22 | Shocking News

35 12 7
                                    

Aku menutup mulut tak percaya, nyaris berteriak. Lalu kembali membaca ulang sebaris pesan itu.

Fhea, ibu akan pulang hari Minggu dan nginep di rumah kamu selama beberapa hari.

"IBU AKAN PULAAANGG!"

"Wah ... baguslah! Akhirnya kita bisa menyapa Ibu Fhea!" seru Arya.

"Tidak-tidak! Bukan seperti itu!" Aku mendesah pelan, menatap mereka satu persatu. Astaga bagaimana aku harus menyembunyikan mereka. Apa yang harus kulakukan? Jujur dan cerita pada Ibu? Ah tidak-tidak!

Di mana aku harus menyembunyikan mereka? Apa di lemari? Kolong kasur? Aku menatap Kayla, ia pasti tidak akan muat di sana. Ya Tuhan kenapa kau begini padaku!?

Aku berjalan mondar-mandir di sepanjang rumah, bahkan aku lupa belum ganti baju dan membereskan diriku. Sibuk memikirkan suatu jalan keluar. Apapun itu jika bisa, jika ada, aku akan menyanggupinya. Namun masalahnya aku tak menemukan cahaya tetepan setitik pun dari permasalahan ini?

Aku terduduk di lantai, masih terhanyut dalam pikiran. Aku harus menyembunyikan mereka di tempat yang sepi yang orang-orang tidak akan pergi ke sana. Suatu tempat seperti gudang.

Apa ada gudang/ gedung terbangkalai dekat rumahku? Tiba-tiba pikiranku terlintas pada gudang sekolah.

"Iya! Kita bisa memanfaatkan tempat itu!" Aku berseru kegirangan pada mereka.

"Kau mau membawa kami ke mana?" tanya Kayla.

"Gudang sekolah! Di sana lumayan besar, gelap dan sepi. Tidak ada orang yang tertarik masuk ke sana apalagi terletak di taman belakang sekolah."

"Kenapa kami harus sembunyi?" Kini Arya yang bertanya.

"Karena jika ibuku melihat kalian, bisa-bisa penyakit jantungnya kambuh. Terlalu beresiko." jawabku. "Bagaimanapun aku harus menyembunyikan kalian sampai ibu pulang!"

"Apa tidak bisa jujur saja?" tanya Rara.

Aku menggeleng, "Dari awal memang tidak ada yang boleh tahu keberadaan kalian."

"Kenapa?" Rara bertanya lagi.

"Media akan tertarik dengan kalian dan bisa saja kalian dijadikan objek penelitian, dibelah perutnya, atau tinggal di kebun binatang seumur hidup."

Ekspresi mereka berubah ngeri. Aku mendesah dan berjalan ke kamar mandi. Barus saja pulang tapi pikiranku sudah kusut. Aku butuh air dingin untuk berpikir jernih.

Setelah mandi dan beres-beres aku kembali duduk di atas ranjang. Mencari cara lagi untuk menghentikan insiden yang mungkin selama aku hidup tidak ingin terjadi.

Jarum jam terus bergerak, tak terasa sudah hampir setengah jam tapi tetap tidak bisa menemukan titik terang atas permasalahan ini. Aku mengerang kesal, putus asa.

"Apa kalian tidak punya super power?" tanyaku sedikit membentak.

"Maksudnya gimana?" tanya Arya bingung.

"Yaa, kekuatan hebat. Seperti dapat menghilang atau berteleportasi atau menghentikan waktu begitu?"

"Kau pikir kita Ironman atau superhero hebat yang terbuat dari mutan atau penyihir dari klan lain? Kami hanya manusia terkutuk yang sedang menjalankan misi untuk menebus dosa kami!" seru Grey.

Aku cemberut. Otakku sudah sangat buntu. Satu-satunya cara adalah membawa mereka dan mengurungnya di gudang sekolah hingga ibu pulang. Tapi terlalu beresiko. Walau begitu tidak ada cara lain.

"Baiklah sudah diputuskan!" seruku. Mereka semua segera menatapku.  "Karena tidak terpikirkan tempat lain lagi, untuk sementara dari hari Minggu kalian akan nginep di gudang sekolah sampai ibu pulang!"

Moonlight StealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang