Bahagia

1K 105 3
                                    

Langit sudah tampak setengah gelap, namun bulan dan bintang enggan muncul. Di bangunan yang terbengkalai, ada Shani dan Gracia, kaki mereka menjulur kebawah. Duduk bersalahan jaket milik Gracia, meskipun cuaca sore itu cukup menusuk. Keduanya sibuk tertawa, bahkan Shani tak kuasa menahan air matanya karena Gracia bercerita.

"Terus ada lagi nih, Shan," Gracia melanjutkan "seorang pangeran yang dikutuk jadi katak, ketemu sama penyihir tua."

"Terus?" Shani menanggapi.

"Penyihir punya kabar buat pangeran, katanya ada dua kabar," Gracia mengubah ekspresi wajahnya agar tampak serius, "kabar baiknya, si pangeran bakal ketemu perempuan cantik yang bisa balikin dia ke wujud manusia lagi,"

"Wah bagus dong kalo gitu," Shani tampak senang.

"Tapi, Shan, kabar buruknya itu, si pangeran ketemu perempuan cantik itu di kelas biologi." Gracia masih memasang wajah serius.

Shani bingung, "kok di kelas biologi? Perempuannya anak sekolahan?"

"Iya, anak sekolahan. Masih kelas 11," Gracia tak habis pikir pada Shani, "anak IPA, Shan, mau praktikum. Berarti nanti bukannya di cium biar bisa jadi manusia lagi, yang ada malah di bedah buat di teliti organnya."

"Iiih kok serem, jahat banget." Shani bergidik ngeri.

Gracia mengangkat bahu, tanda tak tahu. "kamu ngga balik, Shan? Udah mulai malam, nanti di cari orangtua kamu."

Shani melirik jam tangannya, "iya nih, bentar lagi mau jam tujuh. Kamu ngga balik?"

"Engga. Nantian aja. Lagi pengen cari angin."

Shani membereskan barang-barang miliknya, tak lupa juga dia mengumpulkan plastik sampah bekas camilan mereka, "kamu mau aku temenin?"

Gracia menggeleng, "engga, udah pulang aja sana. Nanti makin malam."

"Yaudah, aku balik duluan ya, Gracia," Shani berdiri disebelah Gracia, "kamu jangan kemalaman pulangnya, kalo udah di rumah jangan lupa kabarin."

Gracia hanya mengangguk, sambil memandangi punggung Shani yang semakin jauh.

Setelah Shani sampai dibawah, sekali lagi dia mencari keberadaan Gracia melempar senyum dan melambaikan tangan.

"Shan," panggil Gracia.

"Kenapa, Gre?" Sahut Shani setengah berteriak.

"Terimakasih ya," Gracia tersenyum "karena udah jadi temanku selama ini, dan aku juga mau minta maaf. Kalo semisal aku punya salah sama kamu."

Shani tampak bingung dengan ucapan Gracia, mencoba mencerna setiap kalimat milik Gracia. Lalu mengangguk.

"Aku juga ya, Gre. Sampai ketemu besok di kampus," Shani melambaikan tangan lalu kembali melanjutkan kembali langkahnya.

Perlahan Gracia meluruh, menatap Shani yang semakin hilang dari pandangannya. Tersenyum getir, tetes demi tetes air matanya jatuh.

"Tidak ada besok, Shani. Cukup. Aku selesai." Kalimat penutup dari Gracia.

Shani tidak tahu, bahwa sebenarnya itu adalah hari terakhir baginya untuk bertemu Gracia. Melihat Gracia. Mendengar suara Gracia. Itu adalah hari untuk terakhirnya melihat Gracia yang masih 'hidup' terserah mau hidup seperti apa yang bisa Shani simpulkan.

Nyatanya, sudah tak ada lagi Gracia. Dia pergi bersamaan dengan munculnya bulan.

Story GrshnWhere stories live. Discover now