BAGIAN 48

44 3 2
                                    

"Saya Daniel, salam kenal!" Sapa pria berkacamata itu dengan lembut.

"Udah tau, kak." Balas seseorang dengan dingin, ya dia Nida.

Perkataan Nida barusan membuat Daniel kikuk sendiri, ia jadi bingung harus bagaimana.

"Itu, boneka? Buat siapa?" Tanya Nida teralih pada boneka ditangan Daniel.

Bukannya menjawab, Daniel malah tersenyum malu. Bagaimana bisa ia berpikir kalau anak bos nya itu masih kecil, perkiraannya berusia tidak lebih dari 10 tahun. Kenapa juga Daniel tidak bertanya terlebih dahulu?

"Kak?"

"Eh, anu... Saya kira kamu-" Belum selesai Daniel menjelaskan, Nida sudah lebih dulu tertawa nyaring.

Tentu saja sudah Nida duga hal ini akan terjadi.

"Gapapa deh, sini bonekanya! Aku anggap sebagai salam perkenalan." Tangan Nida terulur meminta boneka berwarna putih itu.

Daniel nampak ragu memberikan bonekanya, namun tangan Nida malah lebih dahulu mengambilnya.

"Lucu kak, namanya siapa?" Tanya Nida polos.

Daniel mematung, "Nama saya kan kamu sudah tau? Eh?"

Lagi lagi Nida tertawa, membuat Daniel yang melihatnya terpesona sekaligus malu.

"Nih ya, kakak Daniel yang udah gede! Biasanya kalau ada orang gede ngasih boneka ke anak kecil suka bilang gini, 'om Daniel punya sesuatu buat kamu, nih boneka ini namanya bla bla bla!' Gitu kak," Jelas Nida sambil memainkan boneka ditangannya.

Reaksi Daniel tidak lebih dari menatap Nida dengan ekspresi tak percaya. "Emm, i-ituuu, nganu..." Ucap Daniel terbata.

"Nganu apa sih kak? Pasti kak Daniel gak punya nama ya buat boneka ini? Sudah ku duga! Okelah kita kasih nama dia, Aniel!" Ujar Nida yang kini sudah terduduk di sofa, diikuti oleh Daniel yang masih diam seribu bahasa.

"Aniel?" Tanya Daniel mengulangi kata yang ia dengar tadi.

Nida spontan mengangguk, "Yap! Karena yang ngasih namanya Daniel, jadi nama bonekanya Aniel aja. Biar gak lupa sama yang ngasih ini boneka." Jelas Nida.

Balasan Daniel hanya anggukan kepala saja, ia masih tidak tahu harus melakukan apa dan harus bicara apa.

Ayolah, Daniel kira ketika Devan memintanya untuk menjaga anaknya saat itu adalah tak lain menjaga anak kecil. Ya! Daniel mengira anak yang akan ia temani ini berusia tidak lebih dari 10 tahun!

"Oh iya! Kak Daniel mau minum apa?" Sampai lupa menawari tamu karena asik memainkan boneka barunya. Biasalah! MKKB nya si Nida kumat. (Oke skip)

Daniel mendongkakkan kepalanya kala Nida bangkit dari duduknya. -Bukan bangkit dari kubur yee-. Bahkan belum sempat Daniel memberi jawaban, tapi Nida sudah lebih dulu melangkahkan kakinya menuju dapur.

Selang lima menit Nida akhirnya kembali dari dapur dengan nampan berisi dua gelas minuman dan cemilan ditangannya.

"Nih kak! Jus mangga kesukaan Nida! Karena Nida gak tau kak Daniel mau minum apa, jadi Nida buat jus mangga kesukaan Nida." Ucap Nida tanpa beban dan diakhiri dengan cengiran kudanya.

"Huft~ Kan saya belum sempat jawab, kamu main nyelonong masuk gitu aja." Protes Daniel dengan nada yang sedikit dibuat seperti orang merajuk. YAELAH DANIEL ALAY - UPS -.

Kini Nida kembali mendudukkan dirinya di sofa seperti semula dengan tangan kanan yang sudah memegang gelas berisi jus mangga tanpa campuran air itu. Dengan tidak sopannya, alias tidak menawari Daniel untuk meminum minumnya dulu seperti perlakuan tuan rumah pada tamu itu, Nida lebih dulu menyeruput jus nya seolah tidak ada kesempatan lain untuk meminum jus itu.

NIDA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang