45. Javier

830 126 143
                                    

»»——⍟——««

Beberapa hari kemudian setelah pernikahan, tentunya aktivitas istana kembali seperti sedia kala.

Singgasana Raja jarang sekali diduduki sebab Sang Raja yang memang tak gemar duduk di sana kecuali saat ada pertemuan dengan orang-orang penting atau saat ingin menitahkan sesuatu pada dewan-dewan kerajaan.

Ya begitulah Rai. Mendapat tahta Raja bukan karena keinginan, tetapi karena takdir yang memilihnya, bahkan terkesan dipaksa dan terpaksa.

Kendati tidak menginginkan, Rai tetap menjalani segala tugasnya dengan tulus ikhlas. Merasa dirinya sudah diberi karunia sehingga tak boleh melawan kehendak Yang Maha Kuasa.

Untuk Razorve, ia hanya ingin kedamaian dan kemakmuran. Itu saja yang diusahakannya.

Dan untuk istri sekaligus ratunya, Livy Annamarie. Ia hanya ingin kebahagiaan dan kesehatan mengelilinginya. Dan juga cinta. Ia ingin Livy selalu mencintainya. Itu saja.

Pokoknya, dapat melihat wanita itu tersenyum dan selalu menunjukkan sifat cerah cerianya adalah kebahagiaan untuk Rai.

"Cepatlah, aku punya kejutan untukmu!" ucap Livy setelah menyambut suaminya yang baru saja memasuki kamar.

"Apa itu?"

Livy tak menjawab. Tangannya menarik tangan Rai dengan langkah gembira.

"Tada!" Wanita itu merentangkan kedua tangan, merujuk sesuatu di atas meja sambil tersenyum lebar.

Rai menatap sesuatu di atas salah satu meja kamarnya tersebut. Maniknya sontak terbelalak, senyumnya mengembang lebar. "Lasagna!" serunya semangat, matanya berbinar-binar.

Livy bertepuk tangan lucu. "Hihi. Ayo, cepat cicipi! Aku sendiri yang membuatnya, lho. Meskipun harus sedikit adu mulut dengan petugas-petugas dapur yang tidak mengizinkanku memasak," ungkap Livy sedikit curhat.

Rai tersenyum hangat penuh sayang, kemudian mengusap kepala dan pipi istrinya. Ia pun meraih kursi, mendudukkan dirinya untuk mencoba si lasagna yang sudah berbulan-bulan absen dari lidahnya.

Rai mulai mengambil sendok, menggunakannya, dan menyuapkan makanan ala Bumi itu ke mulutnya.

Livy yang berdiri di samping Rai hanya menanti ekspresi suaminya sambil tersenyum-senyum cantik.

"Wah, enak sekali! Lebih enak daripada yang ada di L.A," komentar Rai.

"Really?"

Rai mengangguk semangat. "Iya! Ini harus ditambahkan ke menu istana," ujarnya kemudian.

"Itu ide bagus. Hah... aku senang kalau kau suka. Oh ya, menurutku, mengapa dia bisa jadi lebih enak mungkin karena bahan-bahan pangan di Razorve lebih bagus daripada di Bumi, jadinya-"

"Livy, diam sebentar," ujar Rai dengan wajah yang tiba-tiba serius.

"Hm? Kenapa, Sayang?"

Rai tidak menjawab. Kunyahannya memelan. Ia menyentuh perut Livy yang empunya sedang berdiri. Lalu, pria itu mendekatkan tubuh. Menuduk sedikit, menempelkan telinganya pada perut Livy. Kemudian, mulailah ia mendengarkan sesuatu di sana.

Livy menelan ludah. Menatap kepala Rai dengan harap-harap cemas.

"R-Rai..."

"Livy, sepertinya... kita akan punya anak," ucap Rai lambat lalu mendongak dengan wajah melongo.

RAI MEETS LIVY ✔️Where stories live. Discover now