halloween

1.7K 155 17
                                    

Mereka masih sama-sama diam, tak ada pembicaraan yang tercipta. Padahal sudah satu jam mereka berada di taman itu.

Gracia mendengus kesal. "Kalo kamu masih diem aja, mending kita pulang. Aku bukan patung ya, yang ngga perlu kamu ajak ngomong."

Shani melirik Gracia, lalu kemudian mulai beranjak.

"Loh, kamu mau kemana?" Gracia menarik jaket Shani.

"Ya pulang, lah. Kan kamu tadi ngajak pulang." ucapnya sebal.

"Aku kan bercanda, sini duduk dulu. Kamu kenapa sih?" Tanya Gracia lembut, menepuk bangku disebelahnya.

Shani lalu kembali duduk, menatap kedua mata Gracia.

"kamu seharian ini kemana?" Pertanyaan intimidasi itu terlontar. Gracia gugup. Tak berani menatap Shani.

"Aku, uhm, aku kan kuliah."

"Kuliah kamu sejak kapan jadwalnya sampai sore?"

"Itu, ehh, itu ada kelas tambahan." Gracia makin menundukkan kepalanya.

"Sejak kapan kampus kamu pindah di mall?" Shani tersenyum sinis.

"Kamu ngikutin aku?!" bukannya menjawab, Gracia malah balik bertanya.

"Engga, ngapain. Tadi kok kelihatannya bahagia banget, ketawa lepas gitu bareng sama Frans. Kok kalo sama aku ngga pernah selepas itu ya ketawanya." Shani menatap tajam, napasnya mulai memburu.

Gracia terkejut, tak sanggup untuk berbicara lagi. Kali ini Shani pasti marah besar.

"Aku awalnya ngga peduli ya, Gre. Kamu mau deket sama dia ya silahkan, itu temen kamu, kan? Tapi semakin aku diemin kamu malah semakin menjadi-jadi. Kamu udah mulai berani bohong sama aku, udah mulai berani main-main sama aku." Shani menatap Gracia datar. "Kamu salah langkah."

"Tapi Shan, aku tadi beneran kuliah kok. Terus baliknya aku mampir ke toko buku, karena aku ada tugas kelompok berdua sama Frans. Aku ngga ngabarin kamu ya soalnya handphone aku lowbat. Tolong jangan marah." mohon Gracia.

Shani bediri lalu mengulurkan tangannya. "Kita pulang, udah ngga ada lagi yang perlu di bahas." titahnya.

Gracia meraih tangan itu dengan penuh ketakutan, aura Shani benar-benar mengerikan. Keduanya masuk kedalam mobil milik Shani.

Setengah jam perjalanan dan diselimuti ketakutan, akhirnya Gracia tiba di rumah. Ia melirik Shani yang masih saja memberi tatapan datar, Gracia meringis.

"Uhmm, sekali lagi maaf ya, Shan. Ini kali terakhirnya aku bikin kesalahan. Tolong jangan sentuh Frans, dia ngga salah." Gracia mencium pipi Shani sekilas, lalu turun dari mobil.

Shani tersenyum samar, lalu Ia mulai meninggalkan rumah Gracia.

Gracia menghela napas gusar, tak yakin Shani mengabulkan permintaannya. Gracia memilih untuk segera masuk kerumahnya, buru-buru mengisi daya baterai handphone milinya.

Tak sampai lima menit dia menyalakan handphone-nya, banyak pesan masuk dari Frans.

Frans.
18:30

gre?
lu udah sampe?
gue tadi ngeliat shani pas kita di mall
cuma gue lupa buat ngomong sama lo
dia natap kita kek marah gitu
anjir gre
gue takut banget.

19:00

gre
lo dimana sih
kok ngga bales chat gue
grw
gre
lo gapapa kan?
shani ngamuk ya sama lo?

19:15

ge
gue ke rumah lo aja kali ya
kali aja shani ada di rumah lo
gue mau bilang sorry, sama jelasin ke dia
gue otw skrg ya

frans
lo dmna?

Mustahil, tidak biasanya Frans lama membalas chat dari Gracia. Gracia mulai panik, mencoba menelepon Frans, sialnya nomor milik Frans tidak aktif.

shani

paket dariku udah sampe?
dibuka ya.
i love you.

Tak lama, suara bel rumah Gracia berbunyi. cepat-cepat dia turun ke bawah, mungkin itu Frans. Tapi bukannya sosok yang dia khawatirkan yang ada di depannya, malah ada seorang pria dengan setelan formal membawa satu kotak berukuran cukup besar.

"ini ada kiriman, silahkan ambil." Ucap pria itu.

Gracia lalu mengambil kotak itu, lalu menutup pintu dengan kencang. Tak peduli dengan sikapnya yang mungkin saja membuat pria itu tersinggung.

Belum sempat membuka kotak tersebut, ponsel miliknya berbunyi.

"FRANS!!! LO KEMANA AJA. GUE KHAWATIR TAU." cercanya.

"segitu khawatirnya kamu sama cowok sialan itu?"

"loh, kok ponselnya Frans ada di kamu?"

"kamu udah buka kado dari aku?"

"frans mana?!" tanya Gracia dengan tegas.

"buka dulu aja kado dari aku." Shani memerintah.

Dengan hati-hati, Gracia membuka bingkisan itu. Matanya melotot, ia berteriak histeris.

suara tawa Shani terdengar.

"gimana? suka, kan? aku kirim itu spesial buat kamu. tadinya aku ngerasa sedikit bersalah, tapi denger kamu khawatir banget sama cowok brengsek itu, aku jadi benar-benar yakin."

"tapi,,, tapi kenapa, Shan?" lirih Gracia.

"masih nanya kenapa? itu akibatnya Gracia. kamu ngga bisa main-main sama aku, aku ngga suka dipermainkan. ah iya, itu kepala tolong kamu pajang. biar kamu bisa ketawa terus tiap liat itu, kamu kan bahagia banget kalo udah sama dia. jadinya aku berbaik hati kasih kamu kepala, kalo tangannya udah aku simpen rapih kok. ini lagi aku pegang, tangannya dia nakal ya, Gre, masa dia tadi pegang tangan kamu, terus rangkul-rangkul kamu." jelas Shani.

"oh iya Gre,Happy Halloween. udah ya, aku mau main-main dulu sama tubuhnya Frans, kalo kamu mau ikut kerumah aku aja. aku tunggu." sambungan telepon itu dimatikan oleh Shani.

Gracia menangis histeris, matanya menatap sedih kearah kotak tersebut. kotak yang berisi kepala milik teman baiknya, Frans.

HEHE.

Story GrshnOnde histórias criam vida. Descubra agora