03 | First Plan

73 27 9
                                    

Aku berjalan ke perpustakaan dan mengambil beberapa buku hingga menutupi setengah wajah. Sambil memperhatikan langkahku, aku berjalan ke arah taman, menunggu di sana hingga mereka memberi sinyal.

Tak lama terlihat burung gagak terbang ke arahku sambil berkata, "Cepatlah berjalan ke arah sana, Zean ada di sana."

Aku mengangguk dan segera berjalan sambil mengangkat buku sesuai arah yang ditujukan gagak. Tak lama dari arah yang berlawanan, seekor kelinci datang diikuti Zean di belakangnya yang terlihat tertarik pada kelinci putih kecil yang melompat-lompat ke arahku.

Lalu sesuai yang direncanakan begitu jarakku dengan Zean sudah cukup dekat, kelinci melompat ke arahku dan menabrak kakiku cukup kencang hingga aku terjatuh bersama buku-buku yang kubawa.

"Hei, kau tidak apa-apa?"

"Ah i-iya. Aku baik-baik saja," ucapku susah payah menahan wajahku agar tidak tersenyum seperti orang gila. Ya Tuhan kuharap ia tidak mendengar suara jantungku.

Persis seperti rencana mereka, Zean membantuku memunguti buku dan mengajakku bicara. Bahkan aku tidak melihat anak perempuan yang biasanya selalu mengerumuni dia. Mereka berhasil!

"Buku-buku ini mau dibawa kemana? Biar aku bantu bawakan."

"Ini mau aku bawa ke kelas."

"Eh, semua buku ini untuk kamu baca sendiri? Wah rupanya kau ini maniak buku ya!"

Aku tersenyum tipis sambil menenangkan jantungku yang sedang berdisko di dalam sana.

"Oh iya namamu siapa?"

"Namaku-"

"Zean!"

"Darimana saja kau? Ketua klub memanggilmu sekarang. Cepat datang sebelum ia marah!" seru anak laki-laki yang datang dengan terengah-engah.

"Ah baiklah. Kalau begitu tolong bantu angkatin buku anak ini ke kelasnya ya!"

"Lah kenapa aku harus membantunya?"

"Bawakan saja, kasian dia kesulitan membawa banyak buku sendirian."

"Ck, kalau kesulitan membawa sebanyak ini kenapa ia bawa banyak-banyak."

"Rei! Kalau gitu aku pergi duluan ya!"

Setelah percakapan yang singkat itu, cowok yang dipanggil Rei tadi membantuku membawa buku ke kelas.

"Buat apa buku-buku ini?" tanyanya di tengah perjalanan.

"Emm ... itu buat aku baca di kelas."

"Semua ini?!"

"Ah i-iya. Soalnya aku malas ke perpustakaan jadi aku stok banyak buku biar gak perlu bolak-balik ke perpustakaan kalau mau baca."

"Ooh ... bagaimana kau bisa berduaan dengan si Zean?"

Aduh ... dia ini kepo sekali sih!

"Tadi aku cuma terjatuh pas bawa buku ini lalu Zean membantuku, itu saja kok."

"Oh ... gak sengaja jatuh kan?"

"Hah?"

"Ya soalnya ada banyak anak perempuan yang coba dekatin dia dengan berbagai macam cara. Bahkan yang sudah ditolak berkali-kali pun tetap gigih mengejarnya. Zean memang orangnya terlalu baik sih. Kamu paham maksudku kan?"

Setelah berkata seperti itu ia tidak mengucapkan apa-apa lagi. Begitupun denganku. Tanpa ia berbicara seperti itu, aku sendiri sudah tahu maksudnya.

"Terimakasih sudah membantu."

Ia mengangguk dan berlalu pergi. Jujur hatiku sedih saat mendengar perkataannya. Memang aku tidak boleh suka padanya? Memang hal itu salah? Aku juga tahu kalau itu mustahil jadi aku tidak berharap banyak dengannya.

Moonlight StealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang