20. Rai's Fire

788 143 159
                                    

»»——⍟——««

4 hari kemudian...

Sore hari di hari Senin, hari di mana Rai mulai bekerja di restoran milik ayah Frederick. Pemuda itu sedang menyisir rambut basahnya di depan cermin. Ia menatap parasnya, iris biru indahnya, lalu rambut yang semakin gelap.

Ia menghela napas. "Kenapa ya rambut Rai terlihat semakin gelap? Rai kan belum menikah. Apa Ayah dan Ibu berbohong?" monolognya di depan cermin.

Ya, Heras dan Labita memang berbohong. Rai yang suka sekali bertanya itu masih berusia 7 tahunㅡukuran Razorve, ketika bertanya perihal tersebut. Tidak mungkin orangtuanya menjelaskan masalah libido, nafsu, dan berahi pada Rai kala itu.

"Kenapa rambut Rai biru tetapi rambut Ayah dan Ibu hitam? Lalu, kenapa rambut teman-teman Rai berwarna-warni tetapi rambut orangtua mereka juga hitam atau cokelat tua?"

"Ah, itu... itu karena para orangtua sudah menikah, Sayang. Kalau sudah menikah, pasti rambut seseorang akan berubah warna."

"Oh, jadi begitu."

"Iya. Kalau Rai tidak percaya, coba tanya pada Ayah."

Rai tersenyum kecil dengan tatapan sendu. Tiba-tiba teringat pada percakapan lawas dengan sang Ibu. Rasa rindu mulai menyerbu. Ia menghela napas dengan mata tertutup, berusaha menggapai ketenangan sebab perasaan mulai berkecamuk.

Kemudian, memilih keluar dari kamar Livy yang empunya masih bekerja di mini market. Ini masih pukul 4, gadis itu akan pulang di pukul 5. Sedangkan Rai, hari ini mendapatkan shift sore. Mulai bekerja sejak pukul 5 sore dan selesai di pukul 11 malam. Sementara restoran, tutup di jam 10 malam.

Pemuda itu melintasi ruang tamu ketika Travis dan seorang gadis entah siapa sedang duduk begitu dempet dan mesra di atas sofa.

"Hei, mau ke mana kau?" tanya Travis sambil merangkul gadis itu.

"Pergi bekerja." Rai tersenyum.

Travis tersenyum remeh. "Ke mini market maksudmu?"

"Bukan. Aku bekerja di Lorenzo Restaurant sekarang."

"Lorenzo Restaurant yang ada di downtown? Yang milik Ayahnya Frederick?"

"Iya."

Travis sedikit tak percaya. Wajahnya kaget, tapi setelah itu kembali meluruskan rautnya. "Ya sudah, ya sudah. Pergilah. Akhirnya kau bisa menghasilkan uang juga," ucapnya setengah hati.

Namun, Rai hanya tersenyum saja. Hatinya sedang senang, diliputi semangat hari pertama bekerja.

"Ya sudah, Travis. Aku pergi dulu, ya. Yang di samping Travis, aku pergi dulu," pamitnya lalu tersenyum cerah.

Gadis itu memberi kecup jauh untuk Rai. "Goodluck, cutie pie," ucapnya genit.

Rai hanya tersenyum lalu keluar dari rumah itu, sedangkan wajah Travis, kontan berubah kesal. "What? What did you just say?" tanyanya tak terima.

"Ya memang kenyatannya dia cute, mau bagaimana lagi?" Gadis itu mengendikkan bahu.

. . .

RAI MEETS LIVY ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt