Get You

1.5K 92 16
                                    

Gracia memperhatikan sekeliling, senyum manis tersemat pada wajahnya. Netra coklat itu berkedip sesekali, tak sanggup lama-lama mengabaikan pemandangan.

"Terakhir kali kesini itu jaman SMA ya, banyak banget perubahannya," Gracia mengambil botol minumnya dari dalam tas.

"Iya, udah lama banget itu," Sahut orang disebelahnya, "jadi, gimana kamu? Gimana dengan Norwegia?"

"Ya gitu deh, negara paling indah. Tapi aku harap ngga akan kesana lagi,"

"Kenapa?"

"Udah cukup disana, saatnya kembali ke kampung halaman," Gracia beranjak duduknya, "kedai kopi di perbatasan kota itu masih buka?"

"Udah tutup dari dua tahun lalu, karena ada proyek tol sih katanya. Jadi dapat ganti rugi."

Gracia mengangguk saja, mengulurkan tangannya kepada orang itu. "Ayo ajak aku jalan-jalan lagi, aku masih semangat banget ini."

"Selama disini, kamu tinggal dimana? Kan udah ngga ada lagi keluargamu di kota ini."

"Hotel, tapi bukan disini. Aku ambil di tengah kota, lagian aku ngga bisa lama. Kerjaanku udah nunggu di Jakarta,"

Orang itu tertunduk lesu, kedua tangannya saling bertaut. Wajahnya murung.

"Hei," Gracia menepuk pundaknya, "kenapa? Kok kayanya sedih banget."

"Gracia, apa kamu ngga bisa tinggal lebih lama disini?"

Gracia terdiam sesaat, mencerna ucapan lawan bicaranya. "Aku cuma ambil beberapa hari aja, mungkin lain waktu?"

"Beneran ngga bisa?"

Gracia mengangguk lemah, "maaf ya. Nanti kalo bisa ambil cuti lagi, aku bakal kesini buat nemuin kamu."

"Jangan," cegah orang itu, "biar nanti aku aja yang nyamperin kamu ke Jakarta."

Gracia menaikan sebelah alisnya, "uhm, kamu yakin, Shani?"

Ya, orang itu adalah Shani.

"Iya, nanti aku kesana. Kamu ngga keberatan, kan?"

"Engga sih, tapi...." Gracia tak bisa melanjutkan ucapannya.

"Tapi apa?"

"Shan, jangan mempersulit keadaan kita." Pinta Gracia.

Shani terdiam, ucapan bodohnya itu terasa tak masuk akal.

"Shani, aku bisa lihat dan ada di dekat kamu aja udah jadi suatu pencapaian terbesar dalam hidup aku," Gracia memandang lurus, "jadi, aku minta tolong, jangan makin mempersulit semuanya."

"Gracia, aku minta maaf. Aku minta maaf untuk semua hal yang ngga bisa aku kendalikan," Shani terduduk dihadapan Gracia, "aku minta maaf karena kita berakhir dengan keadaan sesulit ini."

"Shani, kamu ngga perlu minta maaf. Ini bukan salah kamu, bukan salah aku juga. Memang udah kaya gini adanya, jadi jangan terus-terusan nyalahin diri kamu," Gracia mengusap puncak kepala Shani.

"Tapi, Gre, aku emang jadi penjahatnya disini. Aku ngga pernah bisa nerima semuanya, Gre. Aku sakit. Ngga, aku juga udah nyakitin kamu." Shani terisak.

"Kok nangis? Jangan nangis dong, Shan. Aku belum ngapa-ngapain kamu, masa udah nangis aja."

"Ish, kok malah ngomong gitu," Shani mencubit pinggang Gracia.

"Ya lagian kamu nangis, nanti orang-orang ngira aku udah jahatin kamu."

"Gra---"

"Udah, ngga usah ngomong apa-apa lagi, ya? Aku cuma punya waktu tiga hari disini," Gracia mengusap air mata Shani, "jadi, ayo kita nikmati setiap detiknya."

"Bisa ngga, malam ini aku ikut ke tempat kamu?" Shani berharap.

"Bisa. Ayo kita ke hotelku sekarang," ajak Gracia.

"Gracia, aku jahat ya sama kamu?"

Gracia tersenyum, tak habis pikir dengan pertanyaan Shani.

"Kita sama-sama jahat di cerita masing-masing, Shan. Sekeras apapun kamu menolak, faktanya kamu udah bukan milikku seutuhnya. Kamu juga milik orang lain, kamu punya suami dan anak yang harus kamu urus,"

"Gra---"

"Tapi sekeras apapun aku nerima fakta itu, aku juga mau jadi egois. Aku ngga bisa terima sepenuhnya. Hati aku, perasaan aku, bahkan alam bawah sadarku masih terus neriakin nama kamu. Aku ngga bisa kalo ngga ada kamu, aku kehilangan kewarasanku kalo kamu pergi dari hidup aku. Makanya aku mau terus sama kamu, setinggi apapun benteng itu, aku bakal berusaha buat melewatinya. Jadi, kita sama-sama jahat, kan?" Jelas Gracia.

"Ayo jadi lebih jahat lagi, Gracia. Aku mau lihat itu." Tantang Shani.

"Perjodohan dan rasa ngga suka keluarga kamu, itu sedikitpun ngga ada pengaruhnya buat aku. Sekalipun suami dan anak kamu yang minta buat aku mundur, aku ngga akan ngelakuin itu, Shan. Asal kamu tau," Gracia tertawa, "karena kisah kita tak akan pernah selesai. Sekalipun aku harus masuk neraka karena perbuatanku, aku bakal terima itu. Dosa paling indah yang aku lakuin adalah mencintai dan memperjuangkan kamu, Shan."

"Kalo gitu, mari kita membusuk di neraka bersama." Tutup Shani.

Fin.

Apdet disini juga deh. Lapaknya kosong soalnya. Btw guys, kalo kalian mau baca AU buatan kami, kalian bisa mampir ke Twitter ya! Link-nya ada di profil.

Story GrshnOnde histórias criam vida. Descubra agora