BAGIAN 16

93 8 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Gimana keadaan Lala, Tante?" Tanya Nida tepat setelah ia duduk disamping Lussy.

Lussy menatap Nida dengan pandangan yang tak dapat Nida artinya, pandangan yang tulus dan rapuh.

"Lala baik baik aja, kamu tahu Nida? Waktu Lala sadar dari komanya. Dia nanyain keberadaan kamu. Dia bilang, kalau dia seneng banget bisa jadi sahabat kamu. Lala juga nerimain kondisinya yang sekarang." Lussy berujar dengan air mata yang mulai mengalir, nafasnya tercekat menahan Isak.

Nida segera mengulurkan tangannya, mengusap punggung Lussy yang bergetar karena menangis.

"Kalau Lala kuat, Tante harus lebih kuat." Lussy menghapus air matanya dengan punggung tangannya sendiri. Ia bangkit dari duduknya.

"Ayo, katanya mau jenguk Lala." Ajak Lussy kemudian berjalan mendahului Nida menuju ruang inap Lala.

Hal yang pertama kali Nida lihat adalah Lala yang sedang asik memainkan handphone miliknya. Nida bernafas lega karena apa yang ia khawatirkan tidak terjadi.

"La." Panggil Nida.

Lala langsung menolehkan kepalanya, senyum indah terlukis diwajahnya. Lala benar benar senang melihat Nida datang menjenguknya.

Nida bergegas mendekati ranjang Lala. Tanpa pikir panjang ia ikut naik keatas tempat tidur milik Lala.

"Sialan! kemana aja lo hah?" Teriak Lala saat Nida sudah mendapatkan posisi yang nyaman disampingnya.

"Ish! Marah marah aja kerjaan lo." Balas Nida tak kalah sinis.

Keduanya mulai terjun pada pembicaraan mereka yang abstrak, hingga mereka seolah larut dalam pembicaraan mereka sendiri. Baik Lala maupun Nida keduanya sama sama merindukan moment pembicaraan seperti ini.

"Eh gimana kalau gue ajak lo keliling rumah sakit?" Usul Nida yang langsung dibalas dengan anggukan kepala dari Lala.

Lala segera meminta izin kepada Lussy untuk ikut bersama Nida, meski hanya diberi wkatu setengah jam saja, tapi Lala sangat senang.

Sekarang Lala sudah duduk manis diatas kursi roda, setelah dibantu oleh beberapa perawat. Tak lupa selang infus yang masih ia gunakan, turut ikut serta.

Dengan senang hati Nida mendorong kursi roda milik Lala dengan pelan.

"Nid, Lo tau gak? Kalau gue tuh seneng banget."

"Kenapa?"

"Karena lo masih mau jadi sahabat gue, dengan keadaan gue yang sekarang."

Nida menghentikan laju nya dengan cepat. Ia memandangi Lala dari tempatnya sekarang. Lala yang heran kenapa Nida berhenti pun menolehkan kepalanya kebelakang.

"Gue gak suka lo ngomong kaya gitu. Sampai kapan pun Lo tetep sahabat gue."

Lala tersenyum simpul, Nida benar benar sahabat baiknya. Mungkin ini yang dikatakan sahabat yang sebenarnya. Tidak ada persahabatan yang hanya berlandaskan kesempurnaan, melainkan dengan kekurangan yang saling melengkapi satu sama lain.

NIDA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang