31. Meet with Father

2.4K 375 220
                                    

"Aku melihat bunda tersenyum di langit saat ayah memeluk ku..."

—Huang Renjun—

|
|
|

Happy Reading...
|
|
|

Saerin berjongkok sejenak, jalanan menuju panti asuhan adalah jalanan mulus bertanah.

Pemandangan sawah, sungai, dan pepohonan yang masih tampak segar, belum tersentuh alat proyek dan perusak sejenisnya.

Udaranya pun sangat alami. Sejuk dan terkesan anggun.

Namun, itu tak menutupi kemungkinan Lee Saerin itu tak lelah berjalan.

"Jun..." panggilnya.

Renjun menoleh sejenak, lalu menghampiri gadisnya yang terlihat letih.

Pria itu membuka tas ranselnya, mengeluarkan air minum yang sengaja ia siapkan dari Rumah tadi.

"Masih jauh?" Tanya Saerin.

Renjun mengangguk pelan "Kalo kamu capek, nanti aku gendong. Di depan nanti, ada tempat penyewaan Sepeda."

Saerin menggeleng "Aku aja yang gak bawa apa-apa capek, apalagi kamu yang nanti harus Jalan sambil gendong aku." Cebiknya.

Renjun Terkekeh, ia mengacak rambut gadisnya. Tanpa aba-aba, ia memunggungi Saerin, tangannya bergerak menyuruh Saerin untuk segera naik.

"Hah? Ih gapapa Jun, aku Jalan lagi aja." Ujarnya.

Renjun menggeleng keras, lalu tangannya kembali bergerak mengintruksikan agar Saerin segera naik ke punggungnya.

Saerin menghela nafas pasrah, "Tasnya biar aku aja yang gendong ya? Pokoknya kalo kata aku berhenti, ya berhenti. Kita istirahat dulu."

Renjun mengangguk-angguk, sementara itu, setelah Saerin menggendong ransel Renjun, kini ia mulai mengalungkan kedua tangannya di leher Renjun.

"Udah." Bisiknya.

Renjun tersenyum lalu ia mulai bangkit perlahan. Berjalan santai membawa tubuh Lee Saerin Gadis tercintanya.

"Kalo kita jadi nikah, kamu mau nikah dimana?" Tanya Saerin, namun dijawab oleh kekehan Renjun karna Ia tidak bisa menjawab dengan bahasa isyarat.

"Kayaknya kita harus nabung dari sekarang kan? Nanti aku pengen nikah di pinggir sungai." Mendengar ocehan Gadisnya sukses membuat Renjun tertawa.

"Nanti biar gak repot, para tamu kalo mau makan ya tangkep aja ikan sendiri, terus bakar sendiri. Ih tuhkan, kayaknya unik deh Injun. Nanti kita cari sungai terkenal ya."

Renjun lagi lagi tergelak, Saerin pun ikut tergelak. Ia menyandarkan kepalanya senyaman mungkin di bahu Renjun.

"Aku kangen kak Taeyong." Ucapnya lirih, membuat Renjun tertegun. Pasalnya, suara itu terdengar jelas bergetar.

Seakan menahan ribuan kupu-kupu rindu, namun tak juga terbang dan membuat rindu tak  tersampaikan.

"Aku denger dari Felix katanya Kak Taeyong nyariin aku. Dia udah tau kalo aku gak salah." Dalam sunyi, Renjun dapat mendengar semakin jelas bahwa gadis itu saat ini sedang tertawa sumbang.

Beautiful Life || Huang Renjun [COMPLETED]Where stories live. Discover now