23 | Plan - Survey!

29 10 3
                                    

Sekarang hari Kamis. Tinggal 3 hari lagu ibu akan pulang dan aku sudah harus mempersiapkan semuanya agar hewan-hewan itu tidak ketahuan. Kini aku akan menjalankan rencana pertamaku! Survey gudang sekolah!

Nanti sepulang sekolah sebelum bertemu dengan Rei untuk pergi ke kafe menggambar bareng, aku akan pergi ke gudang sekolah untuk mengecek keadaan di sana bersama Grey.

TENG-TENG!

"Fhea!" Dhiya menjerit sambil menepuk bahu. Membuyarkan lamunanku.

"Lagi mikirin apa sih? Ayuk ke kantin, keburu jam istirahat pertama habis!"

Belum sempat menjawab, Dhiya segera menyeretku bersama Erina dan Lyora ke kantin. Kami menyusuri lorong sekolah sambil berbincang santai.

Aku memandang ke sekeliling lorong, yang lain memandangku enggan sambil berbisik-bisik. Keningku berkerut, apa rumornya masih belum berhenti? Atau sudah ada rumor baru.

"Lihat deh!" Erina menyikutku. Lalu memandang beberapa orang yang berbisik ke arahku di pinggir lorong. "Sepertinya mereka ketakutan dan malu karena sudah membicarakan rumor yang salah tentangmu."

"Ah iya, masalahnya sudah selesai ya? Aku tadi lihat Ivel memposting permintaan maaf dia di stargram," imbuh Lyora yang berjalan di samping Erina.

Aku mengangguk. "Iya, syukurlah kemarin berjalan lancar."

Tak terasa kami sudah di kantin. Aku dan yang lain memesan makanan di ujung meja kantin agar tidak begitu berisik.

"Ekhem!" Lyora berdeham dan mendekatkan dirinya ke meja. Lalu mengeluarkan 3 buah kata legend setiap ia ingin memulai bergosip. "Eh, Tau gak?"

"Enggaa!" Buru-buru aku menjawabnya Sebelum Lyora mulai bercerita. Bibirnya mengerucut dan segera memukul meja.

"Ihh! Ini ceritanya seru tahu! Kalian pasti gak akan percaya deh! Aku jamin!"

Dhiya tertawa, "Apaan emang?"

"Jadi ternyata selama ini Ivel suka sama Rei!" bisikinya dengan kedua mata terbuka lebar, nyaris keluar.

"Yeeuh!" Erina menjitak kepala Lyora. "Itu mah kita juga udah pada tahu! Kamunya yang telat!"

Lyora berdecak dan merapihkan rambutnya, "Pantes ya dia marah, terbakar api cemburu, ahahaha!"

"Serem ya kalau orang udah cemburu, sampai tega nyebar rumor yang enggak-enggak." imbuh Dhiya.

"Itu mah dia yang gak ada otak kali." timpal Erina nyaris membuat kita semua tertawa kencang.

"Parah, Erina emang terbaik deh kalau soal sindir menyindir!" ucapku sambil memberikan dua ibu jari.

Erina ikut tertawa, "Aku mah emang terbaik di segala hal kali!"

"Mending Fhea jangan deket-deket sama Ivel deh, serem. Dia udah gak bisa berpikir lurus kalau nyangkut soal Rei." tutur Lyora.

"Tenang aja. Fhea mah sukanya sama Zean." senggol Dhiya sambil tersenyum menggodaku.

"Cieee ...," celetuk Lyora

"Cieee Fheaa ...." Dhiya ikut-ikutan. Aku berdecak kesal dan menoyor kepala mereka berdua.

"Ciee ... wajah Fhea merah!" Lyora masih asik menggodaku.

"Terus perkembangan kamu sama Zean gimana nih?" Erina menaik-turunkan alisnya.

"Yaa gitu-gitu aja."

"Gitu-gitu gimana hayo?" Lyora mulai meledekku lagi.

"Lyora, rambutnya bagus ya, kalau dijambak kayaknya bakal sakit loh!" ujarku sambil berusaha tersenyum.

Moonlight StealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang