Part 29

92 11 0
                                    

Happy Reading!

Hari ini Fisha diperbolehkan untuk pulang kerumah. Sekarang Ali, Zara dan Fisha sudah didalam mobil. Tujuan mereka bukan rumah, tapi akan ke pemakaman Lathifa dulu. Fisha yang mengajak orang tua nya untuk pergi ke pemakaman. Ali dan Zara pun sangat menyetujui ajakan putrinya itu.

Fisha melihat ke arah luar jendela mobil, memang kebiasaannya seperti itu. Tapi setelah 2 setengah tahun ini ia hanya bisa melihat kegelapan tapi sekarang ia bisa melihat lagi betapa indahnya ciptaan Allah sepanjang jalan.

Sekitar 30 menit mobil Ali akhirnya berhenti di dekat parkiran pemakaman. Zara membeli bunga dan air mawar terlebih dahulu. Mereka pun memasuki pemakaman, tidak sulit menemukan tempat peristirahatan Lathifa, karena ketika Lathifa meninggal Ali yang membantu Abi Lathifa mengurus pemakaman Lathifa.

Fisha langsung jongkok di samping batu nisan Lathifa. Tanah yang masih basah menandakan bahwa sang pemilik baru dimakamkan beberapa hari yang lalu.

"Assalamualaikum Fa" salam Fisha dengan suara yang sudah serak menandakan ia sedang menahan tangis.

Ali dan Zara hanya diam menunggu Fisha untuk mengeluarkan suaranya kembali.

"Lathifa jahat, ngak ngasih tahu kalau Thifa sakit. Fisha benci Lathifa" pecah sudah tangisannya.

"Faaaa,, kenapa Fa?! Kenapa ngak ngasih tahu Fisha Fa Hiks Hiks" Fisha menangis dengan tubuh yang sudah ia jatuhkan ke tanah.

"Fa, terima kasih udah donorin mata kamu buat Fisha. Fisha janji akan jaga pemberian Lathifa. Thifa pasti bahagia kan disana? Udah ngak ngerasain sakit lagi"

"Udah ya sayang, mari kita doakan Lathifa semoga ditempatkan disisi-Nya" ajak Ali.

Fisha menganggukkan kepalanya, Ali memimpin doa dan diaminkan oleh Zara dan Fisha. Setelah berdoa, mereka menabur bunga di makam Lathifa.

"Fa, Fisha pamit pulang dulu ya. Fisha janji akan sering kesini"

"Yuk sayang kita pulang" ajak Zara sambil merangkul Fisha.

*****

3 tahun sudah Lathifa pergi untuk selamanya. Dan selama itu pula, Fisha sudah menempuh pendidikan nya. Ia sekarang kuliah di UI, ia mengambil 2 jurusan sekaligus. Yakni Sastra dan Manajemen Bisnis. Ia sadar bahwa ia satu-satunya penerus perusahaan Ali, maka Fisha memutuskan untuk mengambil jurusan Manajemen Bisnis. Disamping itu ia juga melanjutkan mimpinya menjadi penulis.

Dan terhitung sudah beberapa tahun pula, Fatih tidak pernah menghubungi nya, terakhir ketika ia menghubungi Fisha melalui hp Zara. Setelah itu tidak ada lagi kabar dari Fatih. Ia hilang bak ditelan bumi.

Rindu? Sudah pasti bolehkah ia rindu pada hamba - Nya yang bahkan dia belum halal baginya? Entahlah. Fisha harus menata hati, banyak kemungkinan yang akan terjadi nanti nya. Apakah mereka akan dipersatukan ataukah harus memutus hubungan?

Hari-hari Fisha disibukan oleh kegiatannya sendiri. Memang, ia menyibukkan diri sebagai pengalihan. Duka karena kepergian Lathifa masih sangat ia rasakan. Ditambah lagi Fatih yang hilang tanpa kabar.

"Sha, lo ngelamun in apa?" tanya Siska teman satu kelas Fisha di jurusan Manajemen.

"Hah?! Ngak kok ngak ngelamun in apa-apa"

"Yang bener?"

"Iyaa Siskaaa"

Siska memang dekat dengan Fisha, siska belum berhijab bahasanya pun masih gue-Lo. Tapi Fisha tidak mempermasahkan itu. Bahkan dikawal-awal kuliah, Fisha yang merasa tidak akan memiliki teman karena sekarang ia berusaha istiqomah untuk menggunakan cadar.
Nayla sudah 1 tahun yang lalu menuntaskan pendidikannya. Malah sekarang ia bekerja di salah satu Rumah Sakit.

"Yuk kita ke kantin Sha" ajak Siska.

"Yuk" Fisha menggandeng tangan Siska berjalan menuju kantin fakultas.

Setibanya di kantin, Fisha melihat ke penjuru kantin. Ia tidak menemukan kursi yang kosong.

"Sis, kursinya penuh" adu Fisha.

Siska yang mendengar ucapan Fisha ikut melihat ke semua arah. Fisha benar, tidak ada kursi yang kosong. Tapi ia tersenyum samar seperti melihat oasis di padang pasir.

"Hmm... Tenang aja Sha, gue yang tanganin. Lo mesen makanan gih biar gue yang cari kursi" suruh Siska.

"Okey bentar ya. Kamu mau pesen apa Sis?" tanya Fisha.

Siska meneliti setiap jualan yang dijual di kantin. Ia melihat ke arah siomay yang pembeli nya lumayan sedikit. Bukan karena apa ia memilih siomay, ia hanya ingin sahabatnya ini nyaman.

"Gue pesen siomay aja Sha"

"Okey"

Fisha langsung menuju gerobak penjual siomay dan memesan 2 porsi siomay.

Sedangkan Siska juga langsung menuju target, ia akan menjalankan misinya.

"Heh!" Siska menepuk punggung orang tersebut.

"Eh Astagfirullah" orang itu pun refleks membalikkan badan. Ia akan memarahi orang yang berani mengejutkan nya.

"Apa Lo?" tantang Siska.

"Eh ada Siska. Ngapain disini Sis?" tanya orang itu sambil cengegesan.

"Menurut Lo kalau gue dikantin mau ngapain?!"

"Hehehe makan dong"

Orang itu adalah Bobi, teman siska. Bukan teman sih tapi lebih tepatnya bawahan siska. Jangan heran kenapa bobi orang yang tinggi, dan tampan takhluk dengan Siska. Siska adalah salah satu atlet taekwondo. Jadi siapa yang berani dengannya?

"Minggir deh Lo, gue mau makan bareng Fisha. Kursi pada penuh" suruh Siska.

"Aelah Sis, gue masih makan ini"

"Lo berani ngebantah gue Bob?" tanya Siska dengan seringaian di wajah cantiknya.

"Hehehe ngak Sis, gue pergi kok" jawab Bobi dengan cengegesan.

Bobi langsung meninggalkan meja itu berdua dengan temannya, sedangkan Siska malah tertawa sambil menduduki kursi. Tak lama kemudian datanglah Fisha dengan membawa nampan yang berisi siomay pesanan nya.

"Ini dia siomay spesial"

"Maacie Sha"

"Sama-sama Siska"

Fisha dan Siska memakan siomay dengan tenang sambil sedikit becanda. Siska memang tidak mempunyai teman selain Fisha. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Siapa sih yang mau berteman dengan orang yang tomboy dan suka bergaul dengan laki-laki? Tidak ada. Tapi tidak dengan Fisha ia mau berteman dengan siska tanpa mempermasalahkan siapa siska.

Fisha juga tidak memiliki teman selain Siska. Ia memang tidak banyak bergaul seperti halnya ketika SMA. Ia cenderung lebih banyak diam. Entahlah jiwa barbar dan humor nya hilang setelah 3 tahun yang lalu. Fisha bersyukur masih ada yang mau berteman dengannya.

Sekarang Fisha dan Siska sudah berada di parkiran kampus. Fisha menuju mobil nya. Iya, dia memang sudah membawa mobil sendiri tidak mau diantar Pak Imam. Ia hanya ingin lebih mandiri.

"Sis, kamu pulangnya sama siapa?" tanya Fisha pada Siska. Ia tidak melihat dimana letak mobil temannya itu yang biasanya parkir bersebelahan dengan nya.

"Hehehe lagi di bengkel Sha. Maklum"

"Pasti abis balapan ya?!" todong Fisha.

"Hehehe begitu deh" jawab Siska.

Fisha memang sudah mengetahui sifat Siska, ia tahu kalau Siska itu sering balapan. Ia sudah berkali-kali menasihati Siska tapi tetap saja Siska tetap akan balapan. Fisha sendiri sudah tidak tahu lagi bagaimana cara supaya temannya ini tobat dari balapan.

"Tobat lah Siska Oyy.. Yuk bareng Fisha pulangnya. Fisha anterin sampai pintu rumah" ucap Fisha.

"Heheheh nanti Sha tobat nya. Uhh maaciiee udah mau nganterin gue"

"Sama-sama Siskakuu"
.
.
.
.
.
Tbc

Lima Puluh Kota, Sumatera Barat
12 Juli 2021

Luka Dalam Tawa (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang