04 | The Truth Untold

51 18 15
                                    

Bel pulang sudah berbunyi. Fhea dan murid-murid lain bersiap menggandeng tas mereka ke rumah. Tapi sebelum itu, ia harus ke kebun belakang sekolah dulu. Ia lupa mengatakan kepada mereka untuk pulang tadi.

"Fhea, ayu cepat! Kita pulang bareng!" Lyora berteriak, melambaikan tangannya dari pintu kelas bersama Dhiya dan Erina.

Aku balas berteriak, "Kalian duluan saja! Aku masih ada urusan!"

Mereka mengangguk dan segera meninggalkanku. Setelah membereskan semua barang-barangku dan menunggu kelas cukup sepi, aku pergi ke kebun belakang sekolah.

"Hei, apa kalian ada di sini? Ini aku Fhea!" teriaknya.

Tak lama, jambul ayam dan dua buah telinga kelinci muncul dari semak-semak. Fhea segera menghampiri mereka, "Yuk pulang! Gagak ada di mana?"

"Dia ada di situ!" tunjuk kelinci pada sebuah dahan pohon apel, gagak bertengger di situ dengan tenang.

"Ya sudah ayo kita pulang. Tapi bagaimana caranya membawa kalian ke luar? Apa kalian berdua bisa masuk ke dalam tasku?"

Aku segera mengeluarkan semua buku-buku yang ada di tasku beserta tempat pensil dan botol minum. "Sini kalian berdua masuk!"

Ayam dan Kelinci saling tatap lalu masuk ke dalam tasku. "Hei kau menginjak telingaku!" jerit Kelinci kesakitan di dalam tas.

Aku tertawa dan membantu mereka agar cukup muat berada di dalam tas merahku. "Aku tutup ya," bisikku.

Lalu aku menatap Gagak yang masih tenang bertengger di atas sana. "Gagak, temui aku di pohon dekat gerbang depan, lalu kita pulang bersama!"

Sementara itu aku harus mencari cara untuk membawa buku-buku, tempat pensil dan botol minumku sekaligus. "Harusnya tadi aku membawa totebag atau kantong kresek."

Aku pun berinisiatif bertanya pada petugas kebersihan sekolah, apakah dia punya sebuah kantong kresek besar. "Permisi, maaf maaf mengganggu. Apakah bapak punya kantong kresek besar yang bisa menampung buku-bukuku?"

"Wah emangnya isi tas non ada apa aja? Kok sampai buku-bukunya dibawa kayak gitu?"

"Ah itu ... emm ... hasil prakaryaku. Ia cukup besar sehingga buku-bukuku tidak muat. Tapi aku tidak mau hasil prakaryaku rusak alhasil aku tetap menaruhnya di dalam tas dan kini aku kebingungan membawa buku-bukuku."

"Duh si non ini ada-ada aja, lain kali bawa totebag aja ke sekolah non biar ga ribet. Ini bapak punya 1 kantong kresek, semoga muat ya."

"Iya, terimakasih banyak ya pak!"

Aku segera memasuki buku-buku, tempat pensil dan botol minumku ke dalam sana. Sudah beres! Sekarang tinggal pulang ke rumah dengan aman!

Aku berjalan santai ke gerbang depan sekolah sambil menenteng kantong kresek. Mataku menangkap Gagak bertengger di dahan pohon dekat gerbang seperti yang kubilang.

Kini setelah keluar dari sekolah, aku berjalan ke arah rumahku dengan gagak yang terbang di pinggir jalan. Sepertinya ia tidak terbang di dekatku, agar tidak terlihat aneh. Sepertinya Gagak hewan yang cukup waspada atas segala hal.

Tak lama aku sudah sampai di rumahku yang kecil, di sebuah gang sempit. Aku mengambil kunci rumah dari salah satu kantong pada tempat pensilku. "Aku pulang!"

Tak seperti biasanya, kini ada suara yang menyambutku. Kura-kura dan kambing berjalan ke arahku dengan wajah penasaran. "Fhea sudah pulang? Bagaimana misinya? Apakah berhasil?"

Aku tertawa. Rasanya sedikit aneh, tapi tidak buruk juga kalau hewan-hewan ini yang menyapaku pulang. "Iya, misinya berjalan lancar."

Aku duduk di meja belajarku, mengeluarkan ayam dan kelinci dari dalam tas. "Kita sudah ada di rumah. Maaf jika sedikit pengap di dalam sana."

Moonlight StealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang