25 | Plan - Save!

34 9 7
                                    

"Baiklah kalau begitu, ayo kita bereskan semuanya malam ini!" seru Kayla.

Segera saja kami mulai bergerak membersihkan gudang ini. Dengan punggung kambing Kayla yang kuat, ia mengangkat barang dan memindahkannya sehingga lebih rapih. Gagak membantu merapihkan bagian atas, dan mengusir sarang laba-laba yang ada di setiap sudut gudang

Aku mengambil sapu dan mulai menyapu lantai gudang. Sementara Rara mengelap lantai dengan kain lap.  Arya dan Cici berpisah dari satu benda ke benda lain, sibuk mengelap dengan kain lap mereka agar tidak berdebu.

Setelah hampir satu jam membersihkan gudang, kami merebahkan diri di lantai. Menatap hasil kerja keras kami dengan bangga. Kini gudang sudah bersih dan rapih, juga terlihat lebih luas dan tersusun dari sebelumnya. Siap untuk ditinggali Moonlight Stealth selama beberapa hari!

"Akhirnya selesai!" teriak Cici sambil melompat-lompat.

"Yuk balik!" seruku lalu bangkit berdiri.

Setelah memastikan gudang tertutup rapat dan tidak meninggalkan jejak aneh yang mungkin akan mengundang rasa penasaran orang, kami mulai memanjat tembok seperti tadi.

Setelah berhasil keluar dari taman belakang secara diam-diam kami mulai berjalan. Baru selangkah kakiku bergerak, suara gemerincing kembali terdengar. Cahaya rembulan kembali terlihat dan mereka berubah manjadi sosok manusia lagi.

"Bagus, kita akan lebih mudah balik ke rumah dengan sosok kalian seperti itu!" seruku. "Sebaiknya kita cepat sebelum cahayanya kembali hilang!'

Kami berlari di jalanan hingga masuk ke gang-gang kecil, berusaha lari secepat mungkin tanpa meninggalkan suara. Namun gerakan awan sama sekali tak bisa diprediksi dan direncanakan. Suara gemerincing terdengar dan mereka berubah menjadi sekumpulan hewan lagi.

"Jangan panik! Kita tetap berjalan ke rumah tapi di pinggir jalan saja, agar bisa cepat sampai ke rumah, okey!"

Setelah memberi perintah, mereka mulai merapat ke tembok dan berjalan pelan-pelan di sana. Sementara aku kembali berjalan seperti biasa. Namun sepertinya Tuhan ingin menguji atau mungkin tidak puas mempermainkanku tadi.

"Siapa di sana?!"

Aku terperanjat kaget. Segera melihat ke sana-sini dengan tatapan menyala. Keringat dingin membanjiri, adrenalin melambung tinggi, jantungku kembang kempis, serasa dipompa. Apakah kita ketahuan?

Lelaki tegap berseragam polisi menghampiriku. "Hei Dik, sedang apa sendirian di gang malam-malam begini."

"Oh-ah, itu ... a-aku tadi habis mampir ke mini market untuk membeli makanan."

Ia menatapku, dari atas hingga bawah dengan tatapan tajam. Ekor matanya beralih ke tas yang kupakai sedari tadi, jaga-jaga jika terjadi sesuatu. Ia

Manik hitamku bergerak-gerak mencari mereka yang sibuk bersembunyi di balik gerobak sampah. Semoga saja Pak polisi ini tidak sadar atas kehadiran mereka.

"Boleh saya cek tasnya?" Sepertinya pak polisi tidak percaya dengan alibiku. Ragu-ragu aku menyerahkan tas ransel yang hanya berisi tas hujan, minuman dan kantong plastik dan beberapa 2 buah snack yang rupanya lupa aku keluarkan dari tas.

Setelah mengecek, ia pun menyerahkan tas padaku kembali. "Lain kali jangan keluar tengah malam sendirian ya, apalagi di dalam gang sepi begini. Bahaya!"

Aku mengangguk. "Baik pak."

"Rumahmu di mana? Biar saya anter."

"Eh tidak usah pak!" Buru-buru aku bersuara, panik, nyaris berteriak. Pak polisi nampak terkejut dan bingung.

Moonlight StealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang