3. Queen's Adjudgement

811 172 171
                                    

»»——⍟——««

Tubuh langsing, putih, mulus, bersih, tiada noda walau sedikit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tubuh langsing, putih, mulus, bersih, tiada noda walau sedikit. Aroma tubuh dan rambut begitu semerbak, mewangi indah, menggelitik indera penciuman dan pengelihatan siapa saja.

Seorang Ratu yang tak boleh ternodai oleh tangan lelaki. Harus selalu suci sampai ajal menghampiri. Senyuman gemulai pun terpatri asri kala bibirnya tersungging.

Ratu Thaddea yang tak boleh tersentuh.

Dan itu, adalah salah satu dari hukum-hukum paten yang tak boleh dilanggar oleh siapa pun di Dunia Razorve.

Ratu cantik nan anggun itu sedang berada di atas singgasana penuh bunganya ketika Heras dan Labita datang menghadap.

"Maaf mengganggu waktumu, Yang Mulia Ratu. Maafkan kelancangan kami yang sudah berani menghadapmu," ujar Heras sambil berlutut di depan Ratu Thaddea. Sama. Begitu pun Labita, ia berpose sama seperti suaminya.

Sang Ratu tersenyum begitu tipis. Sangat anggun dan berseri bagai lengkungan pelangi. Kecantikan bagai bidadari yang sulit sekali untuk ditampik.

Sebenarnya, semua penduduk Razorve tidak ada yang jelek fisiknya. Jadi tentu saja Ratu mereka amat sangat cantik penampilannya.

"Ya. Sebuah kepentingan yang amat sangat, sampai rakyat biasa seperti kalian harus datang ke kerjaan menghadapku," ujar Ratu Thaddea dengan senyuman anggun.

Heras tersenyum tanpa menatap. Ia mengangguk dengan sopan. "Benar, Yang Mulia. Aku Heras, dan ini istriku Labita. Kami berdua ingin bermohon–"

"Cukup, Heras. Aku ingin mendengar istri cantikmu saja yang berbicara," potong sang Ratu.

Heras pun langsung mengatupkan bibir tipisnya. Mempersilakan Labita untuk bicara mewakilinya.

Labita berdeham pelan. Ia duduk bersimpuh di depan singgasana sang Ratu. Tangannya ia tautkan di depan dada, memohon pada sang Ratu dengan sangat.

"Aku minta maaf, Ratu. Aku ingin memohon padamu supaya mengembalikan anakku. Aku tak bisa hidup tanpanya, dan aku sangat mengkhawatirkan keselamatannya. Anakku masih kecil, dia belum bisa melindungi dirinya dari dunia luar yang kejam. Aku mohon padamu, Ratu... kembalikan Labhrainn anakku."

Labita berujar sambil menangis, membuat Ratu Thaddea yang berhati lembut itu pun menyendu halus. "Oh. Jadi, kalian adalah orangtua dari anak itu?" tanyanya lembut.

"Iya, Ratu. Aku mohon, atas nama anakku, aku meminta maaf yang sebesar-besarnya karena anakku sudah berucap lancang tempo hari. Aku berjanji akan melakukan apa pun supaya anakku dapat kembali," ujar Labita kembali memohon.

"Hm. Bagaimana, ya. Yang kudengar dari Adonis, penyihir terkuatku di Razorve, anak kalian Labhrainn masih hidup. Namun dirinya sudah terlempar ke suatu tempat bernama Bumi," ucap sang Ratu dengan tenang.

RAI MEETS LIVY ✔️Where stories live. Discover now