bukit

3.8K 252 3
                                    

Setelah selesai menonton, Shani mengajak Gracia pergi ke suatu tempat. Gracia yang sedang bahagia, meng-iya-kan saja ajakan Shani.

Mereka berdua amat akrab, kemanapun selalu bersama. Sampai-sampai banyak gosip tidak mengenakan beredar disekolah. Namun mereka masa bodo, tidak penting meladeni tukang gosip.

"Kita mau kemana, Shan? Udah malem lho." Gracia mengingatkan Shani.

"Sebentar aja. Mumpung cuaca lagi bagus, Gre." Jawab Shani singkat.

Tibalah mereka ke suatu tempat. Tepatnya, meraka sekarang berada di atas bukit. Dari atas sini, mereka dapat melihat pemandangan lampu-lampu. Betapa padat dan ramainya kota Jakarta.

Shani duduk di atas rerumputan yang sedikit lembab, memandangi punggung Gracia yang ada didepannya.

Gracia masih asik menatap pemandangan yang jarang sekali Ia jumpai.

"Kamu tahu tempat keren gini, tapi baru sekarang ajak aku." Gracia cemberut, berjalan kearah Shani.

"Aku juga baru tahu seminggu yang lalu, Gre. Belum sempat buat ngajak kamu ke sini." Shani nyengir.

"Tahu dari mana?" Tanya Gracia.

"Waktu itu pernah lewat, karena penasaran ya aku mampir aja. Eh taunya di sini ada tempat keren." Bangga Shani.

Gracia mengangguk saja.

"Kamu lihat deh bintang di atas sana." Tunjuk Shani.

"Wah! Indah banget, banyak gitu." Gracia terkagum.

Shani menatap sekitar, melihat cahaya-cahaya kecil diatas tanaman liar. Karena penasaran, Shani mendekati cahaya itu.

"GRE! sini. Aku liat kunang-kunang." Pekiknya.

Gracia menoleh, mencari keberadaan Shani. Lalu berjalan menghampiri Shani.

"Mana, Shan, mana?" Gracia tak dapat melihatnya, karena tertutup oleh tubuh Shani yang lebih tinggi.

"Ini loh. Ada di tanganku. Tapi kamu harus nunduk, buat bisa ngintipnya." Kedua tangan Shani menangkup, memberikan cela kecil agar bisa mengintip.

Dengan susah payah, Gracia membungkukkan tubuhnya.

Cupp!

Shani mencium kening Gracia. Karena kening Gracia sejajar dengan bibir Shani.

Gracia membeku. Menatap Shani kaget. Sementara yang di tatap hanya tersenyum.

"Kamu bohong ya, Shan." Selidik Gracia.

Shani tertawa, dan memeluk tubuh Gracia.

"Engga kok. Kunang-kunangnya di sini. Ini lagi aku peluk. Cantik lagi. Dan yang pasti, cahaya kunang-kunang ini ngga akan pernah redup." Gombal Shani.

Gracia mencubit perut Shani dengan keras.

"Apaan deh." Gracia menunduk malu. Ia menatap jam.

"Pulang yuk, Shan. Udah malem banget." Ajak Gracia.

Shani mengambil helm dan jaket yang tadi dia lepas. Memberikan jaket itu pada Gracia.

"Di pakai. Ini dingin. Kayanya bentar lagi hujan."

Gracia mengambil jaket itu, seraya mengucap terimakasih.

Shani mengendarai motor matic miliknya, membelah jalanan ibu kota yang tidak pernah sepi. Tidak peduli malam dan siang, tidak menghiraukan terik dan mendung.

Ditengah jalan, hujan tiba-tiba turun tanpa permisi.

Gracia takut, Shani sedikit menambah kecepatan motornya. Dengan ragu, Gracia memeluk pinggang Shani. Berlindung di balik punggung orang yang diam-diam dia cintai.

Tetesan hujan seolah ingin mengajak berbicara. Hujan ingin membingkai kenangan manis tentang dua orang gadis yang diam-diam saling mencintai.

Di dalam hati mereka, mereka terus berdoa;

Agar mereka tetap baik-baik saja. Kuat dalam menghadapi apapun yang ada di depan. Percaya pada kekuatan cinta. Dan tetesan hujan itu seolah mengamini semua yang mereka panjatkan pada Tuhan.

---

Au dah nyambung apa engga.

Story GrshnWhere stories live. Discover now