Boba

1.5K 126 6
                                    

Gracia tengah memainkan ponsel miliknya, jarinya tak henti menggulir layar ponsel. Sesekali dia tertawa kala melihat video lucu yang muncul pada lini masa akun Instagramnya, juga sering kali Gracia meninggalkan jejak 'love' pada postingan orang lain.

"Gre," panggil ibunya.

Gracia sebenarnya mendengar pangggilan ibunya, tapi dia sangat malas untuk beranjak.

"Gracia," lagi, tak di sahut oleh Gracia.

Dering telepon terdengar, Gracia menolak panggilan itu. "Apasih, ganggu orang lagi konsentrasi aja,"

Kemudian rentetan bunyi ting tanda banyak pesan masuk dari seseorang. Baru ingin membalas pesan itu, kembali ada panggilan masuk.

"Apa sih, Shan? Heboh banget chatnya." Ujar Gracia.

"Kamu di panggil mama, kok ngga disahut sih?"

"Males, aku lagi asik liat Instagram. Udah ah, ganggu aja," Gracia mematikan sambungan telepon.

Lagi, Shani kembali menghubungi Gracia.

Gracia mulai kesal, "apa lagi? Ish ini orang benar-benar ya."

"Coba keluar kamar dulu, Gre. Aku sendirian ni."

"Hah? Maksudnya?"

"Aku lagi di depan rumah kamu, buruan sini." Shani menghela napas.

"Ah, becanda aja kamu." Gracia tak percaya.

"Makanya sini, udah buruan sih, Gre. Aku udah digigitin nyamuk nih."

Gracia bangkit dari tempat tidur, mengintip jendela kamarnya.

"Masih ngga percaya?" Tanya Shani.

"Hehehe, yaudah, tunggu sebentar." Gracia keluar dari kamarnya, berlari kecil.

"Kamu kalo dipanggil orang tua tuh disahut, Shania. Kebiasaan," tegur ibu Gracia. Sementara orang yang ditegur hanya bisa tertawa kecil.

Gracia membuka pintu rumahnya, mendapati Shani yang tengah terduduk di teras sambil menatap malas pada Gracia.

"Kok kamu kesini?" Gracia mengambil tempat duduk di seberang Shani.

"Ngga sengaja lewat, abis main sama Feni," Shani memberikan dua buah kantong plastik berukuran sedang, "buat kamu."

Gracia memicingkan mata, "ini apa? Perasaan aku ngga ada nitip sesuatu."

"Tadi aku liat akun kamu like postingan Boba sama martabak, makanya aku beliin," Shani meletakan plastik itu di atas meja. "Anggap aja aku lagi sedekah, ngga usah ge-er kamu."

Gracia mendengus sebal, "masa dianggap sedekah, dikira aku gembel apa?"

Shani tertawa, "iya deh, maaf. Aku beliin kamu karena cuaca malam ini pas buat minum boba sambil makan martabak."

"Kamu udah empat kali ngelakuin ini, Shan. Kamu ngga ada kerjaan banget."  Gracia membuka plastik yang Shani beri.

"Loh, justru ini kerjaan aku, Gre. Bikin kamu senang, kan, udah jadi tugas aku," Shani tersenyum, "yaudah, Gre, aku cuma mau kasih itu aja. Aku pamit pulang dulu."

"Loh, kok buru-buru sih? Ngga mau masuk dulu?"

"Jangan deh, nanti disuruh nginep sama mama kamu," Shani kembali mengenakan helm, "nanti aja kalo mau nginep-nginepnya, tunggu 6 tahun lagi."

Gracia mengantar Shani sampai ke depan pagar, "kok tunggu 6 tahun lagi? Kelamaan, kan sekarang juga bisa kalo cuma nginep."

"Nanti aja, 6 tahun lagi, jangankan disuruh nginep, yang ada kita bakal satu rumah. Kan kita bakal nikah." Shani mengacak rambut Gracia.

"Ihh apa deh, gombal terus." Gracia pura-pura kesal, "lagian kaya yakin aja bakal nikah sama aku."

Shani tertawa, "ya semoga aja, kamu aminin, dong. Kan seru kalo kita nikah."

"Iya deh iya, amin. Semoga kita bisa nikah." Gracia ikut tertawa.

"Yaudah, aku pulang dulu, Gre. Itu martabak sama minumannya kasih juga sama yang lain, jangan diabisin sendiri," Shani menyalakan motornya, "oh iya, kirim salam buat mama ya, maaf ngga sempat pamit takut nanti hujan."

sj.

👀👀

Story GrshnWhere stories live. Discover now