BAGIAN 36

78 5 2
                                    

Kedua mata Nida mengerjap saat Aldi mengibas - ngibaskan tangannya tepat didepan wajah Nida.

Nida baru saja tersadar dari lamunannya, pikirannya yang tadi dan kejadian dalam imajinasinya tadi membuatnya terdiam. Itu sangat terlihat nyata bagi Nida. Tapi, mana mungkin Aldi bertindak seperti apa yang ia bayangkan tadi.

"Kok bengong?" Tanya Aldi sambil menatap Nida lekat.

"Ah, enggak kok," Balas Nida.

Nida terpaku ditempat, ia hanya ingin menjauhkan pikiran negatifnya yang tadi sempat terlintas dibenaknya.

"Mikirin apa?" Tanya Aldi lagi, jujur raut wajah Nida kali ini jelas jelas menunjukan kebingungannya.

Balasan Nida hanyalah gelengan pelan.

"Yaudah balik ke camp aja." Ajak Aldi dan langsung berjalan mendahului Nida.

Melihat Aldi yang berjalan menjauh membuat Nida segera berjalan menyusul.
Belum sampai ditengah jalan, Aldi membalikan badannya.

Kedua mata Aldi menatap Nida dengan tatapan lembut. Sedangkan Nida menatap Aldi dengan tatapan heran.

Kini Nida dan Aldi berjalan beriringan, namun keduanya masih enggan untuk saling bersuara. Hingga sampai dimana saat Nida berjalan dengan teledor, maka Nida harus menerima nasibnya saat kakinya tanpa sengaja tersangkut pada akar pohon yang besar dan menjalar sampai ke jalan setapak ini.

Aldi yang berada disebelah Nida dengan secara spontan langsung menarik lengan Nida untuk mendekat kearahnya.

Dan kini, bagi Nida lebih baik ia jatuh dan mencium tanah daripada diri nya yang dicium seperti sekarang.

Entah kenapa, saat Aldi menarik lengan Nida, ia semakin kehilangan keseimbangan dan entah bagaimana mulanya, posisi mereka saat ini sangat diluar dugaan Nida.

Posisi Nida yang tidak terlalu tinggi dari Aldi, tubuh Nida tertahan oleh lengan kokoh Aldi pada pinggang nya. Dan dengan posisi Aldi yang sedikit membungkuk ini membuat keduanya semakin dekat, hingga saat dimana sebuah kecupan singkat mendarat di salah satu pipi Nida.

Cup

Sungguh itu hanya sebuah kecupan yang singkat pada pipi kiri Nida, namun mampu memicu detak jantung keduanya dan mampu membuat keduanya terpaku.

Seolah ditarik oleh waktu keduanya langsung saling menjauhkan diri. Aldi nampak langsung kikuk, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lain halnya dengan Nida, ia malah kesal dan malu.

"Mending gue jatuh daripada harus dicium sama lo!" Protes Nida sambil menyilang kan kedua tangannya.

"Ke cium bukan dicium." Ralat Aldi tenang.

Ucapan Aldi barusan tentu saja membuat Nida kesal bukan main. "Pake ngeles lagi," Geram Nida.

"Ya.. mana aku tau kalau ujung nya bakal ke cium," Aldi menjadi kikuk, kenapa ia yang disalahkan? Niatnya diawal kan memang untuk menolong Nida.
Kenapa Aldi selalu merasa salah dan selalu salah jika bersama Nida?

"Ih, Tau deh ah. Gue benci sama lo!" Nida memanyunkan bibirnya dengan pipi yang sedikit mengembung dan merah. Astaga Nida blushing karena hal tadi.

"Ck, ngambek aja terus, salahin gue terus," Sindir Aldi sambil menghela nafas panjang.

"Heran gue, salah mulu gue sebagai cowo." Lanjut Aldi dengan wajah pasrahnya.

Mata Nida langsung menatap tajam Aldi, bagi Nida, perkataan Aldi barusan seolah memiliki arti kalau dirinya yang salah dan Aldi tidak bersalah. Lalu, siapa yang harus Nida salahkan atas kejadian tadi?

NIDA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang