Dua puluh delapan 2.8

175 48 10
                                    

Vote ya ayang!

Dimohon untuk
*
*
*
◇VOMENTNYA YA KAWAND◇

Hana menutup pintu lemari buku yang ada di perpustakaan, setelah mendapatkan buku yang dia cari, ia berniat langsung pergi.

Dirinya terkejut karena saat menutup pintu lemari, sudah ada Hariz yang tengah menyenderkan diri ke rak buku sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Hai!" Sapanya sambil tersenyum, Hana menatap Hariz teliti, seperti ada yang hilang dari diri lelaki itu.

"Kenapa? Ganteng ya gue? Hehe, udah potong rambut nih," ujarnya sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan gaya.

Hana yang melihat itu hanya menatap datar, tanpa minat memuji ataupun melihatnya lagi. Dia lebih memilih berbalik badan dan pergi menuju bangku di perpustakaan.

Hariz yang melihat itu langsung menyusul Hana dan duduk di sampingnya. Hana tidak ada niatan mengusir, terserah saja. Lagi pula ini tempat umum kan?

"Kenapa lo gak jawab pertanyaan kemarin?"

"Dari cara gue balik badan, itu udah jelas bukan jawabannya?"

Hariz terdiam, iya dia tahu kalau dirinya di tolak mentah-mentah oleh Hana di depan banyak orang. Mana telanjang baju, ditambah keringetan gara-gara lari dari lantai atas sampai kelapang terus muterin lapang karena Hariz lebih memilih konsekuensi dari pada harus menjauh dari Hana setelah tujuh hari berlalu.

"Iya, lo tolak gue mentah-mentah. Mentah banget."

Hana masih fokus dengan bacaannya, tanpa mau menoleh pada lelaki yang tengah duduk di sampingnya. Sebenarnya, tulisan yang ia baca juga tak sampai ke otak. Di dalam dirinya, Hana sedang gugup. Tapi wajahnya sangat ahli untuk menutupi itu semua.

"Apa masih ada kesempatan? Gue mau serius sama lo Na," ucapnya lembut, dengan tatapan yang sama sekali tak teralihkan untuk menatap wajah Hana dari samping.

"Gak."

"Serius? Lo masih marah sama gue?"

Hana diam. Marah? Tentu, dia masih marah karena alasan itu. Ya walaupun dia juga jadian sama Hariz karena hanya ingin main-main saja.

Tapi namanya juga perasaan, semakin sering melihat wajahnya, semakin sering menerima perlakuan manisnya, apa mungkin tidak timbul?

"Tentang taruhan itu, gue bener-bener minta maaf. Harusnya gue gak nurutin permintaan temen-temen gue. Harusnya gue milih konsekuensi aja dari awal, supaya gue gak nyakitin lo kaya gini."

"Gue brengsek Na, gue akuin. Gue gak pernah suka sama cewek, gue cuman anggap mereka cewek yang cuman pengen dimanja sama cowoknya."

Hariz terkekeh pelan. "Makanya gue ganti-ganti cewek, apa lo pernah lihat gue pacaran sama cewek yang sama dengan waktu yang lama? Enggak kan? Hari pertama jadian, hari kedua kencan, hari ketiga putus. Gitu aja siklusnya. Brengsekkan?" Hariz bertanya itu sambil menatap Hana dari samping.

Hana menoleh sekilas, kemudian fokus lagi dengan bukunya. "Kasih gue alasan kenapa lo gak kasih gue kesempatan."

"Gak ada, gue cuman gak mau aja." Hana menghela napasnya, setelah tiga puluh detik terdiam. Akhirnya Hana menjawab juga.

7Day's with'you [2HWANG] ✅Where stories live. Discover now