Bab 09. Perantara

497 87 12
                                    

Andai, yang dalam bentuk nominanya berarti sebuah peristiwa yang dianggap akan terjadi, bisa juga memiliki makna umpama atau misal, adalah suatu bentuk pelarian ketika kenyataan bersilangan dengan gumul harapan yang diangkasakan. Dia—andai itu sendiri, juga bisa bermakna penghiburan bagi tiap-tiap jiwa yang baru saja terluka, saat sadar bahwa ekspektasi yang dia rapalkan di setiap tengadah tangan tak sesuai dengan realitas yang ada. Menjadi satu-satunya jalan pengobatan ketika yang di dalam kepala mulai mengalami cedera, sebab luka yang diciptakan oleh semesta. Namun sebaliknya, andai juga bisa menjadi sebuah racun bagi tiap-tiap manusia ketika takaran yang ia berikan dalam rangka pelarian itu melampaui batas yang seharusnya.

Kata andai juga sering dikonotasikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk menatap ke arah depan, melanjutkan semua perjalanannya yang sempat tak diiyakan oleh Tuhan dan kembali membuat perencanaan-perencanaan selanjutnya.

Jatuh, bangun, maju, dan mundur, adalah romantika kehidupan yang diatur oleh waktu sedemikian rincinya hingga tak kuasa manusia pilah pun pilih untuk dia hadapi yang mana terlebih dahulu. Hingga pada akhirnya hanya menyisakan satu pilihan kepad mereka yaitu menghadapinya dengan semua kesiapan yang kita punya.

Hah—andai sefasih itu pula Vito memaknai kehidupan sebagaimana ia yang selama ini fasih menarasikan ribuan cerita yang digenggamnya dalam balutan bungkam yang memenjarakan kata di balik lembab bibirnya, mungkin segala hal tentang hari ini tidak akan pernah benar-benar terjadi. Riuh sesak kefanaan yang membelenggu langkah-langkahnya pun tak akan menjadi kelimun kesengsaraan bagi manusia lain yang entah kenapa selalu menjadi yang pertama kali ia pikirkan raga serta batinnya yang entah seluluh lantak apa sekarang ini.

Terjalnya cerita yang Vito lalui, tak pernah ia duga-duga akan membuat seseorang ikut serta terperosok dalam lembah kisahnya yang tak pernah ia ingini dimasuki orang lain selain dia sendiri—bahkan Ratu sekalipun, seandainya ia yang dipilihkan Tuhan untuk menjadi teman menua bersamanya, tak akan ia izinkan untuk mencecap terjal jalanan yang Vito punya.

Namun, pada akhirnya, semesta memang menjadi yang paling berkuasa untuk mengambil segala keputusan yang sudah direncanakan oleh manusia. Meninggalkan kenelangsaan akan setiap harap yang tak bisa dihirup, lalu menjerembabkan onggok-onggok jiwa itu pada ratapan kesedihan serta kekecewaan pada diri mereka sendiri.

Ah, tidak—Vito sedang tidak menghakimi semesta. Sama sekali tidak. Bukankah segala kenelangsaan yang dialaminya merupakan hasil dari kesalahannya sendiri? Bukankah—hancur leburnya hubungan serta semua harap yang pernah ia hirup dalam-dalam merupakan hasil dari segala perbuatannya yang di luar batas tempo itu sehingga menghadirkan kata seandainya yang tak lagi bisa diwujudkan secara nyata?

Renung panjang Vito berakhir dengan hempasan punggung pada dinding ruang tunggu yang bisu dan beku. Semua kekalutannya membuncah membersamai sugaran kuat jari-jarinya pada helai rambut yang basah setelah ditempa keringat beberapa waktu lalu—berlari memburu waktu Ratu lalu berakhir di rumah sakit setelah mendapat kabar dari Bi Inah melalui sambungan telepon beberapa waktu lalu.

Ia tidak berani masuk—bukan, bukan tidak berani. Hanya saja ada beberapa hal yang sepertinya menahan Vito agar tidak menemui Chika sekarang ini. Ia tahu jika masuk pun hanya akan membuat wanita itu semakin merasa terusik bahkan bisa saja tak mau lagi bersitatap dengannya setelah semua sulut kemelut yang ia ciptakan di dalam jiwa Chika yang terenggut bahagianya.

"Pak."

Vito membuka mata. Menegakkan punggung saat sentuhan tangan Bi Inah mendarat di bahunya. "Eh, ya, Bi? Gimana?"

"Itu—Ibu sudah bangun. Bapak—tidak mau menemui dulu?"

Vito sedikit memanjangkan kepala. Samar-samar, ia melihat Chika menegakkan tubuhnya agar bersandar di  headboard rumah sakit melalui celah yang disisakan Bi Inah saat keluar tadi. "Harus enggak, ya, Bi?"

PRESTIGE [Completed]Where stories live. Discover now