asin

3.3K 248 12
                                    

"kita jadi ke pantainya, Gre?" Ucap Shani, sembari memasukan buku-bukunya ke dalam tas.

"Jadi lah, Shan. Nanti kita ke toilet dulu ya. Ganti baju."

"Gausah deh, aku ngga bawa baju." Jawab Shani.

Gracia hanya menggeleng pelan.

Gracia sedari tadi memperhatikan Shani, paras cantiknya memang memesona. Wajar saja banyak orang yang begitu memuja Shani, dan, Gracia orang yang paling beruntung. Bisa mendapatkan hati Shani sepenuhnya.

Lalu Shani mengambil sapu, menjalankan piket mingguannya.

Dua puluh menit membersihkan kelas, mereka berdua berjalan menuju parkiran. Sesekali bertukar candaan.

"Terus si Okta ngambek deh sama ci Desy, aku kena imbasnya." Gracia menceritakan kejadian saat istirahat.

"Terus ci Desy udah minta maaf? Kamu di apain sama si Okta?" Tanya Shani.

"Udah kok, aku tadi di jutekin si Okta."

Gracia memberikan helm pada Shani. Saat Shani menjulurkan tangan untuk mengambil helm itu, helm itu ditarik kembali oleh Gracia.

"Kamu cantik deh." Puji Gracia.

Shani menunduk malu, pipinya merah merona.

"Apaan sih." Kikuknya.

"Yaudah yuk, buruan. Kita nanti ngga bisa dapet sunset kalo lama." Gracia mulai menyalakan motornya.

Shani naik keatas motor, memeluk tubuh Gracia, dan menyandarkan kepalanya di punggung Gracia.

Saat tiba di dekat pantai, mereka mampir untuk membeli makanan ringan. Lalu memarkirkan motornya disana, berjalan kaki kearah pantai.

"Duduk disana aja yuk." Ajak Gracia.

Mereka berlari kecil menuju ayunan. Gracia meletakkan barang bawaan, mempersilahkan Shani untuk duduk di ayunan.

"Kita udah berapa lama ya pacaran?" Shani membuka suara.

Gracia mendorong ayunan yang tengah di duduki oleh Shani.

"Aku aja lupa, Shan. Cukup lama, mungkin kalo di ibaratkan bayi, dia sekarang udah bisa Shopping." Canda Gracia.

"Engga selama itu juga kali, Grelay. Tapi aku seneng deh, bisa bareng kamu terus." Shani menerawang jauh.

Di balik punggungnya, Gracia tengah tersenyum lebar.

"Aku juga bahagia. Makasih ya." Tulus Gracia.

"For what?"

"Udah percaya sama aku. Dan lebih milih aku di banding orang lain."

"Iya. Sama-sama"

Langit senja perlahan tampak. Warna orange membentang di depan mereka.

Mereka menyaksikan terbenamnya sang mentari.

"Eh, Shan. Aku haus." Ucap Gracia.

Shani menoleh kearah kekasihnya, lalu mengambil air mineral untuk Gracia.

"Makasih ya." Ujar Gracia.

Shani tersenyum, kembali menatap senja.

"Shan, aku jadi kepikiran sesuatu." Gracia menepuk punggung Shani.

Shani kembali menoleh Gracia yang tengah memasang wajah serius.

"Apa, Gre?"

Air laut rasanya asin, kan?." Gracia balik bertanya.

Shani meng-iya-kan.

"Kamu tahu penyebabnya?"

"Mana aku tahu. Udah takdir kali" jawab Shani asal.

"Tebak dulu, dong."

"Hm, kenapa ya. Mungkin karena kandungan garam-garam mineral yang dibawa air dari sungai. Ngga tahu deh." Shani menyengir.

"Salah. Kamu lihat deh di ujung sana," Gracia menunjuk kearah kapal-kapal nelayan yang baru bersandar ke dermaga.

"Ini kan pantai ya, laut. Banyak ikan. Nah, nelayan kan kerjanya cari ikan. Ikan-ikan ngga mau kena tangkep nelayan, makanya kabur-kaburan dari kejaran jala nelayan. Karena mereka cape berenang, ya mereka keringatan. Airnya jadi asin deh! Hahaha."

Shani menatap Gracia yang tengah tertawa sambil memejamkan kedua matanya.

"Loh, emangnya rasa keringat itu asin, ya?" Tanya Shani.

"Asin tahu! Aku kan pernah coba nyicip. Hahaha" lagi, Gracia tertawa, lebih kencang dari sebelumnya. Air matanya bahkan sampai keluar.

Shani menyentil hidung mancung milik Gracia.

"Receh banget."

Gracia menggosok hidungnya.

"Yaudah, yuk pulang. Udah mau malem. Aku udah laper." Gracia memeluk Shani, sambil menepuk perutnya.

Shani tersenyum melihat kelakuan Gracia. Gracia yang unik. Bisa membuat Shani jatuh cinta berkali-kali pada Gracia.

--&

Feel ga sih? ._.

Story GrshnWhere stories live. Discover now