waktumu sialan." tekan Algi.

"Kau tidak takut mati?"

"Hidup atau mati endingnya pun akan sama kita akan kembali kepada sang kuasa."

"Oh ya? Bukannya disini aku yang nentuin kamu akan mati atau hidup?"

"Kau bukan tuhan."

"Namun saat ini, aku yang nentuin kau akan mati."

Algi tersenyum remeh, bisa-bisanya dia berlagak seperti Tuhan. Oh shit! Pria dihadapannya ini benar-benar gila!

Seketika pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang gadis yang masih mengenakan pakaian pasien. Algi menatap kearahnya, ia tidak menyangka gadisnya berani datang kesini.

"Tunggu. Jangan bunuh dia." ucapnya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Juli tersenyum, seseorang yang sudah dia tunggu akhirnya datang.

"Ending the game."  ucap Juli dengan nada pelan, namun bisa didengar oleh Algi.

Algi menggeleng, menatap Caca untuk segera pergi dari sini.

"Ca! Pergi!" Teriak Algi. Namun Caca tidak pergi, ia semakin mendekat kearah Juli. Entah apa yang akan dilakukan gadis ini.

Algi benar-benar Takut, sungguh. Demi apapun ia takut gadis kenapa-kenapa.

"Ca! Gue bilang pergi!" Algi memberontak, ingin sekali ia membawa Caca pergi dari sini. Rahang Algi mengeras, amarah sudah cukup memuncak. Ia takut Juli melukai gadisnya.

"Kau ingin apa?" tanya Caca pada Juli.

Juli tersenyum,"aku ingin membunuh kekasihmu, aku sudah menunggumu dari tadi untuk menyaksikannya."

"Jangan bunuh dia, bunuh saja aku. Dia tidak tau apa-apa tentang masalahmu. Bukannya tujuanmu itu untuk membunuhku?"

Algi tidak percaya dengan ucapan Caca barusan.

"CA! PERGI! LO AKAN TERLUKA!" Algi memberontak. Urat-urat ditangannya pun mulai terlihat. Caca dapat melihat Algi.

Juli berfikir, benar juga yang diucapkan gadis ini. Untuk apa ia membunuh Algi, bukannya masalahnya bersangkut paut pada Caca, anak kandung dari Alvon.

"Kau yakin?" tanya Juli sekali lagi.

Caca mengangguk, kemudian dia bertekuk lutut. Duduk menghadap Juli. Algi menggeleng, ia semakin murka melihat gadisnya berani-beraninya melakukan hal seperti ini.

"CACA! GUE BILANG PERGI! LO AKAN TERLUKA BODOH!" teriak Algi histeris.

"Hei! Kau sangat berisik." ketus Juli kepada Algi.

"Jangan bunuh dia. Bunuh saja gue. Sedikitpun Lo nyentuh dia, lo akan tau akibatnya sialan!" ancam Algi.

"Untuk apa aku membunuhmu? Tujuanku dari awal untuk membunuh gadismu." Juli mengarahkan pistol ditangannya kearah Caca yang sedang bertekuk lutut sembari menunduk menangis.

"Kau tau? Ayahnya telah membunuh putraku. So? Nyawa harus dibayar dengan nyawa."

Caca bangkit berdiri, dia melangkah menuju Juli. Ia mengarahkan pistol yang ditangan Juli lalu mengarahkan diperutnya.

"Bukannya kau ingin aku mati untuk membayar balas dendammu?" ucap Caca.

"Yah, namun kalian terlalu banyak bicara sehingga membuatku bingung harus membunuh siapa diantara kalian. Apa aku harus membunuh kalian berdua?"

"Kau yang terlalu banyak bicara. CEPAT BUNUH AKU SIAL—"

DORRR!

Tanpa aba-aba, Juli langsung menembak pistolnya keperut Caca.

"CACA!!" teriak Algi.

Namun, Caca belum ambruk. Ia memegang bagian perutnya yang tertembak. Ia melihat tangannya ada bekas darah dari perutnya yang tertembak.

Caca menatap Algi, satu tetes air matanya mengalir, Caca dapat melihat Algi menangis.

"Ca.." Algi menggelang pelan.

"Mungkin satu tembakan saja tidak cukup jika untuk membunuh manusia." ucap Juli, Juli langsung menyetak tembakannya. Ia mengarahkan pistolnya kearah dahi Caca.

Algi semakin dibuat murka, ia memberontak berusaha melepaskan tali yang mengikatnya. Caca menutup matanya, ia memasrahkan semuanya. Namun, saat Juli ingin menembakan pistolnya, seketika pintu ruangan terbuka membuatnya mengurungkan niatnya.

"Berhenti."

HAPPY READING!
JANGAN LUPA VOMENT YA!
AKU TUNGGU NOTIFNYA❤️

SELAMAT MEMBACA PART SELANJUTNYA...

ALGIANOWhere stories live. Discover now