15 | A Trip to Market!

31 16 18
                                    

"Aku pulaangg!"

Rara, Cici, Kayla, dan Arya segera menghampiriku. "Gimana Fhea? Apakah berhasil? Lancar?"

Aku tertawa, "Iya semuanya lancar kok. Ya kan Grey?"

Grey mengangguk dan terbang ke meja belajarku seperti biasa. Aku berjalan masuk dan berbaring di atas kasur sambil menenteng tas setelah menaruh sepatu pada tempatnya. "Aaahh … capeknyaaa …."

"Besok hari Minggu ya …."

"Fhea ceritakan tadi apa yang terjadi!" seru Cici.

Aku tertawa dan mengecek group chat basket yang sudah ramai notif saja, padahal kami baru saja bertemu. Rupanya Aldi dan yang lain mengirimkan foto-foto saat di bioskop tadi. 

"Sini, katanya mau lihat!"

Mereka segera berlari ke arahku, berusaha mengintip gambar kecil yang ada di ponsel. Gambar saat aku dan anggota klub basket foto bersama.

"Wah kau keliatan pendek sekali Fhea! Ahahahaha …." 

Aku menjitak jambul kuningnya. Kurang ajar sekali! Berani-beraninya ia mengataiku pendek saat dirinya lebih pendek dariku. Arya mengasuh kesakitan lalu tertawa lepas.

"Zean yang mana? Aku penasaran!" jerit Rara.

"Oh iya kau tidak ke sekolah saat itu ya, Zean ganteeengg banget! Aku paham kenapa Fhea bisa jatuh hati padanya!" imbuh Cici.

Aku menjitak kepala putihnya, lalu tertawa saat melihat ia cemberut padaku. "Kau membuatku malu tauu!"

"Zean yang itu, yang pakai sweater hitam." tunjukku.

"Woah mana-mana?" Rara mendekat ke layar hp. "Huwaaa … gantengnyaaa!"

"Woah, seleramu bagus juga!" imbuh Kayla sambil menyenggol kepalaku dengan tanduknya.

"Mana-mana? Sini aku juga mau liat!" Arya melompat-lompat heboh.

Aku tertawa dan mendekatkan layar hp ke ke Arya. Ia bergumam, "Ya lumayan juga, walau belum ngalahin aku."

Aku terbahak-bahak dan menepuk jambul kuningnya itu. Kelinci menjitak kepala Arya, "Halah, gantengan Zean tahu!" 

Aku pergi ke aplikasi stargram, rupanya Aldi memposting foto saat aku dan klub basket foto bersama di bioskop. Ia meng-tag akun stargram-ku.

Aku pun berinisiatif memposting foto makanan di restoran tadi dengan caption, "That was a great day ^^"

Aku beralih ke kalender ponsel. "Besok hari Minggu ya. Kalian mau ngapain?"

"Biasanya Fhea ngapain?" Kayla bertanya balik.

"Aku sih mau ke atm, ambil uang dari transfer ibu terus ke pasar buat belanja. Kalian gimana? Mau di rumah aja atau mau ik—"

"IKUTTT!" Rara, Cici, dan Arya berteriak serempak. Aku tertawa, "Kenapa kalian bersemangat sekali?"

"Apa kau tidak tahu sebarapa bosannya kami di rumah terus? Kami sangaaatt bosan!" jawab Cici.

Aku menoleh ke Gagak dan Kayla menganggukkan kepalanya. "Baiklah, jadi besok kalian ke pasar bareng aku. Namun bagaimana caranya?"

"Kalau Arya, Cici, dan Rara mungkin bisa saja jika aku membawa ransel besar, sementara Grey terbang, tapi Kayla …."

"Tidak apa-apa, tak usah pikirkan aku. Aku di rumah saja sudah cukup asal kalian membawa oleh-oleh foto yang bagus dan makanan enak untukku."

"Yaaahh … sayang sekali …."

"Baik! Akan kupastikan kami mendapat foto-foto bagus dan makanan enak nanti!" seru Arya.

Sesuai yang direncanakan kemarin malam, kami berangkat ke pasar jam 9 pagi. Setelah ke ATM untuk mengambil uang, aku pergi ke toko beras sambil membawa tas ransel hitam gede berisi Rara, Arya, dan Cici. Sementara gagak terbang agak tinggi karena banyak orang berlalu-lalang di pasar.

Setelah membeli beras dan memasukkannya ke keranjang, aku pergi ke toko sayur dan bumbu dapur. Ranselku bergerak-gerak, dengan panik, aku menurunkannya, dan mengintip ke dalam. "Ada apa?"

"Oh tidak apa-apa, tadi Arya hanya tak sengaja menendang kepalaku." ujar Rara. 

"Omong-omong bolehkah aku melihat keluar?" Aku segera menekan jambul kuning itu sebelum seseorang melihatnya. 

"Jangan! Nanti ketahuan bagaimana?!" bisikku. Lalu kembali menutup ransel itu dengan menyisakan celah dikit agar udara dapat masuk.

Aku kembali berjalan dan menenteng keranjang belanjaanku yang hampir penuh. Kini aku pergi ke toko ayam untuk membeli ayam potong dan telur. "Ayamnya 1 ekor ya pak, sama telurnya 1 kilo."

Setelah berpesan pada si penjual, aku duduk di ujung kursi yang disediakan. Sambil menunggu, aku membaca beberapa pesan di ponsel dari teman-teman, group kelas, group angkatan dan group basket.

"Yang pesan 1 ekor ayam sama 1 kg telur tadi siapa?" 

"Ah iya itu saya!" Dengan tergopoh-gopoh aku berlari menghampiri penjual itu.

***

Sementara itu Arya tak bisa menahan rasa penasarannya di dalam tas. "Kau dengar tadi? Fhea memanggil Ayam!" seru Arya kegirangan.

Cici memutar bola matanya. "Lalu? Jangan berpikir untuk berbuat yang macam-macam!"

"Tidak! Aku hanya ingin mengecek sebentar. Ayam di dunia ini kan juga teman-temanku! Mereka sedikit mirip denganku. Aku penasaran, apakah Fhea membeli 1 ekor ayam untuk menjadikannya temanku agar aku tidak bosan di rumah nanti? Aku hanya ingin melihat bagaimana rupanya, apakah lebih ganteng dariku atau tidak."

Sebelum Cici dan Rara sempat menahan, jambul kuning itu sudah merengsek keluar lewat celah resleting ransel. Matanya yang bulat bergerak ke sana-sini mencari sosok yang mirip dengan ia.

"A-apa ini … apa yang sebenarnya terjadi! Kokoroyok!" 

"Ada apa Arya?" Rara bertanya kebingungan dari dalam tas. 

"TIDAK! Jangan dipotong!" Ayam segera loncat ke luar tas dan berlari menghampiri ayam-ayam yang dikurung di box kayu.

"AYAAMM! KAU PERGI KE MANA?!" Rara menjerit panik. 

Cici segera mengintip dari balik tas dan melihat Arya yang tengah berusaha mengeluarkan ayam-ayam dari box itu sebelum dipotong oleh penjual seperti ayam sebelumnya. Cici berdecak kesal, hendak melompat namun ia urungkan niat itu saat ada seorang manusia yang hampir saja melihatnya. 

"Duh … bocah satu itu …." 

Tak lama Fhea datang ke tas sambil membawa sekantong ayam dan telur. Ia terperanjat kaget saat melihat tas ranselnya terbuka lebar dan buru-buru mengintip ke dalam. "Hei, apa yang kalian lakukan? Kenapa tasnya terbuka lebar!" 

"Tadi Arya ke luar tas, sepertinya ia mau menolong para ayam itu." jelas Cici.

"HAH!?"

Fhea tak habis pikir dengan tingkah Arya kali ini. Ia menoleh ke segala arah dan mendapati penjual Ayam menggenggam Arya dan hendak memotongnya.

"ARYAAAA!"

Fhea menjerit panik dan segera berlari ke arah bapak penjual ayam sebelum golok tajamnya benar-benar menggores leher Arya.

"BAPAK BERHENTIII!"

🌙🌙🌙

Kasian si Arya wkwkwk
Mau nolongin teman-temannya eh malah berakhir mau dipotong lehernya kek gitu 😂

Penasaran dengan kelanjutannya gimana? Tunggu terus chapt selanjutnya yaa!

Semoga Chapter kali ini juga dapat menghibur kalian ^^

See you in next chapt!

- 🌙✨

Moonlight StealthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang