BAGIAN 34

80 6 0
                                    

Hari terakhir di acara perkemahan tahun ini, semua peserta akan diajak untuk berkeliling area perkemahan.

"Karena bapak dan guru lain sudah lelah, maka kalian diperbolehkan berkeliling sendiri tapi jangan jauh jauh. Dan sebelum gelap kalian harus sudah kembali ke sini lagi." Ucap pak Riki yang langsung dibalas dengan sorak riang para peserta.

Dari tempatnya berbaris, Aldi nampak melirik tajam kearah Nida yang juga sedang berbaris dengan kelompoknya.

Kesempatan ini pasti akan Aldi gunakan untuk lebih dekat dengan Nida, hanya saja Aldi harus pintar pintar membujuk pak Dudun agar memperbolehkan Nida pergi berdua dengannya.

Tanpa perlu menunggu waktu lama lagi, Aldi berjalan ke arah pak Dudun yang sedang mengemasi barang barang miliknya.

"Pak," Panggil Aldi sambil menepuk pundak pak Dudun.

"Ya nak Aldi  ada apa?" Tanya pak Dudun.

Aldi nampak menimbang bagaimana cara mengucapkan permohonan izin. Aish! Aldi dengan pak Dudun saja gugup apalagi saat sedang bersama Devan yang ia tahu kalau Devan lebih tegas dan galak.

"Nida sama saya dulu ya pak?" Tanya Aldi sambil mengatupkan tangannya, hal ini jadi lebih tepat seperti memohon daripada bertanya atau meminta izin Dimata pak Dudun.

"Wah, kalau untuk masuk hutan tidak bisa! Bapak harus ikut." Meski pak Dudun sendiri tahu kalau Aldi ini teman spesial Nida, tapi tetap saja kewaspadaan itu harus ada.

Terlebih saat tuan Devan sendiri yang mengatakan bahwa pak Dudun harus menjaga Nida agar pulang tanpa satu goresan pun luka ditubuhnya.

"Yah, Aldi janji bakal jagain pacar, eh Nida maksudnya!" Aldi mengangkat satu lengannya yang membentuk huruf V itu dihadapan pak Dudun.

"Tidak bisa nak Aldi," Tolak pak Dudun lagi.
Kalau dipikir lagi oleh pak dudun, melihat Aldi yang memohon padanya membuatnya terlihat seperti seorang ayah dari anak gadis yang sedang dibujuk agar mau memperbolehkan anaknya pergi bersama pria ini, dan itu Aldi.

"Bapak gak asik, Masa Nida diikutin terus sih?  Bapak mau nanti Nida dikira anak alay?" Aldi mulai mengompori pak Dudun.

"Ya tidak! Mana ada non Nida alay? Itu sih gak bener." Balas pak Dudun cepat.

"Bisa aja pak, kalau Nida terus terusan diikutin kaya gini, sama bapak." Semakin semangat Aldi mengompori pak Dudun.

Namun, pak Dudun memiliki tingkat kepekaan tinggi. Ia tahu maksud tujuan ucapan Aldi padanya. "Hm, yasudah 20 menit waktu nak Aldi bisa mengajak non Nida jalan jalan." Pak Dudun menyerah, lagipula ia tidak ingin menghalangi anak muda yang sedang kasmaran.

"Yah 20 menit sebentar banget. 5 jam ya pak," Aldi memasang wajah memelasnya.

"Heh! kelamaan, 1 jam tidak ada kelonggaran waktu. Kalau lebih, siap siap saja saya akan melapor pada tuan besar." Ancaman pak Dudun mampu membuat Aldi terbungkam.

Tidak apa jika hanya 1 jam saja pun, toh yang penting Aldi masih bisa memiliki waktu berduaan saja dengan Nida.

"Yaudah, Aldi ajak Nida sekarang. Makasi bapak gembul."

"Enak saja ngatain saya gembul!" Kedua mata pak Dudun terbuka lebar.

"Bapak emang bulet." Aldi tertawa renyah setelah berucap.

Memang tidak ada sopan santunnya, mengejek dan menertawai orang tua apa itu perilaku yang wajib dicontoh? Bagi Aldi, tentu itu adalah bakat terpendam yang sengaja tuhan tutupi dari jiwa setiap orang. Benar begitu kan?

"Pergi sana! Waktu dimulai dari sekarang!" Sontak ucapan pak Dudun membuat Aldi menutup mulutnya dan segera berlari menuju tempat dimana Nida sedang diam duduk bersama Namira dan teman kelompoknya yang lain.

NIDA ( END )Where stories live. Discover now