31. Pilihan berat

931 59 2
                                    

Pilihan yang paling membingungkan adalah ketika aku memilih untuk meninggalkannya atau kehilangannya?

Algiano


HAPPY READING!!




Algi berjalan disetiap banyaknya karyawan yang berlalu lalang, dengan pakaian masih menggunakan seragam sekolah yang tidak dimasukan, dasi yang diikatkan didahinya, dan tas hitamnya yang ia pakai disatu pudak kanan. Seluruh karyawan tidak aneh melihatnya, karna mereka semua tau bahwa Algi adalah anak dari Bosnya. Hari ini Algi sedang berada dikantor Ayahnya. Tujuannya kesini untuk memberikan sebuah dokumen kerja yang ketinggalan dirumah. Jika bukan Gita Mamahnya yang nyuruh, Algi paling malas untuk menemui bokapnya.

Algi menuju life segera masuk, menekan tombol angka tujuannya. Setelah sampai ditingkat ketujuh, tempat keberadaan Hardi berada. Algi langsung masuk begitu saja diruangan kerja bokapnya, tanpa memberi izin kepada sekertaris terlebih dahulu.

Lah, emang Napa? Sultan mah BEBAS!

Saat Algi memasuki ruangan bokapnya, Algi melihat Hardi bersama wanita yang ia tadi temukan dihotel apartemen. Ia melihat mereka berdua sedang berpelukan, layaknya seperti ada hubungan. Kedatangan Algi membuat mereka berdua sangat begitu terkejut, dengan wajah yang datar Algi menghampirinya.

"Gue cuman nganterin dokumen, sorry kalo ngeganggu." ucap Algi seraya menaruh dokumen tersebut dimeja Hardi.

Algi membalikan badannya, saat ia ingin melangkahkan kakinya untuk segera keluar dari ruangan, Hardi tiba-tiba memanggilnya.

"Algi!" teriak Hardi membuat langkah Algi terhenti.

"Ikut Papah sekarang." pinta Hardi.

Algi menuruti kemauannya, ia segera melangkah mengikuti Hardi yang entah ingin kemana.

Sesampainya ditempat rooftop, Hardi dan Algi saling berhadapan. Jarak mereka lumayan jauh, kurang lebih dua meter. Entah mengapa Algi tidak ingin dekat dengan Ayahnya.

"Gimana sekolah kamu?" tanya Hardi.

"Apa peduli Papah?" teguh Algi.

Hardi nampak sedikit emosi mendengar jawaban dari Algi.

"Oh iya, pacaran masa dikantor? mending langsung aja dihotel. Kan enak bisa bebas." ucap Algi.

"Algi!" sentak Hardi meluapkan emosinya.

"Lah? Emang bener kan? Dari pada umpet-umpetan, mending blak-blakkan." jawabnya santai membuat Hardi nampak begitu murka.

Hardi menghampiri Algi dengan tangan yang terkepal kuat. Namun, setelah Hardi dihadapan Algi, ia mengurungkan niatnya. Algi yang didepannya pun hanya diam dengan raut wajah datar.

"Kenapa diem? Tampar aja sesuka hati Papah, kan Algi udah biasa mendapatkannya." ujar Algi.

Hardi menjambak rambutnya dengan sangat kasar, ia segera menjauh dari hadapan Algi. Hardi menatap ponselnya seraya tersenyum miring. Hardi menghampirinya kembali dan membisikan sesuatu pada Algi.

"Kalau sampai kamu bongkar ini semua, jangan harap nyawa gadis yang kamu cintai itu selamat, Nak." bisik Hardi seraya menepuk pundak Hardi.

Algi mengepal kedua tangannya saat mendengar apa yang diucapkan oleh Hardi. Ia emosi dan langsung mendorong Hardi dari hadapannya. Dengan wajah yang merah padam dan otot tangannya yang keluar membuatnya merasa murka.

"Jangan bawa-bawa dia!" tegas Algi.

"Papah nggak bakalan bawa nama gadis itu kalau kamu menuruti apa kemauan Papah." jawab Hardi dengan senyum puasnya.

ALGIANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang