BAGIAN 10

141 12 9
                                    

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.



"Kami sudah melakukan yang terbaik... Eh, apa ada keluarga dari pasien?" Tanya Dokter berjanggut dan berbadan tinggi itu.

"Kami teman dekatnya dok." Jawab Aldi cepat.

"Maaf, saya harus berbicara dengan orang tuanya." Ujar dokter itu menutup informasi yang ingin Nida ketahui.

"Tapi dok, pasien baik baik aja kan?" Tanya Nida.

"Pasien sedang kritis, kita doakan yang terbaik saja. Dan bisakah kalian menelpon keluarganya?"

Nida mengangguk cepat.

Nida segera mengambil ponselnya, mencoba menelpon keluarga Lala dengan sisa baterai ponselnya. Setelah panggilan tersambung dan diterima, Nida menjelaskan kondisi Lala dengan tenang namun serius.

"Bisa saya wakilkan dulu Dok?" Tanya Nida setelah sambungan terputus.

Sang Dokter nampak menimbang dan mengerutkan keningnya. "Saya harus langsung berbicara dengan keluarganya. Tidak dengan wali atau teman." Dokter itu berbicara dengan tegas.

Nida nampak tertegun dengan nada bicara yang dikeluarkan dari mulut dokter tersebut. Nida yakin perkataan dokter tadi menjadi pertanda bahwa keadaan Lala di sana benar benar serius.

"Santai dong Dok, gak usah ngegas." Tukas Rey tidak tahu malu membuat semua orang di sana memelototinya.

"Saya tunggu 15 menit diruangan saya, jika dalam waktu itu keluarga pasien tidak datang, terpaksa kita pihak rumah sakit yang mengambil keputusan." Dokter itu melangkahkan kakinya pergi menjauh.

Kepergian Dokter barusan membuat Nida lesu, rasa bersalah menyerang diri Nida. Ia pikir, ia telat menyelamatkan sahabatnya itu. Tapi kenapa harus Nida yang merasa bersalah.

"Nid, lo mending pulang istirahat." Tutur Aldi ketika mendapati Nida yang terlihat lemas seperti itu.

Bukan Nida namanya jika bersikap keras kepala. "Gue bakal nunggu di sini sampe nyokap Lala datang." Nida menggeleng tegas bahkan ia menepis tangan Aldi yang sedang mengusap punggungnya menenangkan.

Nida tipikal orang yang tidak mau diperintah, ia ingin bebas dan hanya ingin bebas tidak ingin dikekang. Semakin dilarang semakin keras seorang Nida, ia tidak akan mengalah begitu saja. Itulah seorang Nida.

"Nid, tenang... Semua bakal baik baik aja." Namira melihat situasi mulai tegang pun ikut melerai. Kondisi Namira saat ini juga sudah terlalu lelah, ia tidak ingin salah ucap ketika mendengar Nida dan Aldi bertengkar dan saling bersikeras jika tidak dilerai sedari awal. Namun, jawaban Nida hanya sebuah gelengan kuat, membuat Aldi kembali bersuara.

"Lo pikirin kondisi lo, Lala mana mungkin mau lo sakit." Nyinyir Aldi sambil menepak kepala Rey yang langsung mendapat timpukan dari korbannya.

"Gue tetep di sini!" Nida tak kalah berseru.

NIDA ( END )Où les histoires vivent. Découvrez maintenant