BAGIAN 17

92 5 0
                                    

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.



Devan nampak gugup ketika berhadapan dengan putrinya saat ini, Devan tahu betul kalau putrinya akan mengamuk ketika ia pulang. Seperti saat ini.

Dua hari kemarin Devan pergi keluar kota tanpa mengabari putrinya itu, dan tentu saja hal itu membuat Nida marah dan sedih. Segala pikiran buruk timbul dalam benak Nida saat mengetahui ayahnya pergi, bahkan orang dirumah juga tidak ada yang mengetahui kepergian Devan malam itu.

Nida menatap tajam pada Devan yang baru saja pulang ke rumah. Kedua tangannya ia silangkan di dadanya, wajahnya datar tak berekspresi.

"Ayah bawa oleh oleh buat kamu." Devan berusaha mencairkan suasana, memang dia sengaja membeli kan Nida barang kesukaannya ya hanya sekedar jaga jaga untuk mengurangi omelannya.

"Tuan Devan kemarin anda pergi kemana?" Nida tetap dengan posisinya, namun nada bicaranya sudah berbeda.

"Kerja." Balas Devan singkat. Tentu saja jawaban Devan yang singkat itu membuat Nida semakin merajuk.

"Tuan Devan!"

"Nona Deova."

"Ish ayah gak pekaan." Nida membuang mukanya.

"Ish anak gak pekaan." Devan mengulangi kata kata Nida dengan nada yang sama, membuat Nida membulatkan matanya.

"Oh, yaudah." Nida beranjak dari tempatnya.

"Oh, oke."

Nida menggeram kesal, benar benar sebal pada Devan yang malah mengusiknya.

"Dahlah males."

"Malesan." Sindir Devan sambil mengusap dagunya sendiri tanpa melihat Nida.

"Bodo amat, capek."

"Istirahat, apa susahnya?" Lagi dan lagi Devan menjawab enteng semua keluhan Nida yang merujuk padanya.

"Gak denger."

"Gak denger kok nyaut? Situ sehat?"

Nida melongo mendengar ucapan Devan yang kelewat waras itu, kenapa ayahnya jadi lebay setelah kembali dari luar kota?

"Tuan Devan." Nida menegur ayahnya agar kembali sadar dengan usianya.

"Ya, nona Deova?"

Dengan panggilan itu Nida sangat risih, ia paling tidak ingin disebut seperti itu.

Nida berdecak sebal, baiklah untuk kali ini dia mengalah.

"Yaudah, oleh olehnya mana?" Nida menagih apa yang Devan tawarkan sebelumnya.

Melihat tangan Nida hang meminta membuat Devan tersenyum senang, dan dengan cepat ia memberikan sebuah kotak berisikan batagor kesukaannya. Melihat makanan kesukaannya itu membuat mata Nida berbinar.

NIDA ( END )Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu