03. The Wishlist

3K 556 90
                                    

"Aku ingin egois, merebutnya dari jaemin. Boleh kan bunda? "
~Renjun~

|
|
|

Aku menatap ayah dari teman ku itu di depan, mencoba menemukan kebohongan di dalam tatapan yang terhalang kacamatanya itu.

"Pak Siwon, gimana keadaan Renjun?"

Setelah pak siwon berbicara dengan dokter sebagai wali Renjun, aku sedikit merasa keanehan pada raut wajah nya.

Disaat semua guru di sekolah ini tidak memperdulikan Keberadaan Renjun, Kenapa pak Siwon harus bersikap seakan peduli kepada Renjun.

Dia bahkan tak ragu mengaku sebagai ayah nya?

"Kamu seperti nya sudah lama mengenal Renjun ya?" Alih-alih menjawab, pak siwon malah balik bertanya pada ku.

"Baru-baru ini pak, semenjak dia datang ke sini" Jawabku. Jari telunjuk ku saling bertautan, melampiaskan rasa khawatir disana.

"Tolong jaga Renjun ya"

Aku mendonggak melihat paras rupawan itu dengan sedikit terkejut.

"Itu pasti. Tapi, bapak siapa Renjun?"

Pak Siwon tersenyum tipis "Bukan waktu yang tepat untuk menceritakan nya. Lagi pula ini akan berefek pada Soobin"

Ya, Pak Siwon adalah ayah dari Choi Soobin. Teman ku.

"Ikatan keluarga?" Tanyaku masih tak mau mengalah.

"Semacam itu"

Jantung ku rasanya berhenti berdetak. Kaki ku melemas, aku menunduk.

Renjun memiliki keluarga? Ah, aku tak kuasa menahan keterharuan ini.

"Tapi jika kamu kira saya ayah kandung nya itu salah"

Senyum ku luntur kala itu juga "A-aku tau"

Aku memang tidak mengira bahwa pak siwon Ayah kandung Renjun. Mungkin saja pak siwon adalah kerabat Renjun.

"Selebih nya, kamu mungkin bisa bertanya pada renjun sendiri. Tapi, kontrol pertanyaan nya" Pak Siwon bangkit lalu menepuk kepala ku lembut.

"See you next" ujar nya lalu meninggalkan Uks.

Aku menghela nafas. Teka-teki. Bagaimana pun cara nya aku harus mengenal Renjun. Aku menyibak kan korden yang menjadi pemisah antara Bangsal Renjun dan meja tamu.

Masih menutup mata nya. Aku mendengar dari dokter, Renjun memiliki luka lebam yang cukup parah di sekujur tubuh nya.

Aku mengusap kepalanya yang di perban. Lalu menggenggam Tangan kiri nya yang dingin dan bebas dari jarum infus.

"Renjun, bangun dong" Aku mengusap punggung tangan nya yang putih. Telapak tangan ku merasakan tekstur kasar di telapak tangan nya. Sebegitu keras nya ia bekerja.

"Bangun dong, aku mau nagih wishlist kamu di buku itu"

Berusaha tidak menangis lagi, entah yang keberapa kali nya untuk hari ini aku menangis.

Beautiful Life || Huang Renjun [COMPLETED]Where stories live. Discover now