02 • Siapa Dia?

1.7K 141 7
                                    

Winter tiba di kelasnya yang berwarna biru langit, warna kesukaannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Winter tiba di kelasnya yang berwarna biru langit, warna kesukaannya. Kelasnya sangat segar bila dipandang mata, seperti mengantarkan setiap orang yang berada di dalamnya untuk terbang menjelajahi luasnya langit. Menerbangkan semua mimpi dan cita-citanya. Benar–benar kelas yang nyaman untuk segala suasana. Bahkan untuk tidur dan bermimpi indah. Seperti yang dilakukan beberapa teman Winter sekarang, tidur di kelas.

Beberapa temannya duduk berkumpul di depan kelas. Menikmati indahnya suasana jam kosong yang jarang terjadi untuk kelas IPA. Mereka sepakat bahwa kali ini mereka harus memanfaatkan kesempatan yang langka ini. Biasanya tugas dan ulangan akan benar–benar menyita waktu mereka. Tak jarang dari mereka yang mengeluh dan berharap sesekali tak ada tugas, tak ada ulangan, atau diberi waktu untuk jam kosong walaupun hanya beberapa jam saja. Dan kali ini, jam kosong yang mereka inginkan menjadi kenyataan. Walaupun ternyata, masih saja ada yang peduli dengan tugas disaat jam kosong berlangsung seperti ini.

"Winter, ngelamun ya?" sapa Ningning sambil menepuk bahu Winter.

Sontak Winter kaget setengah mati dan segera menoleh ke belakang mencari sosok yang menepuk bahunya hingga renungannya buyar.

"Ah, Ningning, ngagetin aja deh. Aku nggak ngelamun kok... Cuma..."

"Cuma?"

"Cuma... merenung aja... iya, merenung aja," balas Winter ngeles, sementara Ningning masih memasang muka jutek tidak percaya dan duduk disampingnya.

Winter segera melanjutkan kata–katanya untuk mencairkan suasana, "Kenapa? Ada apa Ningning, sahabatku?"

"Nggak kenapa-kenapa, Winter. Cuma... aku lihat, dari tadi kamu ngelihatin jendela. Ada siapa sih di luar?" tanya Ningning memeriksa keluar jendela melewati tubuh Winter.

"Nggak ada siapa–siapa kok, Ning. Cuma ngelihatin langit yang lagi cantik aja," jawab

Winter sambil menarik kembali Ningning ke dalam kelas.

"Cantik? Kayak aku dong. Hahaha," kata Ningning dengan rasa percaya dirinya yang sangat tinggi.

Winter spontan menatap heran pada sahabat sekaligus teman sebangkunya itu.

"Seumur–umur, baru kali ini lho aku punya sahabat yang pedenya selangit gini," jawab Winter agak jutek.

Winter merasa heran. Semenjak sahabat barunya itu berulang tahun ke-17 beberapa hari yang lalu, tingkat kepedeannya semakin menjadi–jadi. Apa karena bertambah umur, tingkat kepedeannya juga bertambah? Entahlah.

Walaupun begitu, Winter tetap senang punya sahabat sekaligus teman sebangku yang rame seperti Ningning. Dia sangat suka makan seafood dan hobi menyanyi.

"Bagus dong. Kamu beruntung banget lho, Winter, bisa punya teman kayak aku, langka tahu, hahaha", kata Ningning dengan tawa yang semakin menjadi–jadi.

Winter tersenyum masam. Sementara Ningning memasang muka sok imut terbaiknya.

"Oh ya, anterin ke Ruang Guru dong! Siapa tau ada tugas Matematika. Kata kelas sebelah sih, kemarin mereka dapat tugas banyak banget. Biar tugas kita nggak numpuk–numpuk gitu kalau memang ada tugas... Males lah ya kalo tugas numpuk–numpuk. Yang ini belum, yang itu belum, eh udah ada tugas yang lain,"ajak Ningning yang kini berdiri sembari menarik lengan Winter dan berjalan ke Ruang Guru.

Mereka bergegas berjalan ke Ruang Guru karena udara terasa sangat panas di luar kelas.

Sepanjang perjalanan Ningning mengajak Winter ngobrol ini itu. Namun kali ini, entah mengapa Winter merasa tidak begitu tanggap dengan apa yang sedang diobrolkan sahabatnya itu. Winter hanya menjawab sekenanya, tersenyum, dan masih membiarkan Ningning yang masih meributkan baju adiknya yang menurutnya 'nggak matching' saat dipakai pada acara ulang tahun pacarnya.

Hati Winter tengah berkecamuk. Perasaannya sedang kacau. Dia merasa baik–baik saja hingga tadi pagi. Namun, kini ada yang mulai mengganggu pikirannya. Seperti ingin berteriak, namun dia masih enggan mendengarkannya.

"Winter, mau ikut masuk nggak?" tanya Ningning yang akan masuk ke dalam Ruang Guru.

Winter hanya menggeleng dan segera duduk di kursi panjang yang ada di depan Ruang Guru. Ningning hanya mengangkat bahu dan segera masuk mencari gurunya.

Kini mata Winter mulai memandangi ikan–ikan koki yang ada di kolam ikan kecil di depannya. Perlahan mencoba meredam apa yang kini dia rasakan.

Perasaan apa yang sebenarnya dia rasakan? Seperti ada yang berteriak di dalam hati. Ada bayangan yang mulai sedikit tampak dalam pikirannya setiap kali memejamkan matanya hari ini. Ah, ini membuatnya frustasi.

"Winter, udah nih. Nggak ada tugas kok, soalnya kita udah ngumpulin tugas yang Bab 4 sekalian sama tugas Bab 5 yang ada di lembaran itu lho," kata Ningning dengan nada ceria sambil menengok ke dalam ruangan, memastikan beberapa guru tidak mendengar suaranya yang terdengar sangat gembira itu.

Winter masih terdiam. Ningning melanjutkan kata–katanya yang kini–nampaknya mengagetkan Winter, "Kita ke kantin dulu yuk!"

"Ah.. iya.. Ning... kenapa?.. Ada apa?" kata Winter yang sedikit gelagapan karena kaget dan kini mulai memfokuskan pandangannya ke Ningning.

"Tuh kan ngelamun lagi, merenung lagi. Mikirin apaan sih?" tanya Ningning sambil menyenggol lengan Winter, "Ha? Ngelamun apaan?"

"Enggak kok, Ning. Aku... aku... cuma ngelihat ikan di kolam itu kok. Beneran deh, nggak bohong," kata Winter ngeles agar Ningning tak bertanya macam-macam karena ia tak tahu harus menjawab apa kalau memang Ningning menanyakan apa sebenarnya yang mengganggu pikirannya.

"Emang ikannya ngapain?" tanya Ningning polos sambil melihat ke arah kolam ikan.

Winter mendengus lega. "Enggak apa sih. Mereka cuma lucu aja. Lari ke sana ke sini gitu di dalam air," jawab Winter makin ngeles.

"Udah ah, yuk ke kantin! Aku juga laper banget nih," sambung Winter sambil tersenyum dan menarik lengan Ningning.

Winter memutar badan ke arah kantin. Baru beberapa langkah dia berjalan, langkahnya terhenti. Ada yang berjalan di koridor itu.

Seseorang itu, teriak Winter dalam hati.

Bukannya seseorang itu yang aku lihat di seberang barisan tadi ya? Winter melihatnya berjalan ke arah Ruang Guru.

Winter mengerjapkan mata dan berusaha meyakinkan diri bahwa matanya tak salah, yang dilihatnya itu adalah seseorang di seberang barisan yang dilihatnya tadi pagi.

Ningning melepaskan tangannya dari lengan Winter karena ada guru yang memanggilnya. Winter hanya berdiri mematung dan masih meyakinkan dirinya. Kini perlahan suara di dalam hatinya mulai menguap. Dia mulai mendengarkannya. Pertanyaan yang sedari tadi berteriak agar

Winter mendengarnya, seseorang itu, siapa dia?

Jadi, siapa cowok yang dilihat Winter?Sudah pasti dia adalah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jadi, siapa cowok yang dilihat Winter?
Sudah pasti dia adalah...

FINE || Jaemin x Winter || ✔Where stories live. Discover now