35 • Behave

488 57 11
                                    

Menginjak semester dua, Jaemin semakin giat belajar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Menginjak semester dua, Jaemin semakin giat belajar. Dia tahu bahwa untuk masuk kedokteran, dia harus benar–benar mengerahkan seluruh kemampuannya. Selain itu dia juga harus mempersiapkan diri untuk UN nanti.

Jaemin terkadang merasa jenuh dan lelah sendiri. Setiap hari belajar dan bertarung dengan soal–soal. Terus seperti itu. Terkadang dia merasa rindu dengan Winter yang biasanya memberi semangat. Namun, setiap kali dia ingin chat Winter, Jaemin teringat dengan nasehat Jisung waktu itu.

"Karina! Kamu nggak pulang?" tanya seorang teman sekelas Karina padanya yang sedang duduk di depan kelasnya.

"Enggak. Kamu duluan aja, aku masih nunggu di jemput Jeno," jelas Karina dengan senyum manisnya.

"Haduh, seneng banget sih yang mau dijemput si calon dokter. Ya udah, aku duluan ya, bye," kata teman Karina yang kemudian berjalan ke arah parkiran dan mengambil motornya. Karina hanya tertawa kecil dan mengangguk mengiyakan perkataan temannya.

Dari depan kelasnya Jaemin mengamati percakapan mereka berdua. Cukup terdengar dari kelas Jaemin karena sekolah sudah cukup sepi saat itu. Entah mengapa tiba–tiba dia merasa hatinya sakit melihat senyum Karina. Senyum manis yang muncul ketika menunggu Jeno yang akan menjemputnya. Bukan menunggu dirinya.

Baru saja Jaemin bergegas kembail ke dalam kelasnya untuk mengambil helmnya yang masih berada di dalam, dia mendengar ada seseorang siswi yang menyebut nama Winter.

"Winter aja yang nraktir," kata salah seorang siswi bersemangat.

"Enak aja, udah ah, bayar sendiri–sendiri," sahut Winter.

"Kan yang dapat nilai paling bagus yang harusnya nraktir, ya nggak, Ning?" sahut siswi yang lain.

"Yup. Udah lah, Winter. Traktir kita! Es krim aja deh," paksa siswi yang pertama.

"Kalian ini maksa banget sih. Ya udah, ntar aku traktir. Tapi setelah kita ke toko buku ya," kata Winter yang akhirnya menyerah.

"Nah gitu dong," kata siswi kedua dengan bersemangat.

Ketiganya berjalan ke arah parkiran dengan wajah yang ceria. Dari depan pintu kelasnya, Jaemin mengamati Winter. Kali ini Jaemin tak bisa berbohong kalau dia bisa melihat senyum Winter yang tak kalah manis dengan senyuman Karina. Tiba–tiba saja ada rasa yang muncul. Jaemin senyum–senyum sendiri.

***

Winter masih bisa menyelamatkan nilai rapornya sehingga dia tak perlu mentraktir Jake selama seminggu. Jake pun senang Winter bisa bangkit kembali meskipun dia sempat menampakkan wajah kecewa dan kesal karena tak bisa mendapat traktiran dari Winter. Winter pun tertawa penuh kemenangan ketika melihat ekspresi sahabatnya yang masih tak bisa menerima kekalahannya itu.

Tepat jam 3 sore mobil Giselle sudah berada di depan rumah Winter. Mereka bertiga sudah sepakat untuk pergi ke toko buku walaupun hanya untuk refreshing. Mereka sudah cukup jenuh dengan tugas dan ulangan. Kali ini mereka meluangkan waktu untuk jalan–jalan bertiga seperti biasanya.

"Winter, Giselle, aku mau ke bagian novel dulu, ya. Nanti kalau udah selesai, chat aja ya," kata Ningning yang kemudian berjalan ke arah bagian novel. Ningning suka mengoleksi novel. Di rumahnya terdapat banyak novel berbagai genre.

Winter dan Giselle hanya mengangguk dan kembali memilih majalah masakan. Winter membantu Giselle memilih majalah mana yang akan dibelinya.

"Yang ini lebih lengkap deh, Sel," kata Winter sambil menyodorkan sebuah majalah kepada Giselle.

Giselle pun segera mengeceknya. Membolak–balik halaman. Melihat masakan yang sekiranya menarik untuk Mamanya.

"Iya. Ini lebih lengkap. Ya udah yang ini aja deh," kata Giselle sambil meletakkan beberapa majalah yang tadi dipegangnya.

"Kalau gitu, aku mau lihat komik dulu ya, kamu mau ikut nggak?" tanya Winter.

Giselle menggelengkan kepalanya, "Nggak ah, aku kan nggak suka baca komik. Aku mau nyari buku psikologi aja deh. Nanti chat aja kalau udah selesai."

"Oke deh," kata Winter yang kemudian berjalan ke arah tumpukan komik yang berada di ujung.

Tiba–tiba ponsel Winter bergetar.

"Padahal baru aja mau jalan ke bagian komik, masa Ningning sama Giselle udah kelar aja milih bukunya," kata Winter sambil merogoh sakunya mengambil ponselnya.

Winter sedikit kaget melihat nama pengirim chat itu, bukan nama Ningning maupun Giselle yang mengirimnya chat, namun nama Jaemin yang muncul di layar ponselnya. Winter mengernyitkan dahinya, kenapa Jaemin chat lagi?

Jaemin

Hai, Winter. Apa kabar? Maaf ya nggak pernah chat. Aku pengen fokus sama sekolah. Aku aja nggak bawa ponsel ke sekolah. Kamu nggak marah kan?

Winter menghela nafas. Hatinya tak karuan. Antara kaget, senang, enggan, dan deg–degan. Akhir–akhir ini Winter sudah berusaha keras untuk melupakan Jaemin. Entah mengapa chat dari Jaemin tadi seakan membangkitkan perasaannya yang hampir terkubur. Ada sedikit rindu yang terobati. Ada sedikit bahagia saat dia kembali. Namun Winter masih harus menahan diri. Dia tak ingin sakit hati lagi.

Winter

Hai juga Jaemin. Aku baik kok. Oh gitu, ya, nggak apa kok

Jaemin

Kamu lagi apa sekarang?

Winter

Aku lagi di toko buku nih, nyari komik. Kamu?

Jaemin

Oh, suka main ke toko buku ya? Aku masih istirahat nih, sekalian bantuin Mama. Dari tadi belajar terus soalnya. Maaf ya nggak bisa sering chatan. Kamu semangat ya

Winter

Iya. Kamu juga semangat

Jaemin

Iya, makasih

Winter memasukkan kembali ponselnya ke dalam sakunya. Tangannya sedari tadi memegang sebuah komik yang tak dilihatnya. Perhatiannya tersita kepada chat Jaemin. Winter baru menyadari bahwa tangannya bergetar. Ternyata perasaan itu masih ada. Perasaan itu masih tersisa. Rasa cinta itu, masih ada.

Winter segera membuyarkan pikirannya tentang Jaemin. Dia tak ingin rasa sukanya melambung jauh, dia tak ingin harapannya terbang tinggi lagi sehingga dia terpuruk saat terjatuh. Dia harus bisa menahan diri, menahan perasaan ini. Winter menghela nafas panjang dan segera memilih beberapa komik. Winter merasa tak perlu menceritakan ini kepada Ningning, Giselle, maupun Jake. Ketiganya pasti akan marah besar kalau tahu Winter masih saja chat-an dengan Jaemin.

 Ketiganya pasti akan marah besar kalau tahu Winter masih saja chat-an dengan Jaemin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
FINE || Jaemin x Winter || ✔Where stories live. Discover now