06 | Love Project

43 17 11
                                    

KRIINGG ….

Aku menguap, menahan rasa kantuk. Aku meraba tanganku, mencari-cari di mana letak jam weker. Tiba-tiba saja bunyinya berhenti. Lagi-lagi sebelum aku sempat mematikannya. Dejavu

Aku segera bangun, menoleh was-was ke arah nakas. Mahluk berjambul kuning itu menatapku, "Selamat pagi Fheaa!"

Aku menghembuskan napasku. Bingung apakah aku harus merasa lega atau tidak. Jadi kemarin benar-benar bukan mimpi ya? Aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Gawat. Ini benar-benar … GAWAT!

"Hei jangan tidur lagi! Bangun! Kau harus sekolah!" jerit Kelinci yang tiba-tiba saja sudah di samping kepalaku.

"Iya aku tahu." Aku segera berjalan ke dalam kamar mandi. Sepertinya aku benar-benar harus berdiskusi dengan mereka, dan menyiapkan segala rencana. Kuharap saja semua ini cepat beres dan cepat selesai agar mereka semua segera menghilang.

Aku duduk di lantai sembari menggigit sebuah roti tawar dengan selai coklat. "Kalian benar-benar tidak akan bisa pergi sebelum aku dan Zean pacaran?"

Ayam dan Kelinci mengangguk dengan kedua mata berbinar. "Jadi kau mengakui kau punya perasaan pada Zean?" Kura-kura bertanya sambil tersenyum jahil.

[Setelah Author merenung kembali, apakah kita bisa lihat kura-kura tersenyum? kura-kura senyum kek gmn woi?? Dah lah anggap aja Fhea punya mata tajam dan bisa lihat Kura-kura senyum ya gais. Terserah kalian mau bayangin Kura-kura senyum gimana soalnya aku juga bingung 😭]

Aku memutar bola mata malas. "Situasi apakah ini? Aku digodain sama Kura-kura?" [Lol mari bayangkan sejenak kita digodain kura-kura. Apa si humor gue gini amat :(]

"Ya aku akui aku memang punya sedikit perasaan padanya. Tapi aku tidak sesuka itu sampai beneran ingin pacaran padanya. Aku cukup sadar diri kalau kastaku dengannya berbeda—"

"KAU PIKIR KERAJAAN HINDU YANG PUNYA SISTEM KASTA?" bentak Kelinci.

"WOAH! BAGAIMANA KAU TAHU?" Aku ikut berteriak histeris.

"Hei bagaimana aku tidak tahu. Dulu saat aku SD kan aku juga belajar itu. Apa kau lupa dulu aku juga manusia yang tinggal di Bumi sama seperti kau, sudah pasti aku tahu!"

"Ahh … iya juga ya." Aku manggut-manggut. "Kalau begitu kau ingat namamu dulu siapa?"

Kelinci mendesah pelan. "Kami semua lupa nama kami dulu."

Aku terdiam. "Jadi kalian tidak punya nama? Biasanya kalian panggil satu sama lain bagaimana?"

"Kami hanya memanggil nama hewan kami, seperti aku memanggilnya Ayam dan aku memanggilnya Kura-kura." tunjuk Kelinci pada Ayam dan Kura-kura.

"Aku mau punya nama!" ujar Ayam tiba-tiba. Wajahnya tampak kesal. "Anjing itu mengejek kita karena kita memanggil satu sama lain seperti itu dan tidak punya nama. Aku kesal!"

"Pftt—" Aku segera menutup mulutku. "Okey, jadi kau mau nama ya, emm .…" Aku bergumam, memikirkan nama laki-laki yang bagus. "Ayam … a … yam … ya … ah, Yaya!"

"Aah tidak-tidak, sepertinya nama cewek. Aaa … Andi? Tidak, sudah banyak yang pakai. Ayam … Arya? Arya bagaimana?"

"Aku suka Arya!" Ayam berlari dan memelukku. "Mulai sekarang namaku Arya!"

"Aku juga mau punya nama!" seru Kelinci.

"Aku juga!" Kura-kura ikut berseru.

"Tolong berikan kita semua nama, Fhea." pinta Kambing.

Aku tertawa. "Kau pikir aku ini jasa pemberi nama? Ahahaha baiklah-baiklah."

"Kelinci, karena belakangnya ci jadi Cici saja. Kura-kura juga karena belakangnya ra, kita panggil Rara. Untuk Kambing dan Gagak … hmm sepertinya agak aneh ya."

Moonlight StealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang