BAGIAN 42

70 7 0
                                    

"Mau gue bantu?"

Pertanyaan itu mengejutkan Nida yang sedang membenarkan ikat tali sepatunya yang lepas, dengan cepat Nida mendongkakkan kepalanya keatas melihat siapa yang menyuarakan pertanyaan barusan.

"Roni, gak usah..." Nida kembali menundukkan kepalanya dan kembali mengikat tali sepatunya.

"...Kok Lo ada disini sih?" Sambung Nida yang masih fokus dengan tali sepatunya.

Hanya kekehan yang terdengar dari mulut Roni, dengan santainya Roni ikut berjongkok dan langsung mengambil alih, Roni mengikatkan tali sepatu Nida.

Nida hanya terdiam sambil mengamati jemari Roni yang sedang mengikatkan tali sepatunya itu.

"Lo gak bisa ngiket tali sepatu apa?" Tanya Roni seusai mengikat tali sepatu, kini tatapannya menatap lurus menghadap wajah Nida yang masih menunduk.

Pandangan Nida ikut melurus, kedua matanya menatap jengah pria dihadapannya. "Bisalah!" Jawab Nida cepat.

Keduanya memilih bangkit.

"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi Roni!" Kesal Nida.

"Iya iya maaf, gue kesini mau jemput lo." Balas Roni dengan wajah tenangnya.

"Gue? Ngapain bego?" Tanya Nida sewot.

Sejak kapan Nida menjadi heboh dan tidak dapat mengontrol emosinya seperti ini? Aish, apa karena terlalu sering bergaul dengan Aldi si manusia terheboh seantero jagad raya. Oke hiperbola.

"Gue disuruh om Lo, buat jemput lo sama bokap Lo."  Jawab Roni masih dengan tenangnya.

"Loh? om Dino? Kok bisa?" Tanya Nida lagi dan lagi super penasaran.

Roni menghela nafasnya, ia memilih berbalik dan langsung berjalan meninggalkan Nida dibelakang menuju tempat tuan Devan.

Melihat kepergian Roni begitu saja membuat Nida dilanda rasa kesal, siapa yang tidak kesal coba? Sedang bertanya malah ditinggal bukannya dijawab. Dengan langkah seribu Nida segera menyusul Roni.

Awalnya Nida akan memaki Roni dengan sumpah serapah nya, namun saat melihat kawah Roni yang tenang dan terkesan datar ini membuatnya ikut terdiam. Kenapa? Karena Nida menyadari kehebohannya tadi, yang ia pikirkan sekarang adalah, pasti Roni sedang kesal atau mungkin malas berbicara dengannya. Dan sekarang akhirnya mereka berjalan beriringan tanpa satu kata pun.

Tepat didepan pintu kamar tuan Devan, Roni menghentikan langkahnya, hal itu otomatis membuat Nida juga ikut menghentikan langkahnya.

"Kenapa lo jadi diem?" Tanya Roni tiba tiba.

"Hah?" Nida yang terkejut hanya bisa ber 'hah' ria. Emang ada?

"Kenapa lo diem?" Roni mengulangi pertanyaannya.

"Gue kira lo kesel sama gue." Balas Nida cepat.

Ekspresi Roni sedikit berubah, namun dapat melihatkan dengan jelas keterkejutannya.

"Gue gak kesel, gue gak bisa kaya gitu ke lo," Timpal Roni.

Keduanya terdiam sejenak, dengan Nida yang sedang berusaha mencerna ucapan Roni barusan.

"Karena lo sahabat gue." Lanjut Roni dengan tenang.

Mendengar kelanjutan Roni membuat Nida langsung mangut mangut sambil ber 'oh' ria.

"Oh iya gue jadi inget, padahal nanti Aldi bakal dateng buat jemput gue." Jelas Nida.

"Yaudah, lo balik sama si Aldi, biar om Devan bareng gue." Setelah mengucapkan kalimat itu, Roni langsung masuk kedalam ruangan dan langsung disusul oleh Nida.

NIDA ( END )Where stories live. Discover now