Step

1K 130 5
                                    

Sepasang kekasih tengah tersenyum hangat satu sama lain, duduk di teras kamar milik salah satunya. Membicarakan beberapa hal ringan sambil menikmati dinginnya udara malam itu.

“kapan kamu mau ajak aku jalan-jalan? Lihat kampusmu juga boleh loh, kemana aja asal sama kamu,” Gracia meletakkan mug berisi coklat hangat.

“lusa? Sekalian kamu ambil brosur deh, kan bentar lagi kamu mau jadi anak kuliah,” Shani tersenyum geli.

“kamu kalo udah jadi kakak tingkatku, jangan galak-galak ya,”

“kenapa emangnya? Kamu takut? Kan aku ngga semenyeramkan itu,”

“bukan, mana ada lagian seram-seramnya,” gracia menyandarkan tubuhnya ke kursi, “yang ada malah gemesin, takut ngga bisa nahan diri, bawaannya jadi pengen peluk sama cium pipi kamu,” lanjutnya.

Shani tertawa, padahal itu hanya rayuan receh dari kekasihnya. “aneh banget kamu, Ge.” Shani memeriksa ponsel miliknya, lalu menoleh pada Gracia. “udah mau tengah malam, sana balik ke kamar kamu.”

Gracia menarik napas sebentar, “besok jadi pergi sama papa?”
Shani mengangguk, “sekalian jemput mama di bandara, kenapa?”

Wajah Gracia sendu, Shani dapat melihat kegusaran dalam diri Gracia.

“jangan dipikirin, Ge,” Shani mencoba menenangkan Gracia, “kita masih belum cukup siap.”

Gracia mengangguk pasrah, “coba aja kalau kita bukan saudara ya, Shan, pasti hubungan kita ngga akan serumit ini.”

Menghela napas pelan, Shani menarik tubuh Gracia untuk dia dekap, “sabar, sedikit lagi, ya. Aku lagi bangun jalan buat kita lewati nanti, aku juga lagi berusaha bangun tempat untuk kita berlindung. Kamu masih mau nunggu, kan? Kita harus bisa dan mampu ngeyakinin orangtua kita kalau kita ngga salah, hubungan kita ngga salah, hati kita ngga salah, aku Cuma butuh kamu buat terus bangun semangat dan memupuk harapan aku, aku juga Cuma butuh kamu untuk terus sama aku, kita berdua harus yakin kalau kita yang keluar sebagai pemenang,”

Gracia menangis dalam peluk Shani, mengamini setiap kata yang keluar dari kekasihnya itu. Gracia merasa jika dia dan Shani sangat egois, namun tetap saja, mereka ingin memelihara keegoisan itu, mereka juga ingin merasakan bahagia. Layaknya ayah Gracia dan ibu Shani, mereka berbahagia. 

Fin.

Cinta memang bisa menjadikan manusia egois, kan?

Story GrshnOù les histoires vivent. Découvrez maintenant