08 • Harapan

592 72 0
                                    

Hari Minggu adalah hari yang sangat menyibukkan bagi "Ferdian Resto", restoran seafood milik keluarga Jaemin

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Hari Minggu adalah hari yang sangat menyibukkan bagi "Ferdian Resto", restoran seafood milik keluarga Jaemin. Setiap Minggu restorannya selalu ramai pengunjung hingga jam tutup sudah tiba. Terkadang Mama Jaemin sedikit kualahan untuk melayani pesanan berbagai macam makanan seafood yang mereka jual. Bahkan, Papa Jaemin pun ikut menjadi salah satu koki disana kalau mereka memang benar–benar sudah kualahan melayani pesanan.

Hari ini Jaemin ingin sekali membantu Mama dan Papanya di restoran. Kemarin malam, dia sudah mengerjakan semua tugas–tugasnya yang harus dikumpulkannya minggu depan sehingga hari ini dia bisa seharian berada di restoran. Hari ini dia ingin benar–benar sehari saja lepas dari buku dan belajar.

Jaemin pun dengan semangat membantu melayani pesanan di restorannya. Mama dan Papanya awalnya sedikit heran mengapa anaknya itu seharian berada di restoran dan membantu mereka. Biasanya, pada hari Minggu, dia hanya setengah hari di restoran dan sisanya selalu digunakannya untuk mengerjakan tugas ataupun belajar. Tumben sekali hari ini Jaemin tak menyentuh buku sedikitpun. Mungkin dia sudah mendengarkan nasehat orang tuanya untuk tidak terus–terusan belajar dan untuk sesekali beristirahat.

Sudah hampir sore, restoran Jaemin masih saja ramai. Jaemin merasa sedikit lelah sehingga dia duduk di kursi kosong yang berada di pojok restoran sambil meminum jus alpukat.

Ponselnya tiba–tiba bergetar. Jaemin merogoh sakunya dengan tangannya yang bebas dan mengambil ponselnya. Ternyata ada chat dari ketua kelasnya yang mengingatkan bahwa tugas Fisika dikumpulkan lusa sehingga besok tak ada tugas dan ulangan. Jaemin tersenyum lega. Dia bisa menghabiskan seharian ini direstoran hingga jam tutup tiba. Lagipula, tugasnya juga sudah selesai semua.

Inilah untungnya menjadi rajin, batin Jaemin.

Jaemin kembali bergegas ke dapur dan membantu beberapa koki disana. Jaemin membantu apa saja yang mereka butuhkan di dapur atau hanya sekedar mengantarkan pesanan makanan. Jaemin merasa perasaannya sedikit kacau akhir–akhir ini. Emosinya sedikit labil. Entah apa yang sedang di alaminya. Oleh karena itu, dia berharap hari ini bisa melepaskan perasaan kacaunya ini dengan bekerja keras seharian di restorannya.

"Jaemin, kamu pulang aja. Udah jam 9 malem lho. Kamu nggak ada tugas atau ulangan buat besok?" tanya Papa Jaemin yang sedang memasak lobster pedas manis.

Jaemin yang berdiri disamping Papanya terkesiap kaget karena ternyata sedari tadi Jaemin melamun.

"Ah... enggak ada tugas kok, Pa. Nggak ada ulangan juga. Tadi ketua kelasnya udah chat kalo besok free," jelas Jaemin yang kini memperhatikan Papanya yang sedang memasak.

"Ya udah, kamu pulang aja, istirahat. Seharian kamu di restoran, pasti capek," kata Mama Jaemin yang kemudian menghampiri Jaemin sambil membawakan Jaemin segelas coklat panas.

"Makasih, Ma," kata Jaemin sambil menerima segelas coklat panas itu dan mulai meminumnya, "Nggak apa kok, Ma, Pa. Sesekali aku pengen bantu–bantu disini. Masa aku belajar terus?" kata Jaemin yang kini meminum coklat panasnya lagi.

"Ya sih, tapi nggak harus diforsir kayak gini tenagamu. Besok kan kamu juga harus sekolah," kata Papa Jaemin yang kini sudah selesai memasak dan memindahkannya ke piring besar disamping Jaemin.

"Iya, Jaemin. Kamu balik aja ke rumah. Wajah kamu kelihatan lusuh banget gitu," perintah Mama Jaemin.

Jaemin menghabiskan coklat panasnya dan mengangguk. Ia tak bisa membohongi dirinya bahwa ia memang sudah lelah. Dia berpamitan kepada orang tuanya dan bergegas naik ke atas. Jaemin merasa matanya mulai berat.

Ternyata lelah juga bekerja di restoran seharian, batin Jaemin.

Tiba–tiba dia membayangkan di hari Minggu saat restoran sedang ramai–ramainya. Sementara dia sibuk belajar sendiri dan Papanya harus bertugas atau sedang acara, pastilah Mamanya sibuk sekali. Pantas saja, Mamanya terlihat lelah sekali setelah restoran tutup. Ternyata begini rasanya, benar–benar lelah.

Jaemin bergegas mandi. Dia ingin sekali cepat tidur dan melepaskan kelelahan ini. Setelah membereskan buku–buku yang akan dibawanya besok, dia segera menjatuhkan dirinya ke tempat tidurnya yang empuk dan menarik selimut. Tak ada perasaan atau firasat apapun yang dirasakannya. Dia hanya ingin segera tidur. Itu saja.

***

Winter sudah selesai mengerjakan tugas–tugasnya kemarin malam. Dia memang tak suka kalau hari Minggunya terusik dengan pekerjaan rumah. Pagi ini dia sudah ke warnet untuk menemani Ryujin dan malam harinya dia ingin online di mIRC lagi. Berharap Jaemin juga sedang online. Paling tidak, obrolannya yang ringan bisa membuat hari Minggunya lebih indah lagi.

Beberapa menit setelah ia membuka aplikasi itu, Winter tak mendapati nickname Jaemin ada disana. Dia menengok jam dinding yang menunjukkan jam 7 malam.

Apa mungkin Jaemin masih belajar ya? Atau mungkin masih ngerjakan PR? tanya Winter dalam hati.

Tapi hari ini kan hari Minggu, masa Jaemin belajar sih? Rajin amat? batin Winter lagi yang kemudian merasa heran sendiri.

Winter menghela nafas dan menyandarkan punggungnya ke kursi. Memandang layar komputernya dengan pandangan menerawang. Dia mulai sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia tiba–tiba saja teringat Ryujin yang pernah bercerita padanya kalau Jaemin termasuk salah satu teman cowoknya yang paling rajin. Bahkan Ryujin sendiri mengakui kalau Jaemin itu lebih rajin dibandingkan dirinya, yang juga tergolong rajin dan pandai. Winter menghela nafas. Oke, dia akan menunggunya dengan sabar.

Satu jam sudah berlalu. Winter masih sabar menunggu Jaemin. Sembari menunggu dia ngobrol dengan teman sekolahnya yang lain. Keasyikan sendiri dan akhirnya tak terasa sudah dua jam telah berlalu. Winter melihat daftar nickname lagi. Mengeceknya setiap 15 menit sekali.

Masih saja tak ada. Nama itu tak muncul, seseorang yang sangat dia tunggu–tunggu. Sedikit kecewa, namun masih terkendali. Akhirnya Winter membuka blog Jaemin. Melihat apakah komentarnya yang dia tulis di artikel Jaemin sudah dibalas atau belum.

And then, there's nothing. Belum ada balasan. Entah berapa kali Winter tiba–tiba merasa kecewa hari ini pada hatinya yang mulai menumbuhkan harapan pada Jaemin. Wajah cerianya mulai memudar. Ada sedikit rasa yang menyesakkan di dalam dadanya.

Winter menghela nafas panjang dan menutup aplikasi internetnya. Tak lama kemudian dia keluar dari mIRC. Akhirnya kali ini ia menyerah untuk menunggu Jaemin hingga online. Hampir tiga jam ia menunggu. Dia segera mematikan komputernya. Kali ini dia masih belum beruntung. Mungkin Jaemin sedang sibuk. Ya, mungkin saja.

Wajahnya sedikit muram, seperti ingin menangis. Winter berjalan mendekat ke jendela. Memandang langit malam yang sepi. Hanya ada bulan tanpa bintang disana. Mungkin ada, namun Winter tak melihatnya. Segera ditutupnya gorden jendelanya dan mematikan lampu. Sebenarnya ia tak bisa tidur. Rasa kecewa itu mulai menghantuinya. Ternyata dia benar–benar jatuh cinta pada Jaemin. Benar–benar jatuh cinta pada pandangan pertama yang selama ini tak dia percaya. Dia mendekap gulingnya erat dan berharap cepat terlelap.

Dalam hati dia berbisik, Langit, jangan biarkan aku menangis kali ini.

Dalam hati dia berbisik, Langit, jangan biarkan aku menangis kali ini

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
FINE || Jaemin x Winter || ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora