28 • Jangan Beri Harapan

482 62 12
                                    

Lomba bazar kelas pun berjalan dengan lancar dan meriah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lomba bazar kelas pun berjalan dengan lancar dan meriah. Kelas Winter mendapatkan juara pertama. Serempak saja teman–teman sekelasnya loncat kegirangan. Mereka pun sepakat untuk makan–makan merayakan kemenangan mereka. Winter pun merasa senang karena dekorasi stand bazar yang dikerjakannya bersama timnya bisa mendapatkan peringkat terbaik di sekolahnya. Sejenak Winter bisa tersenyum melupakan sakit dalam hatinya karena Jaemin.

Rapor pun telah dibagikan. Jelas saja liburan sudah menanti mereka. Ningning dan Giselle telah punya rencana masing-masing untuk berlibur ke luar kota. Winter jadi khawatir sendiri karena dia belum punya rencana apapun untuk menghabiskan waktu liburan kali ini. Yang jelas, yang sesungguhnya dia inginkan hanyalah pergi ke suatu tempat untuk melupakan semua rasa ini. Serta perasaan ini.

Winter mendapati mobil keluarga Jake di halaman rumahnya ketika dia pulang. Mereka sudah seperti saudara sendiri. Ini berawal dari orang tua Winter dan orang tua Jake yang sudah bersahabat sejak kecil. Tak heran kalau mereka saling berkunjung dan bahkan menghabiskan liburan bersama-sama di rumah kakek nenek Jake atau Winter yang sama-sama ada di Jakarta. Keluarga Jake sedang merencanakan agenda liburan ini mereka bersama keluarganya.

Biasanya keluarga Jake berlibur ke Jakarta, mengunjungi kakek dan nenek mereka. Saat itu, Winter juga masih tinggal di Jakarta. Winter kecil selalu bermain dengan Jake dan mengajaknya keliling Jakarta. Namun, semenjak Winter pindah ke Surabaya, mereka belum memikirkan rencana untuk berlibur bersama-sama seperti dulu.

"Kita nggak bisa ikut ke Jakarta. Kita ada proyek di Kalimantan," kata Mama Winter yang suaranya terdengar oleh Winter yang baru saja masuk ke ruang tamu.

"Halo..." sapa Winter.

Winter pun tersenyum dan menyapa keluarga Jake. Terlihat Jake sedang asyik melahap biskuit cokelat. Dia pun tersenyum tanpa rasa bersalah ketika Winter memandanginya yang tengah lahap memakan biskuit kesukaan Winter itu.

"Tumben sore–sore ngumpul gini? Biasanya kan malem," tanya Winter yang kini duduk disamping Mamanya.

"Kita mau ngerencanain liburan bareng, Winter. Tapi Mama sama Papa kamu nggak bisa ikut," jelas Mama Jake agak kecewa.

"Hah? Kenapa nggak bisa ikut?" tanya Winter kaget.

"Ya, Mama sama Papa ada proyek di Kalimantan. Selama seminggu kita akan disana," jelas Mama Winter.

"Terus kak Doyoung juga ikut?" tanya Winter lagi.

"Kak Doyoung mau ke Medan. Galeri tempat kak Doyoung kerja lagi ada acara disana," sahut Papa Winter.

"Apa kamu mau ikut kakak aja?" tanya kak Doyoung yang tiba–tiba bergabung di Ruang Tamu sambil membawa beberapa buku galeri lukisan yang ingin dilihat Papa Jake.

"Nggak, ah. Terus Om sama Tante rencananya mau liburan kemana?" tanya Winter beralih kepada Mama dan Papa Jake.

"Kita rencananya mau ke Jakarta. Mau ke rumah kakek nenek Jake," kata Papa Jake.

"Udah, ikut sama kita aja, Winter. Ya nggak Ma? Pa?" sahut Jake.

"Iya, ikut kita aja. Daripada di rumah sendirian," kata Mama Jake yang kini mengambil secangkir teh dan meminumnya.

"Tapi apa nggak ngerepotin?" tanya Mama Winter.

"Nggak lah. Winter sudah ku anggap kayak anak sendiri. Winter ikut kita aja, nggak apa kok. Nggak usah khawatir," jelas Papa Jake meyakinkan.

"Ya udah, yang penting Winter nggak boleh macam–macam. Kalo dia nakal, cubit aja pipinya," kata papa Winter yang kemudian disambut tawa oleh keluarga Winter dan Jake.

"Tenang aja, Om, Tante, aku nggak akan nakal kok. Tanya aja Jake, aku anak yang manis dan baik hati kan?" kata Winter kemudian terkekeh.

"Nggak jawab ah. Takut dosa kalo berbohong," kata Jake kemudian terkekeh.

Winter manyun saja. Keluarga Winter dan Jake tertawa melihat kedua anaknya bercanda seperti itu. Senang karena mereka juga menjadi sahabat baik seperti orang tua mereka dulu.

Akhirnya mereka pun sepakat untuk berangkat ke Jakarta lusa ini. Bersamaan dengan Mama dan Papa Winter yang berangkat ke Kalimantan juga kak Doyoung yang berangkat ke Medan.

Winter segera memberi tahu Ningning dan Giselle kalau dia akan ke Jakarta. Kemudian Winter bertanya pada dirinya sendiri apa perlu dia memberi tahu Jaemin. Sudah beberapa hari ini Jaemin tak mengirimnya chat. Winter pun tak chat duluan.

Semenjak Jaemin chat mengatakan bahwa dia masih belum bisa melupakan Karina, Winter tak pernah chat Jaemin lagi. Entahlah, dia merasa tak sanggup. Hatinya terasa dicabik–cabik. Pada akhirnya, Winter tak memberi tahu Jaemin. Lagi pula, mungkin ini tak penting buatnya.

***

"Masih mikirin Karina lagi?" tanya Jisung, sahabat Jaemin.

"Ah... Enggak kok. Sakit sendiri kalau aku mikirin Karina terus," jawab Jaemin sambil menatap langit dari balkon kamarnya.

"Terus?" tanya Jisung sambil memakan dengan lahap cumi-cumi bakar yang didapatnya gratis dari Mama Jaemin.

Sahabat Jaemin yang satu itu memang punya rasa ingin tahu yang tinggi. Dia juga tak mudah dibohongi. Melihat ekspresi Jaemin seperti itu, dia bisa menebak kalau sahabatnya itu sedang memikirkan seseorang.

"Hmm..." Jaemin beralih dari langit yang ditatapnya dan melihat ke arah sahabatnya yang kini terlihat sangat ingin tahu apa yang sedang dipikirkannya, "Aku bingung. Aku masih belum bisa ngelupain Karina. Ya walaupun sakit, tapi aku masih sayang banget sama dia," jelas Jaemin.

"Terus bingung dimananya?" tanya Jisung biasa kemudian melahap makanannya lagi.

"Ya... aku bingungnya itu, kayaknya sih, ya, aku ngerasa kalau Winter itu punya rasa sama aku. Tapi, aku sendiri masih sayang banget sama Karina."

"Dari ceritamu selama ini dan chat-nya dia sih, aku juga punya kesimpulan yang sama, sob. Kayaknya dia emang ada perasaan sama kamu. Tapi kalau kamu emang nggak ada rasa sama dia, ya jangan dikasih harapan kayak gitu. Bisa aja dia salah mengartikan, lho," nasehat Jisung.

"Tapi Jisung..." kata Jaemin yang tiba–tiba terhenti karena Jisung langsung menyela.

"Tapi kamu menikmati memberinya perhatian karena Karina yang biasanya kamu kasih perhatian, udah ninggalin kamu. Iya kan?" tanya Jisung menuduh.

Jaemin tak menjawab. Dia hanya memandang Jisung dengan tatapan tak percaya karena analisa sahabatnya itu kali ini benar.

"Tuh kan. Jangan kayak gitu, Jaemin. Kasihan kali kalau dia kamu kasih perhatian sementara kamu nggak ada perasaan apapun sama dia. Lebih baik untuk sekarang ini, kamu jaga jarak aja," nasehat Jisung.

"Jaga jarak kayak gimana?" tanya Jaemin agak bingung.

"Ya, kurangi intensitas chat-mu yang mengandung perhatian itu ke Winter. Jangan ngasih harapan yang nggak ada ke dia, sob," jelas Jisung.

Jaemin hanya mengangguk mengiyakan meskipun hatinya sendiri masih kurang setuju dengan pendapat sahabatnya.  

  

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
FINE || Jaemin x Winter || ✔Where stories live. Discover now