07 | Love Project (2)

37 15 7
                                    

Hari ini berjalan lancar seperti hari-hari sebelumnya. Tidak terjadi peristiwa aneh, Gagak—ah ralat, aku lupa dia sudah punya nama. Grey juga tidak menyuruhku melakukan apapun. Aku sangat bersyukur karena itu. Tidak pernah aku merasa sangat bersyukur hanya karena ini sebelumnya.

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku segera pergi ke luar kelas bersama teman-temanku ; Dhiya, Lyora dan Erina. Mereka sibuk berceloteh tentang hal yang menimpa mereka. Aku fokus mendengarnya, sesekali tertawa.

"Fhea!" Dhiya kembali merajuk. "Ayo temani akuuu … apa tidak ada seseorang yang kau sukai di klub basket?"

"Ah dipikir-pikir kau belum pernah sama sekali menceritakan hal itu pada kami!" seru Lyora.

Aku mengangguk memang benar. Ada beberapa hal yang membuatku tidak menceritakan hal itu. Pertama, aku tidak percaya mereka akan benar-benar menyimpan rahasiaku untuk diri mereka sendiri.

Kedua, aku tidak ingin digodai oleh teman-temanku karena itu rasanya sangat tidak nyaman. Ketiga, aku tidak ingin ada yang ikut campur dan mengaturku dalam masalah percintaanku sendiri!

Ah tapi yang ketiga itu seperti sudah hancur setelah hewan-hewan aneh itu terpaksa ikut campur urusanku. Namun dua itu sudah cukup untuk membuatku tidak mengatakannya kepada teman-temanku.

"Bagaimana? Apa ada seseorang yang kau sukai di klub basket?" tanya Dhiya.

"Entahlah … apa aku harus memberitahukannya pada kalian?"

Kedua mata mereka melotot. "Sumpah? Kau benar-benar sedang menyukai seseorang?"

"Wah tidak pernah kubayangkan seorang Fhea berbunga-bunga hanya karena menyukai seorang cowok."

"Siapa dia? Siapa dia?!"

Aku tertawa geli. Lihatlah aku baru mengatakan hal itu saja mereka sudah heboh, bagaimana kalau aku nanti menceritakan yang sebenarnya? Reaksi lebay apa yang akan mereka berikan?

"Tidak sampai seperti itu kok, hanya kagum padanya saja."

Kini tatapan shock mereka tergantikan dengan tatapan jahil. "Halaahh … bisa aja ngelesnya mbak!"

"Hooo siapa tuh? Siapa tuh?"

"Tau gak kalau rasa kagum nanti lama-lama bisa jadi suka? Hihihi." Mereka bertiga tertawa cekikikan. Persis seperti 3 orang penyihir yang senang karena sudah berhasil mendapatkan mangsa.

"Fhea!" Dhiya menyikutku, dan menunjuk pintu yang berada di ujung gedung, dekat lapangan sekolah. Pada pintunya tertulis 'KLUB BASKET' dan di bawahnya terdapat poster dengan tulisan besar 'DICARI MANAJER BASKET PEREMPUAN!'

Fhea segera menarikku ke sana. Beberapa gadis berdiri berdesakkan di depan poster. Dhiya segera menyerobot semua orang di situ dan mengambil foto secepat kilat dan kembali berlari ke arahku yang menunggu di belakangnya.

"Lihat, coba kau baca persyaratannya dulu." Dhiya menyodorkan ponselnya.

Aku membacanya pelan-pelan, mencermati kata demi kata. Satu, tahu mengenai peraturan-peraturan dan hal mendasar seputar basket. "Wah, nomor 1 saja aku tidak memenuhi syarat."

Dhiya langsung menepuk bahuku, "Sudah kubilang, masih ada waktu 3 hari untuk mempelajarinya jadi tidak apa-apa."

Aku lanjut membaca persyaratan kedua. Bisa mengerjakan beberapa perkerjaan rumah. Ah kalau ini mah gampang!

Ketiga, dapat memprioritaskan Klub Basket. Ini juga bisa.

Keempat, diizinkan oleh orang tua. Aku membaca ulang. Apa seperti ini juga harus meminta izin dulu?

"Bagaimana? Mudah kan? Hanya perlu belajar tentang basket saja." ujar Dhiya. "Aku juga sudah mengirimkan foto posternya ke kamu. Kalau begitu kita langsung pulang aja yuk!"

Aku mengangguk, berjalan beriringan bersama Dhiya hingga gerbang sekolah. Segala pikiran berkecamuk di dalam kepalaku.

