Bab 26. Pilu Membiru

730 106 169
                                    

Vito berdiri dengan ringkih di sebelah gundukan tanah berwarna merah yang pada hari ini telah resmi menjadi rumah baru bagi mendiang kakaknya. Berdiri di tengah kerumunan pelayat yang mengantar kepergian wanita baik hati ini ke rumah terakhirnya—di sebelah Tuhan yang semogalah menjaga Anin sebaik dia selama ini.

Anin—sudah benar-benar pergi. Raga itu telah resmi dipeluk oleh dekap lembut tanah merah yang tak akan pernah mau melepaskan perempuan itu lagi—selamanya, tanpa peduli seperih apa rindu itu saat menyapa. Meninggalkan mereka semua dengan sebuah cinta yang begitu hebat yang masih dia titipkan kepada Boby yang belum membuka matanya sejak kecelakaan itu. Berkali-kali Juwita, Ibu Boby, menangis histeris hingga tak segan melemparkan bergepok-gepok uang di hadapan para pelayat agar mereka mampu membuat menantu kesayangannya kembali membuka mata, memukuli siapa saja yang memaksanya berhenti melakukan itu semua. Berkali-kali jatuh pingsan, berkali-kali ditenangkan oleh suaminya, pada akhirnya Juwita menyerah juga. Jatuh terkulai di sebelah nisan berpahatkan nama Aninditha yang tak akan pernah bisa melemparkan sapa kepada mereka—selama-lamanya.

Hingga pada akhirnya, satu per satu pelayat itu memutuskan pergi setelah rangkaian penuh luka prosesi pemakaman dilaksanakan. Menyisakan Vito yang pada akhirnya ikut bersimpuh juga. Meraba nisan yang dibasahi oleh gerimis kecil yang ikut serta mendramatisasi kesedihan seluruh umat manusia, membiarkan titik-titik air mata yang semula ia janjikan tak akan jatuh lagi itu untuk mengaitkan diri di atas nama sang Kakak yang ia cinta.

Menurutmu, apa yang lebih menyedihkan dari ini semua?

Tidak ada—sama sekali tidak ada. Dia pernah terluka hingga hampir mati rasanya saat hubungannya dengan Ratu harus kandas dua tahun silam, pernah begitu terpuruk saat diberi tahu oleh Vino tentang kondisinya yang sebenarnya, pernah pula melihat pengkhianatan yang dilakukan oleh istrinya. Namun, Vito masih bisa berpura-pura untuk baik-baik saja, masih bisa membohongi semesta jika tidak pernah terjadi apa-apa dengan hatinya. Lalu—sekarang? Bahkan, untuk mengatakan baik-baik saja Vito tidak bisa. Dia dilanda ketakutan setelah kakaknya tiada, dilanda kesepian yang bahkan sudah mulai menebas habis rasa di dalam jiwanya—hingga kebas semuanya.

Vito semakin menundukkan kepala, melafalkan ayat-ayatnya untuk sebuah doa terbaik bagi mendiang sang Kakak, membiarkan bahunya semakin naik turun diledakkan sesak—sekali lagi, dia merasa menjadi begitu kecil di hadapan Tuhannya.

"Tuhan, saya titipkan wanita baik hati ini kepada-Mu. Dekaplah ia sebagaimana saya mendekapnya selama ini. Untuk pertama kalinya, saya hanya ingin memohon kepada-Mu."

...

Dia tidak ingat kapan terakhir kali merasakan kekosongan sehebat ini—kecuali setelah kandasnya hubungan yang ia dan Ratu jalani dua tahun lalu. Vito juga tidak ingat kapan terakhir kali merasakan pedih di seluruh mata setiap kali melihat setiap sudut rumah yang bahkan belum pernah ia singgahi kecuali malam ini—dan malam-malam sebelum ini.

Di dalam kepalanya, masih bersekongkol semua ketidakpercayaan yang bercokol di dalam dada, jika mulai malam ini, manusia yang setiap malam selalu menghubunginya untuk sekadar mengingatkan mengatur alarm di esok hari sudah tak lagi bisa ia dengar suaranya, sudah tak lagi bisa ia lihat dering namanya di layar gawai yang senantiasa digenggamnya. Rasa-rasanya, masih begitu berat kepala Vito bila mengingat ini semua hingga berdentum seluruh jiwa setiap kali tertampar realitas yang dituliskan oleh semesta—kakaknya benar-benar telah tiada, meninggalkan dirinya dan juga manusia bernama Boby Prasmana yang belum kunjung membuka mata.

"Kenapa enggak masuk, Mas?"

Vito menolehkan kepala saat suara halus dan lembut itu menyapa gendang telinga. Mengedutkan sudut bibirnya sebagai respons paling sempurna yang bisa ia berikan setelah ketiadaan sang Kakak kemudian menggeser sedikit duduknya—memberi ruang bagi prempuan yang baru saja bergabung di atas ayunan.

PRESTIGE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang