56. Dia Alvin

697 37 6
                                    

Luka yang paling sakit adalah ketika kamu dilukai oleh seseorang yang kamu kira tidak akan melukaimu.



Sudah beberapa hari ini, Algi tak kunjung keluar dari kamarnya. Gita sudah membujuknya beberapa kali, namun Algi tidak membukakan pintu kamarnya, membuat Gita sangat khawatir.

Seperti saat ini, Gita ingin membawakan semapan sarapan yang sudah ia masakkan untuk putranya. Ia memanggilnya dari luar agar putranya membukakan pintu kamarnya. Namun, Algi enggan membukanya.

"Nak. Kamu harus makan... Kalau kamu nggak makan, nanti kamu sakit." lirih Gita dari luar.

Algi yang didalam kamar mendengarnya, ia enggan membuka pintu, rasanya ia tidak nafsu untuk makan.

"Al... Mamah udah masakin bubur buat kamu,"

Tidak ada sahutan dari Algi, Gita menghela nafasnya pasrah.

"Baiklah, jika kamu mau makan, mamah taruh bubur ini didapur..."

Tidak ada suara Gita dibalik pintunya, Algi langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuhkan diri.

***

Gita dan Hardi menuju sekolah SMA Dirgapati, mereka ingin mencari data murid yang selama ini ia cari. Tentu saja, Alvin.

Hardi dan Gita sedang berhadapan dengan wali kelas Alvin.

"Bisa tolong Carikan siswa ini?" Hardi menyondorkan kartu pelajar pada Pak Handoko.

Pak Handoko menerima, melihat kartu pelajar. Pak Handoko mengkerutkan keningnya.

"Apa bocah ini membuat ulah, Tuan?" tanya Pak Handoko pada Hardi.

Hardi menggeleng,"tidak, hanya saja aku ingin bertemu dengannya."

Pak Handoko mengangguk ber'oh, ia mencari data dilacinya, ia memberikan selembar kertas yang berisikan data diri Alvin ke Hardi.

"Ini data diri murid yang bernama Vino Aditya. Dikarenakan murid-murid sedang berlibur, kau boleh menelfon untuk menemuinya, atau pergi kerumah kediamannya."

***

Algi keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melipat dipinggangnya. Ia menuju lemari untuk mengambil kaos.

Setelah itu Algi membersihkan kamarnya yang berantakan bak kapal pecah.

Pandangan Algi teralih saat ponselnya berdering. Ia langsung bergegas mengambil ponselnya, berharap yang menelfonnya adalah gadisnya.

Namun dugaannya tidak benar. Algi menjawab panggilan dari temannya.

"Bos!  kita diserang sama geng bomber! Mereka bawa pasukan banyak sehingga kita semua tidak dapat melawannya. Sshh..." ucap Rian dari sebrang sana, terdengar ringisannya.

Rahang Algi tiba-tiba mengeras, matanya seketika menjadi merah.

"Shit!" Algi mengumpat.

Algi langsung bergegas menuju base camp. Dengan amarahnya yang sudah meluap.

Sesampainya dibase camp, Algi melihat pasukannya terdampar lemah. Algi mengepalkan kedua tangannya. Shit! Kenapa jadi begini.

Algi menghampiri Rian, ia ingin bertanya apa yang terjadi dan apa alasan geng bomber menyerangnya.

"Shit! Apa yang terjadi?!"

"Gue nggak tau alasan mereka nyerang kita tiba-tiba," jawab Rian.

ALGIANOWo Geschichten leben. Entdecke jetzt