kelulusan

1.8K 185 8
                                    

"udah siap belum, Gre?" Tanya Shani.

Gracia masih sibuk berhias di depan cermin, memegang bedak serta lipstick.

Sudah lewat satu jam Shani memperhatikan Gracia, bahkan handphone miliknya sudah mulai kehabisan baterai karena bermain game.

"Masih lama ngga sih, Gracia?" Shani mulai kesal.

Gracia meletakan benda yang tadi dia pegang. Mengambil tas yang ada di sebelahnya, lalu berjalan ke arah Shani.

"Bawel. Yuk, udah siap." Gracia menarik tangan Shani.

Mereka berdua pamit dengan Viny, kakak Gracia. Lalu masuk ke dalam mobil.

"Lo kenapa bawa mobil kak Boby?" Tanya Gracia.

"Ya mana mungkin gue bawa motor, Gracia. Yang ada lo nge-geplak kepala gue tiap kali gue godain cewe-cewe di lampu merah." Jelas Shani.

Gracia terkekeh.

"Lagian ganjen, udah bonceng cewek cantik, masih aja godain cabe-cabean."

Shani hanya memberengut sebal.

Mereka sampai di parkiran sekolah. Sudah ramai orang yang berdatangan, acara prom nite kali ini lebih meriah.

"Gue gabung sama Nabil sama kak Saktia dulu ya. Lo sana aja. Nanti kelar acara temui gue di parkiran."

Shani berjalan meninggalkan Gracia, menuju ke arah Saktia yang tengah diskusi dengan Nabil.

"Kok baru dateng, Shan? Gracia mana?" Tanya Saktia.

"Sama Nadse, Okta, kayanya. Bodo lah, ngga urus." Jawab Shani acuh.

Nabil dan Saktia saling tatap, lalu terkekeh geli.

Acara berjalan seru, bagian terakhir adalah pesta dansa. Gracia berjalan ke arah Shani, sesekali melambaikan tangan pada orang yang menegurnya.

"Balik yuk, Shan. Gue capek." Keluh Gracia.

"Ngga mau dansa dulu? Tadi Frans nyariin lo." Shani tersenyum mengejek.

"Bodo. Ayo!," Galak Gracia. "Kak Saktia pulang dulu ya, jagain Nabil. Takutnya dia di culik Nadse."

"Iya, Gre. Salam buat Viny, bilang gue besok mau ajak dia jalan." Balas Saktia.

Keduanya sudah meninggalkan sekolah.

"Gre, lo belum ngantuk, kan?" Tanya Shani.

"Belum kok."

"Ikut gue, Yok." Ajak Shani.

Gracia mengangguk saja.

Shani memberhentikan mobilnya, di suatu taman.

"Turun, Gre." Ajak Shani.

Gracia menuruti perintah Shani. Berjalan kearah bangku taman yang hampir berkarat.

Shani membawa sesuatu di tangannya.

"Lo ngapain ngajak gue kesini sih? Udah malem, sepi, gue takut." Gracis memarahi Shani.

"Ngga ngapa-ngapain, cuma pengen kesini aja."

Shani mengeluarkan bungkusan balon, dan pompa helium.

"Mending bantuin gue bikin balonnya." Shani menyerahkan bungkusan balon.

"Buat apaan?"

"Lo percaya ngga, kalo kita terbangin balon yang di dalemnya tertulis harapan kita, itu pasti sampe ke tempat Tuhan, dan di baca sama Tuhan." Shani berkata serius.

Gracia terkekeh.

"Teori dari mana itu?" Gelinya.

"Teori gue barusan, lo ngga denger?" Ujar Shani sinis.

"Hahaha, ya terus?" Gracia penasaran.

"Ya ini kita buat. Itu ada buku tulis sama spidol, lo tulis aja harapan lo. Gue juga mau tulis harapan gue." Shani mengambil selembar kertas dan spidol. Mulai menulis harapannya.

Gracia juga melakukan hal yang sama.

Lima belas menit kemudian, Gracia selesai menulis harapannya.

"Lo mau liat ngga harapan gue?" Tanya Gracia.

Shani mengangguk.

semoga bisa masuk UI,
kak Viny bisa jadian sama kak Saktia,
papa ngga sibuk di kantor terus,
satu kampus sama Shani, kalo bisa sih, satu jurusan, satu kelas.
semoga Shani ngga godain cabe-cabean lagi.
-Gracia cantik.

Shani tertawa geli.

"Harus banget ya ada nama gue?" Shani menyentil kening Gracia.

"Iyalah. Gue bosan liat kelakuan rendahan lo itu"

"Hoo. Yaudah. Kertasnya gulung dong, masukin dalam balon." Perintah Shani.

Setelah mereka memasukan kertasnya, Shani mulai mengisi udara pada balon.

"Nah, lo pegang punya lo. Gue pegang punya gue." Shani menyerahkan balon milik Gracia.

"Terus di terbangin?." Tanya Gracia.

Shani mengangguk.

"Yaudah. Gue yang itung ya, Shan." Gracia mulai menghitung.

"Uno, dos, tres. Sekarang" teriak Gracia.

Mereka melepas balon. Menatap balon yang mulai terbang tinggi menjauh.

Mereka tersenyum.

"Yaudah, pulang yuk, Gre." Shani mulai membereskan barang-barang.

Lalu mereka kembali ke mobil, Shani kembali menjalankan mobilnya.

"Eh, gue tadi belum liat harapan yang lo tulis." Todong Gracia.

"Ngga penting. Cukup Tuhan yang tahu." Acuh Shani.

"Curang. Gue ngga mau temenan sama orang curang." Rajuk Gracia.

Gracia membuang pandangan keluar jendela. Menatap jalanan lebih asyik di banding menatap Shani.

Shani melirik Gracia, tersenyum lebar.

"Gue berharap gue bisa masuk UI juga kok. Satu kampus sama lo, satu jurusan juga." Ucap Shani.

"Cuma itu doang?." Gracia mengalihkan pandangannya.

"Ada lagi."

"Apa?"

"Gue berharap untuk ngga jatuh cinta lagi sama orang lain." Jujurnya.

"Loh. Berarti lo ngga mau pacaran dong?" Gracia bingung.

"Engga. Ngapain pacaran. Mending nikah. Lagian, gue udah jatuh cinta kok."

"Lah. Tadi lo bilang ngga mau jatuh cinta lagi." Kepala Gracia mulai pusing akibat kebingungan.

"Iya. Gue ngga mau jatuh cinta lagi, apa lagi sama orang lain. Gue cukup jatuh cinta sama lo aja," Shani meraih tangan Gracia.

"Cukup sama lo aja. Lo orang pertama yang bisa bikin gue jatuh cinta, dan gue berharap, gue ngga jatuh cinta sama orang lain selain lo. Cuma lo yang bisa bikin gue ngerasain apa itu enak dan ngga enaknya jatuh cinta, gue berharap bisa terus sama lo. Dan ya, gue juga berharap lo bisa bales perasaan yang gue punya." Ujar Shani lembut.

Gracia terdiam, memikirkan ucapan Shani.

"Udah, ngga usah lo pikirin. Nanti aja, kalo lo udah beneran yakin, baru lo jawab." Tutupnya.

Last , tq everyone! Love you all.

Story GrshnWhere stories live. Discover now