BAGIAN 23

66 6 0
                                    

Nida baru saja selesai berganti pakaian dengan seragam olahraganya. Setelah menyimpan seragam di loker, Nida ditemani Namira kini beranjak menuju lapang tempat dimana teman temannya yang lain sudah menunggu dan berbaris dengan rapi.

Suara hentakan kaki menggema disekitar lapangan, seirama dengan para siswa kelas 12 IPS 3 yang sedang berlari memutari lapang yang luas itu.

Setelah lebih dari 10 menit mereka berlari, akhirnya sebuah siulan peluit terdengar nyaring memekakkan telinga. Sontak semua murid yang sedang berlari segera menghentikan mereka. Keringat membanjiri pakaian dan wajah mereka ditambah dengan nafas yang tersenggal senggal.

"Gila gue capek!" Teriak Amel sambil berjalan sembarang menuju pinggir lapang.

"Sialan tuh guru, dia cuma bisa diem doang ditempat teduh!" Tambah Tya temannya yang malah menjelek jelekkan pak Anwar.

"Berisik banget sih lu berdua." Sinis Namira yang merasa jengah.

Nida hanya diam saja ketika Namira menegur Amel dan Tya. Toh Nida tahu, Namira bukan tipe orang yang suka membuat keributan seperti yang lainnya.

Amel mendelik ke arah Namira, pandangnya nampak seperti sedang menilai rendah pada Namira.

"Berisik lo cewek aneh! Bukan urusan Lo! Mau gue ributin sekampung kek, Lo gak ada hak ngatur hidup gue, BITCH!" Amel mendorong bahu Namira dengan lengannya ketika mengucapkan kata terakhirnya.

Sedari awal, Amel memang tidak pernah menyukai Namira. Apalagi setelah Namira pernah dikabarkan menjalin hubungan dengan Fathur yang juga kebetulan adalah mantannya. Tapi kini ia tetap kesal saat Namira masih dikejar oleh Fathur, bahkan Fathur menampakan secara terang terangan rasa sukanya pada Namira.

Namira yang tak terima ketika dirinya diperlakukan seperti ini langsung mengangkat dagunya sedikit tinggi, ia maju selangkah.

"Siapa lo? Tau apa soal gue? Lo ngatain gue jalang, sedangkan lo lebih menjijikan dari seorang jalang." Namira menatap lekat kedua mata Amel dihadapannya dengan jarak yang dekat itu.

Tya menyerobot, ia segera menarik Amel menjauh dan menggantikan posisi Amel dihadapan Namira.

"Jaga mulut lo! Jelas jelas lo itu seorang BITCH! Kalau gak, mana mau si Fathur ngejar ngejar cewek kampung kaya lo?!" Tya menyudutkan Namira, ia terus mendorong tubuh Namira dengan kedua tangannya membuat Namira terhenyak kebelakang dan hampir terjatuh kalau saja Nida tidak sigap menahan tubuh Namira.

"Lo bicarain soal cewe kampungan? Sedangkan Lo sendiri lebih kampungan dengan aksesoris lo yang serba pink kek bocah TK." Nida tersenyum sinis, jujur Nida muak. Ia paling benci dengan orang angkuh seperti mereka berdua.

"Gue gak suka lo katain temen gue kampungan! Lo murid baru disini Nida! jadi jangan sok tau dan sok bener deh lo!" Amel menyingkirkan lengan Nida dari hadapannya.

Nida menatap lengannya yang baru saja ditepis oleh Amel. Sekarang Nida tahu siapa Amel dan sifat buruk Amel. Perempuan dihadapannya itu selalu menampilkan wajah polos, tapi ternyata busuk.

"Lo mau kita ribut? Ayo! mumpung ini ditengah lapang!" Kesal Nida sambil mendorong bahu Amel dengan kasar.

Namira merasa pusing, ia sudah cukup kelelahan karena berlari tadi itu sudah cukup membuatnya lemas, jangan lagi ditambah dengan pertengkaran ini.

"Amel, udah napa?! Kita gak ada urusan sama lo." Lerai Namira.

Sekarang kenapa Namira yang malah melerai kedua orang itu?

"Justru sekarang lo sama temen lo yang sok ini, punya urusan sama gue! Gue gak mau dikelas gue ada anak yang sok jago kaya dia dan lo! bitch!" Amel mendekati wajah Namira yang sedikit lebih pendek darinya.

NIDA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang