BAGIAN 7

133 14 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Lala baru saja selesai dengan tugasnya yang menumpuk, keadaan sekolah semakin sepi. Hanya ada satu dua orang yang melintasi koridor kelas. Terkecuali pojokan sekolah diujung koridor kelas ini, tempat itu selalu ramai dengan canda tawa yang menganggu siapapun.

Lala baru saja akan meninggalkan kelas, sebelum seseorang menahannya dengan menutup pintu kelas, Lala yang panik segera berlari kearah pintu.

"Woi buka!" Teriak Lala dengan sekuat tenaga.

"Jangan balik dulu La! Gue mau ngomong." Ujar seseorang dibalik pintu.

Lala segera menendang pintu itu namun tak membuahkan hasil, hanya kaki nya saja yang malah kesakitan. "Buka! Kalau mau ngomong ya ngomong aja!" Teriak Lala.

"Gue suka sama lo!" Teriak orang itu kembali menggema diseluruh penjuru ruang kelas.

"Lo siapa anjir?!" Lala mulai panik.

Orang itu langsung membuka pintu, membiarkan Lala keluar dari dalam kelas. Lala terkejut ketika melihat Dion berada dihadapannya. Ketua geng Gledek itu nampak sangat badung dan bangor, penampilannya yang urakan membuat siapapun segan untuk dekat dengannya.

"Dion... Ngapain lo?" Tanya Lala sembari memijit kakinya yang tadi ia gunakan untuk menendang pintu.

"Gue suka sama lo." Dion berkata dengan wajah tulus, Lala bisa melihat hal itu. Tapi Lala sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menutup pintu hatinya, selain itu Lala juga menganggap Dion seperti kakak baginya. Tidak lebih.

Dion yang melihat Lala kesakitan berinisiatif memijitkan kaki Lala. "Sok sok an nendang pintu." Ketus Dion.

"Niat nolingin gak sih On?" Protes Lala.

"Gimana La?" Tanya Dion sambil terus memijat kaki Lala.

"Hm... Gini On, Lo itu udah gue anggap seperti kakak gue sendiri." Dion melepaskan kaki Lala, ia menatap wajah Lala.

Lala menjadi tidak enak sekaligus takut, kalau kalau Dion akan bertindak macem macem.

"Lo udah punya cowo?" Tanya Dion, pandangan matanya tak lepas dari wajah Lala.

"Bukan! Gue gak punya cowo... Gue cuma..."

"Lo gak suka gue karena gue badung? gue ketua geng? Basi lo!" Dion dengan cepat meninggalkan Lala yang masih mematung.

Perkataan Dion barusan sedikit menyentil hati Lala.

Dion ingat saat kali pertamanya ada perempuan yang mau menolongnya dan berteman dengannya dengan tulus, itu adalah Lala. Lala sendiri yang membuat Dion menjadi luluh. Disaat orang lain menganggapnya seperti sampah, Lala datang menemani hari harinya, menerima kekurangannya, menasehatinya bila ia berbuat salah, dan meluluhkan hati nya. Dion awalnya menganggap rasa suka ini hanya sebatas ungkapan senangnya, namun lama lama rasa ingin memiliki itu semakin besar. Dengan Lala yang menganggapnya sebagai kakak itu Dion anggap sebagai penolakan besar.

NIDA ( END )Where stories live. Discover now