BAGIAN 9

120 13 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Nida berlari menyusuri koridor rumah sakit, setelah menerima telpon dari Namira, Nida bergegas menuju rumah sakit. Melupakan rasa sakit di kakinya itu, Nida berlari seolah tak ada waktu lagi untuk menunggu.

Aldi dan kedua temannya sudah berusaha menahan Nida agar tidak berlari terlalu cepat, namun hal itu sama sekali tidak Nida gubris sedikitpun.

"Ra, gimana?" Tanya Nida saat telah sampai dihadapan Namira.

Namira langsung bangkit dari duduknya. "Belum tau, masih diperiksa dokter didalem."

"Ra, lo gak apa apa kan?" Tanya Fathur dengan cepat.

"Iya, gue baik baik aja." Namira mengulaskan senyuman diwajahnya.

Nida nampak kesakitan dan langsung mendudukan tubuhnya ditempat yang sebelumnya Namira duduki.

"Are you oke? Lo pasti kesakitan." Aldi memperlihatkan kecemasannya pada seorang Nida.

Nida yang melihat Aldi bertingkah perhatian seperti ini menjadi sedikit menghangat namun juga dibuat kesal sekaligus.

"Kalau lo tau gue kesakitan, ngapain lo nanya?" Nida berdecih pelan.

"Gue salah apa sih? Salah mulu perasaan." Sela Aldi sambil melayangkan tatapan sok polosnya.

Rey berdehem singkat, merasa menjadi penghalang bagi dua sahabatnya yang sedang dalam fase bucin. "Lo punya banyak dosa Al. Kemarin aja bu Jah, dia nagih uang gorengan yang lo makan ke gue."

Aldi menolehkan kepalanya menatap Rey, temannya yang satu ini tidak bisa diajak kompromi. Teman macam apa yang malah menjatuhkan harga diri temannya dihadapan seseorang yang sedang ia perjuangkan.

"Kapan?! Gue gak pernah kaya gitu ya maap maap aja nih." Bela Aldi.

"Gue udah bilang 'kemarin' bego. Dasar kutu komodo!" Rey dibuat geram, ingin sekali Rey menenggelamkan Aldi saat itu juga.

Aldi tak menjawab, fokusnya kembali dipusatkan pada Nida yang terus meringis memegangi kaki kirinya yang terluka. "Udah, gue anter lo buat bersihin luka lo." Aldi dengan cepat menarik lengan Nida untuk bangkit dan menariknya ke tempat lain.

Bahkan Nida belum sempat menolak dan memaki Aldi karena tingkah gegabah pria itu membuat kaki Nida semakin nyeri.

Setelah kepergian Nida dal Aldi, Rey semakin dibuat tidak enak. Kehadirannya hanya menjadi nyamuk tak berbentuk disini. Sedangkan Fathur, sedari tadi ia tak melepaskan pandangannya dari Namira.

Wajah Namira sedikit pucat, dan raut wajah yang biasanya ceria itu nampak murung. Melihat itu Fathur yakin kalau Namira aedang tidak baik baik saja.

Fathur mendekati Namira dan memintanya duduk, Fathur melepaskan jaket yang ia kenakan dan memakaikannya pada Namira untuk menutupi tubuh Namira yang kecil. "Lo kecapean Ra, mending lo pulang. Gue anter." Ujar Fathur.

NIDA ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang