09 | Become A Basket Manager

32 15 10
                                    

"Selamat kepada Ananda Fhea Azahra yang terpilih menjadi Manajer Klub Basket! Harap nanti saat bel pulang sekolah datang ke ruangan klub basket terlebih dahulu."

Sesuai tulisan yang tertera di poster. Aku mampir ke klub basket setelah bel pulang sekolah berbunyi. Dhiya, Lyora, dan Erina tak henti-hentinya menggodaku sebelum masuk.

Begitu aku membuka pintu, 10 cowok pemain basket menyambutku dengan tatapan intens dan senyuman mereka. Aku tidak begitu familiar dengan situasi ini. Rasanya ingin kabur ke rumah saja!

Aku menunduk, "Perkenalkan namaku Fhea Azahra dari kelas X MIA 2. Mohon kerjasamanya untuk 1 tahun ke depan."

Mereka bertepuk tangan. Salah seorang dari mereka berbicara, "Tidak perlu canggung seperti itu, silahkan duduk."

Aku mengangguk dan segera duduk di kursi yang tersisa. Kami duduk melingkar dalam meja bundar, dengan aku yang posisinya paling dekat dengan pintu.

Ekor mataku menangkap sosok yang selama ini menjadi alasan kehadiranku di sini. Zean, ia tersenyum padaku. Buru-buru aku memalingkan wajah sebelum ia memerah. Bisa gila aku ….

"Baiklah perkenalkan nama saya Joan dari kelas IPS 4, kau bisa memanggilku Kak Joan. Selama 1 tahun nanti kita akan bekerjasama dalam klub basket ini, jadi jika ada apa-apa kau bisa langsung kabari aku ya. Nanti malam aku juga akan segera invite kamu ke dalam group chat klub basket. Mohon bantuannya selama 1 tahun ke depan."

Aku tersenyum, berusaha terlihat seramah mungkin. "Terimakasih Kak Joan. Semoga kita dapat berkerja sama dengan baik."

Kak Joan, cowok berambut coklat yang paling tinggi di antara yang lain, sepertinya ramah dan dapat diandalkan, ia juga terlihat bertanggung jawab. Kuharap dalam 1 tahun menjadi manajer basket semuanya berjalan lancar.

"Wah sepertinya kita tidak salah memilih kak! Dia terlihat begitu ramah dan sopan ahahaha …." sahut salah seorang cowok yang duduk di seberang Kak Joan. "Ah perkenalkan namaku Aldi dari kelas IPS 1."

Aku mengangguk-angguk. Ah ternyata dia Aldi yang diceritakan Dhiya waktu itu. Ya, kuakui penampilannya memang terlihat ganteng dan ramah sehingga mampu memikat hati Dhiya. Ia juga yang paling banyak tersenyum.

"Aku merasa seperti pernah melihatnya." ujar cowok yang duduk di pojokan. Matanya tertuju ke arah, begitu mengintimidasi. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Wah wah … ada apa ini?" Aldi saling melempar tatapan penasaran ke arah kami berdua.

Aku menaikkan kedua bahuku, "Entahlah, bisa jadi? Kita kan satu sekolah jadi wajar saja."

Ia masih tak melepaskan tatapannya ke arahku. Aku mulai sedikit risih.

Ada apa dengannya?

Apa aku berbuat salah?

Bukankah wajar jika pernah ketemu karena kita satu sekolah?

"Oh iya. Namaku Rei, kau bisa memanggilku Rei." ujar cowok itu sebelum memalingkan pandangannya dariku.

"Namaku Zean dari kelas 10 MIA 3." Ia memamerkan senyumnya. Aku balas tersenyum, walau sebenarnya sibuk menahan untuk tidak menjerit.

Mukaku keliatan baik-baik saja kan? Tidak merah?

Astaga semoga tidak ada yang mendengar suara jantungku. Kenapa dia harus senyum seperti itu??

Setelah semuanya memperkenalkan diri, kami segera membahas jadwal latihan. Sambil bercanda tawa, berusaha mengakrabkan diri, melawan rasa canggung.

"Apa ada hal yang ingin kau tanyakan Fhea?" Kak Joan bertanya dengan nada wibawanya.

Aku bergumam, bingung untuk melontarkan pertanyaan yang sedari tadi bersemayam di pikiranku. Pada akhirnya aku tak bisa melawan rasa penasaranku dan bertanya, "Kenapa kalian memilihku menjadi manajer?"