Apa aku daftar saja?

Atau tidak usah?

Baiknya seperti apa?
Duh ini sangat membingungkan.

Aku juga harus menceritakan ini kepada mereka sepulang sekolah. Tanpa kusadari aku tertawa pelan, membayangkannya saja sudah lucu.

***

"IKUUTT!" Cici berteriak sambil mengacungkan tangannya ke atas dengan tubuh kelincinya yang mungil. Aku menoleh ke yang lain, mereka mengangguk-ngangguk, setuju terhadap pendapat Cici.

"Kalian benar-benar yakin aku ikut mendaftar?" desahku.

"Kau ini ada-ada saja, udah dikasih peluang bagus malah ga semangat. Kesempatan kayak gini tuh harus dimanfaatkan!" seru Rara.

"Bukan gitu! Aku cuma … gak yakin aja."

"Apa aku harus berusaha seperti ini hanya karena seorang cowok? Ahahaha memalukan sekali. Sudah seperti sinetron dan cerita di wattpad-wattpad saja. Cewek ngejar-ngejar cowok yang dia suka dan melakukan segala cara untuk menarik perhatian cowok. Halah! Sayangnya ini dunia asli, untuk apa aku berbuat sejauh itu?"

"Agar kita bisa pergi," sahut Kambing, diikuti anggukkan dari yang lain.

Aku menghela napas. Benar juga, aku juga harus mempertimbangkan keberadaan mereka sebelum membuat keputusan. "Berarti aku harus mengabari ibuku dulu yang ada di sana dan mulai belajar hal dasar seputar basket."

"Tapi aku belajar darimana? Bahkan aku sama sekali tidak mengerti dan tertarik dengan pelajaran olahraga."

"Ngeluh terus, kapan majunya?" Pertanyaan Grey mampu membuatku diam membisu. Hahaha pedas juga pertanyaannya.

Aku tersenyum kecut. Tapi ucapannya memang benar sih, jika seperti ini saja aku ngeluh kapan majunya? Aku kembali menarik napas untuk kesekian kalinya.

Tiba-tiba terdengar suara gemerincing, dan sekejap kamarku bermandikan cahaya rembulan dengan 5 sosok manusia yang muncul di kamarku. "HUWAAA ASTAGA!"

"Aaahh … kalian ini mengangetkan aku saja! Aku masih belum terbiasa dengan perubahan kalian yang mendadak saat terkena sinar rembulan."

"Aaahh … akhirnya aku bisa memeluk tubuh kesayanganku lagi." desah Arya sembari memeluk dirinya sendiri.

Aku meraih ponsel dan segera mengetikkan pesan kepada Dhiya. "Baiklah seperti kata kalian, jika aku tidak berbuat apa-apa aku tidak akan maju. Aku akan mengatakan kepada Dhiya bahwa aku akan ikut mendaftar."

Mereka semua bersorak gembira. Rara dengan wujud manusia berdiri sembari berteriak, mengacungkan jarinya ke atas, "Kalau begitu misi pertama Love Project adalah menjadi manajer klub basket!"

Aku dan yang lain tertawa. Saat melihat mereka, aku selalu merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan kuharap dugaanku benar.

Namun seribu sayang, semuanya tidak berjalan lancar sesuai dugaanku. Sepertinya aku terlalu meremehkan hal ini.

🌙🌙🌙

Wah gimana tuh jadinya? Kayaknya Fhea kesulitan wkwk

Apa Fhea berhasil menjadi manajer basket nantinya??

Btw, apa kalian mengalami kesusahan karena pergantian nama-nama Moonlight Stealth?

Karena aku sedikit mengalami kesulitan saat nulis 😅🤣

Berkali-kali setiap nulis aku nulis nama hewan terus. Akhirnya setelah nulis aku harus ganti lagi nama mereka 😭😭

Maaf kalau misal ini bikin kalian ga nyaman. Semoga dengan seiring waktu kalian makin terbiasa sama nama baru mereka dan masih terus bisa menikmati ceritanya.

Makasih yaa bagi kalian yang sudah membaca Cerita Moonlight Stealth hingga chapter ini. Dan selalu dukung akuu //pelukk kalian

Tolong dukung Fhea terus dengan cara vote cerita ini yaa!! Dan ikuti terus kisah petualangan Fhea
(´∩。• ᵕ •。∩')

See you in next chapt! ♡

- 🌙✨

Moonlight StealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang