BAGIAN 44

50 3 0
                                    

Kedua tatapan tajam saling pandang satu sama lain. Baik Aldi atau Roni, keduanya seperti enggan membuang muka.

"Ngapain lo liatin gue?" Tanya Aldi sinis.

Mendengar Aldi bersuara, Roni dengan cepat menegakan kepalanya.
"Bukan apa apa." Jawab Roni singkat.

"Ya udah minggir! Gue mau masuk." Ucap Aldi lagi.

Roni mengangkat bahunya tak acuh, lalu masuk lebih dulu daripada Aldi.

Aldi memicingkan matanya, menatap punggung Roni yang mulai menjauh. Sumpah demi apapun Aldi ingin sekali menyakar wajah Roni yang menurutnya menyebalkan itu. Dengan kekesalan yang meredam Aldi dengan cepat menyusul Roni masuk kedalam. "Tuh anak main masuk aja, kek rumah sendiri aja dah, ini kan rumah bini gue." Ujar Aldi datar.

"Istri gue mana?" Tanya Aldi sambil mendudukkan tubuhnya di sofa.

Roni hanya menatap Aldi sekilas. "Sibuk." Jawab Roni acuh.

"Dih, untung gue gak pernah suka sama lo Ron, cuek bebek gitu lu. Gue jamin gak akan ada satupun cewe didunia ini yang tahan sama sifat dingin lu." Ujar Aldi sok tau.

Lagi lagi Roni hanya menatap malas kearah Aldi. "Lo aja yang gak tau, buktinya Nida nyaman sama gue. Dan keliatan lebih tenang waktu deket sama gue," Kali ini Roni berujar dengan nada sombongnya. Tentu saja ucapannya barusan mengundang segala perhatian Aldi padanya.

"Maksud lo apa ngomong kek gitu?" Sewot Aldi.

"Gue gak ada maksud apa apa, cuma gue ngomongin fakta aja." Balas Roni sambil mulai memainkan handphone nya.

"Gak usah berharap lebih deh lo, Nida gak suka sama lo." Malas sekali Aldi menanggapi Roni, tapi kalau tidak ditanggapi maka Roni akan mengklaim bahwa ucapannya benar. Enak saja!

"Gue gak berharap, Lo pikirin aja sejak dulu saat Nida butuh bantuan, siapa yang selalu ada? Dan waktu dia sedih, siapa yang ada disamping dia? Lo aja jarang ngasih kabar." Tutur Roni dengan nada seriusnya.

Aldi terdiam mendengarkan ucapan Roni barusan, perasaannya sedikit tersentak. Ia akui, akhir akhir ini ia jadi jarang menghubungi Nida, Aldi juga jarang berada disamping Nida. Tapi apa mungkin Nida sudah merubah perasaannya? Tidak mungkin. Ya Aldi yakin itu tidak mungkin.

"Kenapa diem? Bener kan ucapan gue? Di, seenggaknya kalau lo buat janji, lo tepatin. Jangan jadi pengecut yang terus sembunyi dibalik alasan. Dan kalau lo gak bisa bahagiain dia, biar gue yang bahagiain dia."  Roni kembali memainkan handphonenya sebelum Aldi membalas ucapannya.

Lain dari Roni yang terlihat lebih tenang, Aldi malah sebaliknya. Dadanya bergemuruh kencang, ingin sekali meninju wajah Roni. Wajahnya sudah merah padam, tak terima dengan apa yang Roni ucapan barusan.

"Lo ngemis minta Nida dari gue? Cuih, jijik gue. Lebih baik sembunyi dibalik alasan daripada ngemis barang punya orang lain." Sindir Aldi geram.

Reaksi Roni membuat Aldi terdiam sesaat. Roni yang dengan cepat melempar handphonenya ke sembarang arah hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras itu langsung memberikan tatapan elangnya pada Aldi.

"Lo sebut Nida barang? Maksud lo apa hah? Barang yang bisa lo pake pas Lo gabut? Nida bukan barang dasar bajingan!" Ujar Roni dengan nada tinggi yang tertahan.

"Itu cuma perumpamaan bego! Otak lo dipake!" Aldi tak kalah sewot.

Roni tak membalas, ia lebih memilih untuk menstabilkan emosinya dengan menutup kedua matanya rapat dan mulai membuang nafas gusar.

Aldi hanya menonton apa yang Roni lakukan, meski dirinya sebenarnya ingin sekali baku hantam saat itu juga namun saat ini ia tau diri, tidak mungkin berkelahi di rumah Nida.

NIDA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang