05 • Download

777 89 0
                                    

Winter segera memarkir sepeda motornya di garasi setibanya di rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Winter segera memarkir sepeda motornya di garasi setibanya di rumah. Rumahnya terlihat sepi, hanya ada pak satpam yang tadi membantunya membuka pintu gerbang dan seorang pembantunya yang sedang merapikan bunga di meja teras depan rumah. Sepertinya Papa, Mama, dan kakak Winter belum pulang.

Orang tua Winter mempunyai bisnis properti yang lumayan besar. Papanya adalah seorang arsitek dan Mamanya adalah seorang ahli desain interior. Sedangkan kakaknya adalah seorang pelukis yang kini bekerja di salah satu galeri lukisan di Surabaya. Tak heran kalau darah dan jiwa seni mengalir di dalam tubuh Winter. Sejak kecil ia bercita–cita menjadi seorang arsitek seperti Papanya.

Winter merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya yang empuk setelah minum susu dan beberapa biskuit cokelat kesukaannya. Tiba–tiba saja dia merasa tak selapar biasanya. Winter menghela nafas dan mencoba merenungi kejadian hari ini. Ada sesuatu yang terasa berbeda kali ini. Perasaannya. Pikirannya. Terbesit rasa senang ketika melihat seseorang itu. Seseorang yang kini dia tahu namanya, Jaemin.

Namun Winter merasa belum yakin dengan apa yang kini dia rasakan. Mungkin ini hanya perasaan kagum, bukan suka atau cinta. Bukankah Winter sendiri yang selalu bilang bahwa dia tak percaya pada cinta pada pandangan pertama?

Ponselnya bergetar. Winter meraba tempat tidurnya untuk mencari–cari ponselnya. Ternyata ada chat dari Ryujin yang mengajaknya ke warnet. Dia menghela nafas dan segera bangkit dari tempat tidurnya. Melihat matahari yang sedikit terik dari balik jendela kamarnya, agak malas sebenarnya. Namun melihat semangat Ryujin untuk mengerjakan tugasnya, Winter jadi tak tega untuk menolak ajakannya.

Winter meletakkan ponselnya dan segera ganti baju. Dandanannya simpel. Kaos pendek berwarna biru muda dan celana jins hitam. Winter mengambil tas coklatnya dan segera keluar dari kamarnya. Sebelum keluar rumah dia berpamitan kepada pembantunya. Tak ingin pergi tanpa kabar ketika orang tuanya sedang tak ada di rumah.

***

Winter dan Ryujin cepat saja melesat ke sebuah restoran mini sebelum pergi ke warnet. Sepertinya rasa lapar sudah menyerang keduanya. Winter dan Ryujin kompak memesan makanan favorit Ryujin, nasi goreng seafood. Meskipun sebenarnya, Winter ingin sekali memesan sate ayam yang merupakan makanan favoritnya. Namun, dia merasa tak enak kalau harus cerewet pada Ryujin yang mentraktirnya. Akhirnya, dia pun ikut memesan nasi goreng seafood, jus jeruk, dan segelas es krim.

Mereka makan dengan lahap tanpa bersuara. Setelah menghabiskan nasi goreng seafood dan jus jeruknya, mereka dengan cepat menyambar es krim coklat vanilla dan es krim stroberi yang sudah sedikit meleleh. Tiba–tiba mata Winter terhenti di wallpaper ponsel Ryujin.

Ada wajah seseorang yang menarik perhatiannya di situ. Tangan Winter dengan cepat menyambar ponsel Ryujin dan mengamati wallpaper-nya.

"Ryujin, ini foto teman–temanmu?" tanya Winter dengan wajah serius dan penasaran. Memandang Ryujin dan wallpaper ponsel Ryujin secara cepat bergantian.

"Iya, itu teman sekelasku waktu kelas 10 dulu, Winter. Kenapa?" tanya Ryujin balik dengan wajah yang sedikit heran karena melihat Winter serius melihat wallpaper di ponselnya. Dia seperti mengamati sesuatu yang sangat penting. Dia seperti melihat maling yang selama ini dia cari sebagai seorang detektif.

Winter tak menjawab. Dia masih mengamati wallpaper itu dengan seksama. Seperti meyakinkan dirinya tidak salah lihat dengan salah satu wajah seseorang di sana. Ada wajah Jaemin di sana, di wallpaper itu.

Merasa dikacangin, Ryujin bertanya lagi, "Winter, ada apa? Kamu ngamatin siapa sih? Ada yang kamu taksir?"

Winter sedikit kaget.

"Ah... enggak... kok. Wajah mereka asing. Makanya aku ngamatin wajah mereka satu–satu," jawab Winter ngeles. Dia mengerjapkan mata dan menaruh kembali ponsel Ryujin ke atas meja.

"Iya lah, orang kamu disini baru berapa bulan. Oh ya, kamu punya mIRC nggak?" tanya Ryujin sambil menyuapkan sesendok es krim ke dalam mulutnya. (*mIRC : aplikasi chatting.)

Winter hanya menggelengkan kepalanya karena mulutnya sedang penuh dengan es krim.

"Kamu harus download, Winter! Seru lho, di situ ada channel #11ipakompak. Biasanya kita bahas tugas atau ya kadang hanya sekedar bercanda–bercanda gitu. Lumayan buat hiburan. Ya, sekalian kamu juga bisa kenal temen–temen seangkatan kita," tambah Ryujin.

"Oke deh, nanti aku download," jawab Winter singkat sambil menghabiskan es krimnya yang tinggal sesendok lagi.

"Sip deh. Ya udah yuk. Kita ke warnet sekarang. Biar nggak pulang malem–malem," ajak Ryujin yang segera bangkit dari kursinya dan memasukkan ponselnya ke dalam tas pinknya.

Winter hanya mengangguk. Sebenarnya hatinya sedang berkecamuk. Seseorang itu, teman Ryujin, batinnya. Paling tidak dia bisa bertanya pada Ryujin mengenai Jaemin. Atau, bahkan dia bisa menanyakan nomor ponsel Jaemin. Winter menggelengkan kepalanya sendiri. Belum saatnya. Lagi pula, mengapa dia harus bertanya–tanya tentang Jaemin itu? Winter mempercepat langkahnya menyusul Ryujin yang sudah siap mengenakan helmnya. Winter segera membuyarkan pikirannya yang mulai kacau itu.

 Winter segera membuyarkan pikirannya yang mulai kacau itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote dan commentnya ya :)

FINE || Jaemin x Winter || ✔Where stories live. Discover now