Kak Joan berdeham, "Sebenarnya tidak ada alasan lain sih. Skormu saat tes materi dasar tentang basket yang paling tinggi, jawabanmu saat essay juga terlihat bersungguh-sungguh dan pure ingin belajar bersama di sini menjadi manajer basket. Jadi tidak ada alasan untuk tidak merekrutmu."

Aku membelalakkan kedua mataku. "Sungguh? A-aku yang paling tinggi?"

Kak Joan mengangguk. Wajahku bersemu merah, senyum lebar terukir di wajahku, tak bisa menahan kegembiraan yang meluap-luap. Tak bisa kupercaya ….

Setelah 1 jam yang begitu mendebarkan, Kak Joan mengumumkan bahwa hari ini tidak ada latihan dan kami bisa langsung pulang. Mereka semua bersorak-sorai dan bergegas pulang ke rumah.

Kami jalan bersama keluar gerbang sekolah. Diam-diam Grey terbang mengikuti kami dari jauh. Tak kusangka ternyata arah pulangku sama dengan Zean, Aldi dan Rei. Kami menaiki bus yang sama.

Aku masuk bus, duduk di kursi belakang dekat jendela. Sepertinya mereka bertiga akan duduk bersama di kursi paling bela—

Mataku melotot, nyaris keluar. Tepat di depanku, akhirnya aku bisa melihat wajah Zean dari dekat. Sangat dekat! Aku segera memalingkan wajahku sebelum ia menyadari wajahku memerah.

Aku menekan dadaku. Mencoba merasakan debaran jantung yang menggila. Kumohon pelan sedikit, jangan keras-keras nanti ia kedengeran!

"Kau tidak apa-apa?"

Aku segera menoleh ke arahnya. "Oh em  … aah iya, t-tidak apa-apa kok." Aku memaksa diriku untuk tersenyum. Lalu kembali melihat jendela sebelum wajahku kembali memanas.

Aduh kenapa pakai gagap sih! rutukku dalam hati.

Dan kenapa dari segala kursi di bus yang masih tersisa ia memilih untuk duduk di sampingku?
Apa jangan-jangan ....

Tanpa pikir panjang aku segera menampar pipiku. Kau gila Fhea?! Kalian baru saja bertemu! Jangan berpikir yang aneh-aneh!

"Kau tidak apa-apa?"

Aku kembali menoleh. "Kenapa? Aku baik-baik saja kok."

"Kau barusan menampar pipimu sendiri."

Aku terdiam. Kembali merutuki diriku sendiri. Saat ini aku ingin menghilang saja! Grey tolong bawa aku terbang! Terbang jauuhh … dari Zean!

"Hei!" Zean melambaikan tangannya di depan wajahku. "Kau tidak apa-apa?"

Refleks aku segera menepis tangannya. Ia terkejut, apalagi aku! Hei Fhea kenapa kau menepisnya sekeras itu!!

"Ah maaf! Aku tadi sedang memikirkan sesuatu jadi agak sensitif, begitulah … ahahahaha …." Aku tertawa canggung. Kenapa kau tertawa Fhea?! Ini bukan situasi dimana kau bisa tertawa seperti itu!

AARGHH INI MEMBUATKU GILA! CEPAT ANTAR AKU KE RUMAH SUPIR BUS!

"Ah begitu, maaf aku menganggu. Tapi lain kali kalau ada masalah cerita saja."

Jantungku kembali menggila mendengar ucapan yang disertai senyum menawannya.

Harusnya kau tidak tersenyum seperti itu Zean!

Harusnya kau tidak perlu memperhatikan gadis yang hampir gila di sampingmu!!

Namun aku hanya berujar "Iya." dan kembali menatap jendela. Memohon waktu berjalan cepat sehingga aku bisa menenangkan diriku.

Mereka pasti akan tertawa terpingkal-pingkal dan meledekku setelah mendengar cerita ini. Mau ditaruh mana mukaku nanti? Kenapa hari pertama aku bertemu dengannya sebagai manajer langsung meninggalkan kesan buruk!

AARGHH TERKUTUKLAH KAU FHEAA!!

KENAPA KAU HARUS MEMPERMALUKAN DIRIMU SENDIRI DI DEPAN ORANG YANG KAU SUKAI!!

***

Kasian si Fhea 😭

Siapa nih yang suka grogi kalau Deket sama orang yang disukai? Wkwkwk

Semoga tingkah konyol Fhea dapat menghibur dan mengobati rasa rindu kalian karena kemarin tidak sempat menyapa ya!

Ayu kita lihat Chapter selanjutnya seperti apa keseharian Fhea nanti 😂✨

See you in next chapt! ♡

- 🌙✨

Moonlight StealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang