17 • Melarikan Diri

554 62 6
                                    

Winter masih terdiam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Winter masih terdiam. Menela'ah kata–kata Jake. Matanya mulai panas. Tapi dia harus bisa menahan diri.

"Ternyata jatuh cinta bisa sesakit ini, ya, Jake? Dulu waktu SMP rasanya jatuh cinta itu indah banget. Apa karena dulu itu masih cinta monyet, ya? Rasanya sekarang kok lain," kata Winter sambil merenung.

Jake hanya menatap Winter dengan tatapan tak tega. Dia tak tahu bagaimana lagi untuk membuat Winter ceria seperti dulu lagi. Pikirannya mendadak jadi buntu.

"Bulan ini aku mau ke Jepang, ah. Ikut kak Doyoung. Kebetulan Papa sama Mama juga mau kesana, ada proyek. Kamu mau nitip oleh–oleh apa, Jake?" tanya Winter mengalihkan pembicaraan.

Jake terkesiap.

Dia tak pernah membayangkan bahwa hanya karena patah hati, Winter pergi ke suatu tempat yang jauh hanya untuk melupakan perasaan itu. Mendadak perasaan iri itu muncul lagi dalam diri Jake. Dia iri dengan Jaemin yang begitu dicintai Winter. Sayangnya, Jaemin tidak pernah tahu, Jaemin tak pernah merasakan adanya perasaan cinta itu.

Jake masih dalam keadaan kaget dan bingung dengan pertanyaan Winter. Oleh-oleh apa coba yang diinginkannya saat dia tahu sahabatnya sedang patah hati? Dia tak bisa memikirkan oleh-oleh yang tepat. Dalam fikirannya, dia hanya ingin Winter kembali ceria, melupakan segala perasaannya pada Jaemin. Dan kalaupun dia boleh meminta lebih, dia ingin Winter dapat merasakan Jake yang bisa menjadi lebih sekedar sahabat baginya. Itu saja. Itu yang sangat diinginkan Jake saat ini.

"Terserah kamu aja deh," kata Jake ngasal, "Kamu udah sering banget bawain aku oleh–oleh."

"Kalau gitu aku bawain bungkus kuenya aja, ya, kuenya aku yang makan. Kan katanya terserah. Bungkusnya aja it's okey kan?" kata Winter terkekeh.

"Ya kali. Nggak gitu juga kali maksudnya, Winter. Ya.... mau bawain makanan, baju, pernak-pernik, atau apalah, gitu. Bukan bungkusnya aja. Eh tapi... kamu di Jepang berapa hari?"

"Sebulan."

Jake melongo.

"Ngapain aja satu bulan disana? Mendingan di rumah aja. Kalaupun sepi di rumah, kamu kan bisa main ke rumah aku. Kamu tahu sendiri, kan, saking eratnya persahabatan orang tua kita, kita tuh udah kayak saudara. Mama Papa pasti senanglah kalau kamu main ke rumah. Orang kamu udah kayak keponakan mereka."

Winter tersenyum.

"Iya, aku tahu. Bukannya aku merasa jadi orang lain di keluarga kamu. Tapi... nggak deh, Jake, makasih. Aku pengen sekalian liburan, kok."

"Liburan? Kan kita mau ujian semester 2. Habis itu kita juga liburan. Nggak sabar amat sih. Lagi pula kan kita ada lomba bazar kelas, masa kamu nggak bantu teman–teman sekelasmu?" tanya Jake sedikit heran dengan jawaban Winter tadi.

"Bukan bermaksud nggak sabar, Jake. Justru aku ingin cepat–cepat liburan habis ujian semester 2. Soal ujian sih, aku pasti siap–siap. Dan soal bazar kelas, aku juga udah ngusulin konsep untuk dekorasinya, kok. Justru aku mau ke Jepang itu nggak hanya untuk liburan, tapi juga untuk menyiapkan amunisi," kata Winter membela diri.

FINE || Jaemin x Winter || ✔Where stories live. Discover now